31. Ujian II

3.3K 626 58
                                    

Kalimat manipulatif adalah andalannya Kael. Sekilas, aku mengingat Kai de Adria. Mereka memiliki kesamaan dalam kemampuan memanipulasi pihak lain. Bedanya, Kael memanipulasi orang lain untuk menjadikan kehidupan seseorang sengsara. Sementara Kai de Adria memanipulasi orang lain demi kepentingannya naik takhta, demi mencapai banyak dukungan sehingga kala mahkota raja sudah ada di kepalanya, maka dia tak akan mudah goyah.

Jujur saja, aku masih belum tahu bagaimana cara menyelesaikan ujian dari roh angin ini.

Di dalam novel, saat Dillian diberikan ujian yang sama oleh roh angin, ruang dimensinya adalah kediaman Archer. Dillian kembali pada adegan di mana dia baru saja menyematkan marga Archer pada namanya. Peristiwa di mana Dillian diremehkan oleh para pelayan, ditatap rendah oleh Archer, dan ditelantarkan oleh Kelith. Momen masa lalu inilah yang meninggalkan trauma mendalam pada diri Dillian.

Kemudian, tibalah masanya saat tragedi pembantaian itu. Dillian di dalam novel, tidak membantai Archer, tepat kala bilah pedang diangkat dan hampir menebas kulit leher Kelith, Dillian menghentikannya. Di sanalah, Dillian berusaha untuk menebus dosanya di masa lalu, di mana di tangannya, telah pernah tercurah darah keluarganya sendiri.

Di saat yang sama, ujian berakhir.

... Ujian berakhir ketika Dillian tidak membantai Archer. Ujian berakhir ketika Dillian melakukan hal yang sebaliknya dari apa yang telah terjadi. Itu adalah clue terpenting dalam menyelesaikan ujian.

Sepertinya, aku tahu bagaimana harus menyelesaikan ujian ini.

***

Kehidupan seorang pekerja kantoran itu monoton bagiku yang tidak memiliki teman dekat di kantor. Aktivitasnya tidak akan pernah jauh di dalam ruangan, di hadapan komputer, dan dimarahi atasan lagi. Serius, bosku di perusahaan sangat galak, bahkan dia bisa marah-marah dalam rentang waktu beberapa jam sekali. Makanya, banyak yang memilih untuk berhenti dari pekerjaan ini dan memilih untuk memulai karir di lingkungan kerja yang sehat.

Bukannya aku tidak mau berhenti, sudah kukatakan kalau Kael melakukan sesuatu dengan uangnya sehingga tidak ada yang mau menerimaku di perusahaan lainnya. Yah, selain menjadi tuan muda kaya raya, Kael memiliki orangtua yang mempunyai banyak relasi, sehingga menuruti keinginan Kael untuk menghentikanku keluar dari perusahaan adalah hal yang mudah baginya.

Selama aku hidup sebagai Keith, memang terasa sengsara. Terlebih, ibuku tidak tahu kalau lingkungan kerjaku toxic. Ibu hanya tahu bahwa aku memiliki relasi yang nyaman, teman yang baik, dan kehidupan yang menyenangkan di sini. Padahal kenyataannya berbanding terbalik.

Kemudian, ada Kael yang selalu menjerumuskanku ke dalam kehidupan bagai neraka tepat kala aku menjejakkan kaki di dalam gedung perusahaan. Selama ini, aku yang selalu tak punya kuasa, selalu diancam dan ditekan oleh Kael, membuatku tak bisa melawan barang sekali. Aku hanya bisa menerima setiap perlakuan Kael.

Bodoh memang.

Akan tetapi, sulit untuk melawan Kael. Jika Kael berada di Kerajaan Adria, orang sepertinya pastilah orang yang memiliki koneksi yang kuat dengan sang putra mahkota, tidak, bahkan sang raja. Makanya, sulit untuk mengalahkan Kael, terlebih ketika dia membawa komplotan yang rata-rata juga merupakan tuan muda gabut yang asal apply pekerjaan.

Aku mengembuskan napasku sambil menunggu gelasku terisi oleh kopi panas dari mesin pembuat kopi. Asapnya yang tipis mengepul kala cairan hitam itu keluar dari pipa mesin, menghasilkan uap lembut di tepi gelas kertas.

Meskipun ini hanya ilusi, rasa stres yang diberikan padaku rupanya tidak main-main karena orang-orang di sini mengambil referensi dari sifat orang aslinya. Misalnya, mendengar teriakan bosku saja sudah membuatku pening. Aku ingin menonjok wajahnya barang sekali kalau memang diperbolehkan.

Suddenly, I Became the Hero's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang