SIK:Chapter17

700 52 5
                                    

Sebenarnya saya senang banyak yang baca walau yang vote seuprittt... Tapi kalo baca sambil vote + komen, saya rasa saya ingin menjadi odong-odong saat itu juga.

اَللَّهُمَّ صَلِّ َعلى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آِل سيدنا مُحَمَّدٍ

"Jangan lupa Sholawat!"

"Orang yang menyebarkan Sholawat kepada Manusia." (Mengingatkan orang lain untuk betshalawat kepada Rasulullah) Dia akan menjadi orang yang paling dekat dengan Rasulullah.

"Barang siapa yang mengucapkan sholawat kepada ku satu kali, maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali dan di gugurkan sepuluh kesalahan (dosa) nya, serta ditinggikan sepuluh drajat kelak di surga."

(HR. An-nasa'i no. 1297)

****


Ikatan pernikahan yang tidak di dasari oleh cinta, siapa yang mau? Semuanya pasti mau menikah dengan orang yang di cintai. Namun, sehebat apapun cinta kita padanya, serajin apapun kita melangitkan do'a untuk bisa bersamanya, kalo dia bukan jodoh kita ya kita bisa apa? Allah Maha tahu apa yang terbaik untuk kita.

Ikatan pernikah tanpa di dasari cinta mungkin akan menyakiti hati kedua belah pihak, atau salah satunya. Dimana mereka sama-sama ingin menikah dengan seseorang yang mereka cintai, namun takdir berkata lain yang malah menyatukan mereka yang tak saling mencintai.

Namun, dengan ini menjadi pelajaran. Untuk mencintai pasangan karna Allah, dengan begitu Allah akan membantu untuk bisa saling mencintai hingga bisa saling menyempurnakan dan adanya rasa takut kehilangan.

Sebenarnya acara sudah selesai dari jam 3 sore tadi. Namun, keluarga Farzan tidak pulang ke Rumah langsung karna setelah maghrib ada acara pengajian, pengajian yang hanya di isi keluarga besar saja sama seperti acara akad tadi.

Aulia dan Farzan sedang duduk di pinggir kasur. Setelah isa tadi mereka izin untuk istirahat terlebih dahulu setelah seharian yang sangat melelahkan itu.

Aulia tersentak kala Farzan mengusap keringat di dahinya dengan tangan kanannya.

"Capek ya? Sampai keringatan gini."

Aulia mengerjapkan matanya berkali-kali. "Ah, itu. Iya, capek hhe."

Farzan beralih merapihkan jilbab Aulia yang sedikit miring. Lagi-lagi Aulia di buat jantungan dengan sikap tak terduga Farzan.

"Kayaknya kamu kepanasan, mau mandi?" tanya Farzan.

"Euh, Gus saja duluan yang mandi." jawab Aulia. Ia menatap kosong kedepan masih belum berani menatap suaminya itu.

Setelah di rasa sudah rapih, Farzan sedikit menghela nafas lalu menghadap kedepan menatap tembok putih dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Saya kira mau mandi bareng."

"Hah?" Tolong katakan jika ia tidak salah mendengar? Mandi bareng? Yang bener saja!

Farzan menoleh kesamping, menatap wajah istrinya yang masih terbalut cadar. "Kenapa? Gak mau?"

Aulia sontak gelagapan. "Anu, Gus. Euh ... kayaknya saya harus kebawah deh, itu anu, handpone saya ketinggalan kayaknya." alibi Aulia.

Farzan menaikan satu alisnya. "Terus, yang di nakas itu handpone siapa?"

Aulia menoleh ke samping dimana ada nakas kecil di samping kasurnya, di sana ada handpone dengan casing pororo milik Aulia. Aulia meringis pelan, sial. Dia harus beralibi apa lagi?

Sempurna itu "Kita"Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin