Peringat

457 33 1
                                    

Vote komen jangan lupa sekalian follownya

.

.

.

Ceklek

Bara sampai di rumah. Matanya melihat Samudra dan Febrian menatap dirinya yang baru tiba di rumah.

"Mau ngapain tuh bocah ke rumah?" tanyanya berjalan tanpa mengidahkan tatapan kedua orang tersebut.

"Bar, duduk sini dulu." ucap Samudra tiba-tiba membuat langkah Bara terhenti di tangga.

"Disuruh duduk ya duduk budeg." sindir Febrian yang menyender di tembok sambil melipat tangannya di dada melihat Bara pergi duduk di hadapan Samudra.

"Kenapa?"

Samudra diam sejenak sebelum mengeluarkan unek-uneknya terhadap sang adik.

"Bar, benar Asta hamil?" tanya Samudra memasang wajah serius.

Bara hanya diam. Sudah dia duga pasti jika bertemu Samudra cowok itu akan menanyakan perihal Asta. Jika bukan Febrian siapa lagi yang Samudra tahui kalau Asta hamil.

"Gue ga percaya tentang cowok bisa hamil Bar. Tapi, gue tanya sama lo. Asta hamil anak lo?" tanyanya lagi.

"Dijawab tolol." kesal Febrian.

Bara hendak membuka mulut.

"Iya. Asta hamil anak gue." jawabnya jujur.

Samudra mengusap wajahnya kasar. Dia pikir rumor Asta hamil anak Bara dari mulut Febrian hanya jokes. Namun, ternyata kebalikannya alias real.

"Yakin lo ngehamilin Asta? Alasannya kenapa?" tanya Samudra masih syok.

Syok karena baru tahu cowok bisa hamil dan syok pada Bara yang dia tahu anaknya polos juga lugu bagaikan tidak tahu apa-apa seperti dia tidak tahu tugas sebagai ketua di komunitas miliknya seperti apa dan ternyata Bara diam-diam berhasil menanam cebong di dalam perut ketua Secular tanpa sepengetahuannya.

Febrian memiringkan senyumnya, "dengan lo hamilin Asta, lo udah bodoh makin bodoh. Gimana nasib anak lo kalo bapaknya aja tolol bin bodoh. Ngapain bikin anak orang hamil? Kayak bisa tanggung jawab aja. Nambah beban hidup." sinis Febrian merokok dalam rumah.

"Buang rokok lo." tegas Samudra dan Febrian menurut. Pembicaraan terhenti sebentar karena ada Dieraksa merasakan hawa-hawa tegang kepada 3 anak di rumahnya.

"Mama mau keluar sebentar sama papa. Titip rumah seperti biasa ya bang." permintaan Dieraksa dijawab anggukan Samudra dan Bara kecuali Febrian yang malas menanggapi.

"Gue ga tau ngomong apa. Kalau benar Asta hamil anak lo, masalah ini mama sama papa juga harus tau dan lo harus tanggung jawab pada Asta juga anak lo dari sekarang sampai anak itu lahir."

"Lo bakal tanggung jawab? Tch, baru jadi ketua aja udah nyusahin mantan ketua." oceh Febrian disenggol Samudra untuk diam.

Bara tidak menjawab pertanyaan Febrian. Anak itu lekas berdiri dari duduknya meninggalkan kembali rumah tanpa mengubris pandangan kedua orang yang mewawancarainya barusan.

"Biarin gue kasih Bara waktu sampai jawaban dia benar-benar matang." peringat Samudra takut Febrian memaksa Bara menjawab pertanyaannya hari ini juga.

"Cih." decak Febrian ikut meninggalkan rumah bergegas pergi ke markas Valutetion.

Di tempat lain, punggung Bara dielus Griffin yang duduk di sebelahnya sama-sama menatap telaga di malam hari.

"Apa jawaban lo?" tanya Griffin.

BARASTA (ON GOING) Where stories live. Discover now