60. Permintaan Alioth

1.7K 304 43
                                    

Aku memang sudah mengira kalau kondisiku agak parah saat lampu gantung jatuh. Alioth yang mendorongku saja memiliki beberapa luka di wajah dan tubuhnya, apalagi aku. Mengingat aku terbanting cukup kuat, makanya tidak heran jika banyak bagian tubuhku yang terasa sakit. Saat diobati oleh dokter juga, ternyata banyak pecahan kaca dari lampu gantung yang menancap di tubuhku. Untungnya, tidak parah. Aku masih hidup.

Aku menghela napasku ketika saat ini, dokter kerajaan masih merawat luka-luka minorku.

"Apakah ada yang terasa sakit, Tuan Kelith?" Dokter itu kelihatan panik karena aku seolah tengah mengeluh, tapi dia dan asistennya tidak berhenti membalurkan sesuatu di area luka dan membalutinya dengan perban.

"Tidak, tidak ada yang salah," ujarku. Mungkin dokter ini salah paham karena helaan napasku. Tapi sesungguhnya, bukan karena kesakitan, aku menghela napas. Tapi karena aku mulai mengerti jika insiden ini adalah kesengajaan, dan aku terlibat masuk ke dalamnya.

Saat Alioth mendorongku dari jatuhnya lampu gantung di langit-langit aula pesta, aku melihat reaksi banyak orang di sekelilingku. Saat itu, telingaku berdengung dan tak bisa mendengar apa pun seolah tuli, setiap suara pudar, dan aku hanya bisa melihat reaksi panik dari berbagai macam orang. Bahkan Alois langsung berlari ke arahku, panik, tapi aku tidak bisa mendengar apa saja yang dikatakan olehnya walau aku yakin dia bicara keras.

Pada saat yang sama, aku melihat reaksi Kai de Adria. Jika ini adalah rencananya, maka reaksi Kai tidak seperti yang ada di harapanku. Dia kelihatan sangat gelisah. Tatapannya kelihatan tulus dan jujur. Dia sepertinya ingin menghampiriku saat itu juga, tapi dia menahan dirinya.

Dan saat aku melirik Alioth yang menyelamatkan aku dari jatuhnya lampu gantung, ada misteri yang tak terpecahkan di balik manik ungunya. Itu seharusnya lembut dan menawan, tapi tiba-tiba saja kelihatan begitu mengerikan. Manik ungunya yang sewarna pastel, berubah menjadi ungu gelap, bagaikan racun. Bagaimana dia menyorotku memang kelihatan panik dan gelisah, tapi aku yang paling tahu bahwa denyut nadinya berdetak antusias.

Dan di sanalah aku menyimpulkan, bahwa aku terseret ke dalam salah satu rencana picik dari Alioth de Adria. Makanya, aku menghela napasku. Jika aku sudah telanjur terseret seperti ini, aku tidak bisa lari lagi dari jeratannya Alioth. Aku bisa lari, tapi tentu saja ada harga yang perlu dibayar.

Ini merugikanku, merugikan keluarga Archer yang sudah lama memilih menjadi pihak netral, untuk dipaksa menujukan pilihan mereka pada salah satu pihak.

"Luka Anda sudah diobati, Tuan Kelith," tutur dokter kerajaan dengan tenang. "Namun sepertinya, Anda tidak perlu terlalu khawatir karena pecahan kaca yang menusuk kulit Anda tidaklah dalam. Sepertinya bahkan tidak membutuhkan sihir penyembuh karena dalam beberapa hari, luka-luka Anda akan segera pulih."

"Begitu. Terima kasih," ujarku.

Dokter kerajaan membungkukkan tubuhnya. "Kalau begitu, saya undur diri. Panggil saya apabila Anda memiliki keluhan rasa sakit lebih lanjut."

"Tentu."

Setelahnya, dokter kerajaan berbalik dan pergi dari hadapanku. Dia keluar dari ruangan ini dan tak lama kemudian, pintu ruangan ini terbuka dengan lebar, lalu menampilkan seluruh keluarga Archer.

Memangnya boleh seramai ini dalam satu kunjungan?

"Kakak! Kamu membuatku sangat jantungan saat mendengar bahwa lampu gantung jatuh di atasmu!"

"Kak Kelith, apakah kamu baik-baik saja?! Kamu tidak tiba-tiba serangan jantung karena terkejut, 'kan?"

"Putraku, kamu terus saja membuat Ibu merasa khawatir! Kamu ingin Ibu mati lebih cepat karena rasa khawatir?"

Suddenly, I Became the Hero's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang