Episode 64

125 7 0
                                    

Mansion keluarga Count Hendrick Graceffa

Brukk..

Glenn menarik lengan Gracia ke depan hingga ia jatuh terduduk dilantai, dihadapan kakak pertama nya yang bernama Giovanni Graceffa yang sedang duduk di kursi sambil membaca koran.

"Aku berhasil menemukannya, dia sedang berkeliaran di pusat pantai tadi." Ucap Glenn.

"Kerja bagus Glenn."

Degg

Gracia hanya menunduk, mendengar suara kakak pertamanya saja Gracia sudah sangat ketakutan setengah mati.

Gio melipat koran ditangannya lalu menaruhnya diatas meja yang ada di samping Gracia. Tangan kanannya langsung mengangkat dagu Gracia hingga mau tak mau Gracia harus menatap wajah Gio dari jarak yang cukup dekat.

Gio tersenyum simpul sambil menatap Gracia "Adikku, apa kau berniat kabur? Hmm?"

Saking ketakutannya Gracia kesulitan mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.

"Kenapa diam saja? JAWAB!" Gio membentak Gracia diakhir kalimat nya.

Gracia terkejut dan langsung menutup mata saking takutnya. "Ti.. Tidak ka.. Kakak..."

Glenn yang melihat Gracia dimarahi hanya tersenyum dengan puas.

"Karena ayah tidak ada disini, jadi aku yang akan menghukummu!" Gio melepaskan tangan dari dagu Gracia dengan kasar.

"Ti.. Tidak mohon ampuni saya! Sa... Saya benar-benar tersesat tadi dan tidak tahu jalan pulang." Gracia memohon sambil memegang kedua kaki Gio.

"Kau tetap harus dihukum karena sudah bertindak ceroboh!" Gio pun berdiri dan melangkah pergi.

"Bawa dia keruangan ku Glenn."

"Siap laksanakan kak!" Semangat Glenn.

"Ti.. Tidak saya mohon ampuni saya..." Gracia memohon sambil menangis bahkan bersujud dilantai.

"Heyy makanya jangan melakukan kesalahan jika tidak ingin dihukum. Ayo cepat berdiri!" Glenn menarik kedua tangan Gracia lalu mengangkat tubuhnya ala bridal style.

"Le...lepaskan..mohon ampuni saya.. Hiks hiks" 

Para pelayan yang sedari tadi diam langsung berbisik-bisik setelah mereka bertiga pergi.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa nona sampai se histeris itu saat mendengar akan dihukum?"

"Katanya jika nona melakukan kesalahan dia akan dihukum."

"Hukuman apa? Apa seperti kekerasan fisik?"

"Aku pernah dengar dari pelayan sebelumnya, hukumannya lebih parah dari kekerasan fisik!"

"Hah? Apa benar? Pantas saja nona sangat ketakutan sekali."

"Kita tidak boleh ikut campur urusan majikan kita jika masih ingin bekerja disini."

"Kau benar, itu masalah mereka. Sebisa mungkin kita jangan ikut campur."

.
.
.

Cecilion sedang berjalan menyusuri pantai untuk kembali ke mansionnya. Matahari sudah akan tenggelam sepenuhnya.

Ada apa dengan diriku? Kenapa aku merasa tidak tenang seperti ini? Aku terus kepikiran Gracia. Apalagi yang aku pikirkan? Dia sudah berhasil pulang bersama keluarganya kan? Lalu apa masalahnya? Kenapa hatiku terus merasa tidak tenang?

Cecilion menendang batu yang ada diatas pasir sampai ke laut. Matanya melihat kearah matahari yang akan tenggelam.

Ekspresi nya, dia tidak terlihat senang saat dipaksa pulang oleh kakaknya. Matanya terus melihat kearahku hingga dia tak terlihat lagi olehku. Seperti ada yang ingin dia sampaikan padaku.

"Arrghh kenapa aku harus sebingung ini hanya karena gadis yang baru aku temui sekali?" Cecilion mengacak-acak rambutnya kasar.

"Tapi saat bersama dengan ku senyum nya tak pernah pudar, lalu saat melihat kakaknya datang wajahnya langsung berubah drastis, dia pun menjadi lebih pendiam. Lalu kenapa?? Arrghh bisa gila aku jika terus memikirkannya! Sudahlah lebih baik aku segera pulang saja. Matahari sudah tenggelam juga."

Cecilion pun melanjutkan perjalan pulang ke mansionnya sambil berusaha tidak memikirkan tentang Gracia lagi.

.
.
.

Brukk..

Glenn melempar tubuh Gracia diatas tempat tidur.

"Ikat lengannya ke atas tempat tidur dan perban mulutnya." Perintah Gio setelah memberikan lakban dan tali pada Glenn.

"Siap kak!"

Gracia berusaha bangun dan perlahan mundur "hey mau kemana?" Glenn langsung menarik kaki Gracia dan mulai menutup mulut Gracia dengan lakban, dia juga mengikat kedua lengan Gracia diujung tempat tidur.

"Hmmpp...." Gracia masih berusaha berontak dengan kakinya, tangisnya juga semakin deras.

"Sudah beres kak"

"Kau boleh pergi" Sementara Gio sedang menyiapkan sesuatu di mejanya.

"Kenapa harus pergi? Aku juga ingin melihat dia menderita." Senyum Glenn.

"Ya terserah saja." Gio mengisi suntikan dengan suatu cairan berwarna biru muda. Setelah mengukur dosisnya Gio mendatangi Gracia dengan suntikan ditangan kanannya.

Gracia semakin berontak saat Gio mulai berjalan mendekatinya.

Tidak!... aku tidak mau merasakan rasa sakit seperti kematian itu! Tidak!.... siapapun tolong aku...



Bersambung






THE KING OF VERANCEWhere stories live. Discover now