71. Menikmati Festival ala Kelith

1K 239 24
                                    

Kita tidak di sini untuk menikmati festival. Akan tetapi, kami membuat Sora seolah dia tengah menikmati festival ini. Segera saja, kedua tangan Sora penuh oleh jajanan dan barang-barang lucu yang cocok dengan Sora. Melihat seorang anak yang menawan, menikmati festival sendirian tanpa pengawas, kedua tangan penuh oleh benda kesenangannya, bukankah ini adalah umpan yang sempurna?

Sora berjalan-jalan di jalanan festival sendirian dengan wajah datar. Padahal aku sudah mengatakan bahwa Sora harus tersenyum supaya menarik perhatian penculik semakin cepat.

Kami bertiga berada tak jauh di belakangnya, sedikit berbaur dengan keramaian festival ini.

Berbeda dengan Sora yang agak bersinar dengan pakaiannya, kami bertiga mengenakan pakaian biasa untuk berbaur bersama rakyat biasa lainnya. Atas hal ini, perhatian penculik tidak akan tertuju pada kami yang merupakan orang biasa, melainkan pada Sora yang mirip dengan anak bangsawan.

Saat ini, kami hanya perlu menunggu sampai preman itu akhirnya terpancing karena umpan emas kami.

Kami tidak bisa menikmati suasana festival yang meriah saat kami dikuasai oleh kewaspadaan dan hati-hati dalam menilik sekitar. Kami juga tidak bisa mengalihkan atensi selain pada Sora. Takut jika kami kehilangan Sora walau hanya sekilas tak melihatnya.

Kedua mataku menyipit ketika Sora akhirnya didekati oleh seorang pria bertubuh besar. Dan aku mengenalinya. Dia adalah preman yang tadi siang mengejarku.

"Itu adalah orang yang mengejarmu, Ayah," gumam Dillian.

Dan bahkan Dillian juga mengenalinya. Jadi, aku tidak lagi ragu jika korban telah termakan pancingan kami.

"Siapa dia, Kak?"

"Dia penculiknya."

Claude akhirnya memperhatikan orang itu dengan saksama.

Dari kejauhan, kami melihat jika Sora sepertinya mengikuti pria itu keluar dari suasana ramainya festival. Kami segera mengikuti diam-diam di belakang mereka

Aku mengatakan kalau preman itu punya indra yang tajam, sehingga kita harus berhati-hati jika tidak mau tertangkap.

Setelah melewati kerumunan, dan akhirnya menghindari para mata yang penasaran, preman itu menuntun Sora memasuki gang gelap di penghujung jalan.

Aku makin menyipitkan mata untuk memfokuskan diri. Dan hap! Si preman mengangkat tubuh Sora dengan mudah, lalu berlari di tengah kegelapan.

"Cepat kejar!"

Claude-lah yang pertama kali bereaksi terhadap seruanku. Dia segera melintasi jalanan, memasuki gang gelap di mana Sora ditangkap, dan berlari dengan kecepatan kilat untuk mengejar preman itu.

Aku dan Dillian menyusul. Tapi tentu saja kecepatanku tidak bisa dibandingkan dengan Claude atau Dillian.

"Ian, pergi lebih dulu!"

Dillian ragu. Tapi dia pada akhirnya berlari mendahuluiku dan menyusul ke mana Claude pergi. Sial, memiliki tubuh lemah ternyata sangat membuat tersiksa.

Akan tetapi, sepertinya keberuntungan tidak berada di pihak kami. Walaupun Claude mengejar dengan kecepatan kilat dan kehati-hatian supaya tidak ketahuan, kami tetap kehilangan jejak preman itu. Saat kami mendekati jalanan sempit perumahan di wilayah pinggiran Vernon, preman itu seolah hilang ditelan bumi. Saat melirik ke sekeliling, sunyi, bahkan suara derap langkah kaki yang seharusnya bergema sudak tak lagi terdengar.

"Apakah pintu masuk pelelangan itu ada di sekitar sini?" tanyaku dengan napas terengah. Aku merasa sangat lemah jika dibandingkan dengan Claude dan Dillian bahkan tidak mengeluarkan keringat.

Suddenly, I Became the Hero's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang