4. Baru Kali Ini

9.5K 1.3K 86
                                    

Akhirnya, aku membawa Dillian menuju dokter kediaman untuk menangani tangan Dillian lebih lanjut di ruangannya, tentu saja yang memimpin jalan adalah Dillian. Untungnya, tidak ada reaksi alergi berarti. Namun, aku yang terlalu parno meminta dokter untuk menangani tangan Dillian dengan sangat mendetail sehingga tangannya dibersihkan dan dioleskan salep pereda gatal.

Namun, baru saja aku keluar dari ruangan dokter dan berniat untuk minum teh dan makan kudapan yang aku janjikan pada Dillian, aku melihat Alois di sudut lorong.

Alois menunjukkan sorot kesal dan tak puas saat dia bersitatap denganku. Dengan langkah yang tegas, Alois menghampiriku dan langsung menarik tanganku.

"Jadi kamu memberontak, Kelith? Usiamu 26 tahun, bukan remaja yang sedang berada di dalam fase memberontak! Jangan membolos dan bekerjalah!" omel Alois.

"Tidak, Kakak. Aku hanya—"

"Jangan membolos!"

Alois rupanya tidak menolerir tindakanku yang membolos sehingga dia langsung menyeretku ke ruang kerjanya.

Pekerjaan Kelith adalah menjadi tangan kanan Alois atau bekerja di sisinya, sehingga tentu saja Kelith kebagian tugas pemimpin wilayah. Dan bagiku yang hanya seorang pekerja kantoran, mana aku mengerti apa yang akan aku kerjakan. Ingatan Kelith juga tidak mengungkapkan segalanya dari dia lahir sampai sebesar ini sehingga aku tak tahu apa pun mengenai pekerjaan ini.

Dari kejauhan, aku melihat Dillian yang mengerjapkan matanya, tetapi tak melakukan apa pun untuk menahan kepergianku. Dillian jadi kelihatan seperti anak kucing yang dibuang di jalanan olehku. Kak Alois, tolong kasihani aku!

***

Kesalnya, aku tidak dibiarkan keluar dari ruang kerja Alois hingga jam makan siang tiba. Selama bekerja, Alois terus memarahiku karena aku "mengambek" sehingga tidak melakukan pekerjaanku dengan benar. Padahal aslinya, aku saja yang tidak tahu harus mengerjakan pekerjaan ini dengan cara apa atau bagaimana menyelesaikannya.

Ruangan seorang Duke dipenuhi oleh tumpukan dokumen dan itu bukan pemandangan yang menyenangkan. Apalagi, Alois terus mengomeliku di setiap jeda pekerjaannya, memelototiku kala aku lagi-lagi melakukan kesalahan.

"Aku tahu kamu sedang ingin kebebasan, tapi musim panas hampir tiba, sehingga pekerjaan ini penting mengenai pendistribusian bahan baku!"

"Kelith, dokumen mana yang kamu cap persetujuan?! Ini sudah aku tolak!"

"Kelith, cepat ambil dokumen di dalam lemari!"

"Kelith, kamu menumpahkan teh!"

Dan masih banyak lagi Kelith ini dan Kelith itu. Sebagai seorang pekerja kantoran berusia 27 tahun, di mana kantorku dan seisinya sudah melatih rasa letih dan mental, tetap saja dihadapkan pada pekerjaan yang asing membuat energiku terkuras habis. Itu karena aku menjadi Kelith yang memiliki peran penting dalam keluarga Archer, tetapi aku sama sekali tidak tahu harus melakukan apa.

Untungnya, neraka di dalam ruangan berdinding empat itu sudah berakhir. Saat ini, aku dan Alois sedang berjalan di lorong panjang menuju ruang makan. Rasanya, aku sudah kehilangan lebih banyak energi saat ini. Terlebih, aku sudah mengalami insiden memalukan mengenai ulat bulu di taman, dan aku malah ditimpakan dengan pekerjaan berat. Energiku habis. Aku letih.

Omong-omong soal ulat bulu, bukankah si tukang kebun ingin membicarakan perihal ini dengan Alois?

"Kak Alois," panggilku.

"Apa, Kelith?" Alois melirikku sekilas, lalu kembali fokus pada jalannya.

"Apakah Kakak tahu, di taman kediaman, ada banyak ulat bulu?"

Suddenly, I Became the Hero's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang