44. Bertemu Kembali

2.4K 486 58
                                    

Aku tidak mengira jika menghabiskan waktu seharian penuh di dalam peradaban elf yang kuno, malah membuatku hampir melewatkan kesempatan untuk mencegah para monster untuk benar-benar menghancurkan Adria. Benar, gelombang monster yang dikatakan di dalam novel Became the Most Popular Hero is Hard akan memorak-porandakan satu kerajaan, tengah terjadi saat ini.

Seperti yang kuharapkan, selepas menyembuhkan tetua elf dari pengaruh sihir gelap, warga elf rupanya melihat hal tersebut sebagai keajaiban. Sebagai sebuah sihir. Sebagai sebuah hal yang mustahil telah berubah menjadi nyata. Lantas, apa yang kulakukan pada situasi menguntungkan itu? Tentu, memanfaatkan situasi. Jelas sekali, jika hanya mengandalkan Dillian dan party kecil kami saja untuk menghapuskan gelombang monster, itu tidak akan cukup. Maka dari itu, tenaga kerja dari para elf akan sangat dibutuhkan. Dan begitulah bagaimana caranya, para elf bersedia untuk membantuku dalam menghabisi gelombang monster sebagai balas budi karena aku telah menyembuhkan tetua mereka.

Arran dan Aelen adalah anak kandung dari tetua elf. Artinya, keduanya memiliki kekuatan yang cukup besar untuk menjadi pemimpin pasukan elf dalam pembasmian monster. Sementara itu, para elf menunjuk aku secara sepihak untuk menjadi komandan utama dan pembuat strategi. Mau menolak pun, mereka sepertinya buta dan tuli, terlebih ada gelar sang penentang takdir yang sepertinya sudah melekat erat dengan namaku, hingga semakin sulit rasanya untuk bicara dengan normal pada mereka.

Jadi, aku berakhir menyetujui. Lagipula, tak ada waktu lagi untuk dibuang sia-sia karena para monster sudah mulai tiba di Tembok Besar Archer. Beberapa monster berukuran raksasa bahkan sudah bekerja sama untuk mengoyak tembok kokoh itu.

Aku membagi pasukan elf menjadi tiga bagian. Pertama, adalah pasukan yang Arran pimpin. Kebanyakan, hanya ada pasukan elf dengan otot kuat dan tubuh besar di dalam kelompoknya. Pasukannya berjumlah dua lusin, membawa pedang dan tombak sebagai senjata mereka, ada juga yang membawa perisai.

Sementara kelompok kedua adalah pasukan yang Aelen pimpin. Aelen adalah seorang wanita, maka kelompok yang Aelen pimpin pun memang berisi wanita kuat yang mahir dalam menggunakan senjata.

Dan yang terakhir adalah pasukan elf yang dapat menguasai kekuatan sihir atau kekuatan alam, yaitu bisa berkomunikasi dengan alam seperti Pixy, menumbuhkan sulur dan ranting lebih cepat, dan dapat menyembuhkan luka ringan maupun fatal, kecuali kematian. Aku menunjuk salah seorang elf yang memiliki kekuatan sihir paling kuat di antara yang lainnya untuk menjadi pemimpin, namanya Lynn.

Sesaat setelah monster tiba di tembok pembatas dan berusaha untuk menghancurkannya, pasukan para elf yang dipimpin oleh Arran dan Aelen maju dengan semangat membara. Mereka segera memusnahkan monster-monster lemah secara berkala, monster yang berada di dekat mereka, kemudian monster yang memiliki kekuatan setingkat di atas monster rendahan. Aku meminta para elf supaya tidak gegabah dalam menyerang monster, ini demi keselamatan mereka sendiri, walau aku yakin jika kekuatan elf itu tidak perlu diremehkan karena pengalaman hidup mereka bahkan lebih banyak dibandingkan aku. Para elf ternyata berusia panjang. Aku sempat kaget saat mendengar usia asli Aelen, dan lebih baik tidak perlu dibahas.

Kemudian, bagi para elf yang menguasai kekuatan sihir, mereka akan menyerang para monster dari kejauhan karena mereka bukanlah petarung jarak dekat. Atas hal inilah, aku menempatkan mereka di bagian paling belakang medan pertempuran, bersembunyi di balik pepohonan dan semak. Mereka juga bertugas untuk segera menyembuhkan para elf yang terluka akibat serangan monster.

Jika ada monster yang keluar lewat celah-celah kecil, kelompok Aelen akan mengurusnya, memastikan bahwa memang monster harus ditahan di balik gunung ini, tak boleh keluar karena jika demikian, maka bencana maknanya.

Aku beruntung karena rupanya aku tidak harus turun langsung ke medan pertempuran. Sebab, saat aku melihat betapa kacaunya medan pertempuran dari atas sini, itu kelihatan mengerikan. Dengan tubuh lemah Kelith, aku tidak akan bisa membantu banyak.

Suddenly, I Became the Hero's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang