Tatapan maut

1.5K 101 2
                                    

Vote komen jangan lupa sekalian follownya

.

.

.

Ceklek

Dias berjalan mendekati anaknya yang masih terbaring nyaman dengan posisi tidurnya di atas kasur.

Tangan lembutnya mengelus kepala Asta perlahan untuk membangunkan anaknya.

"Asta sayang bangun nak. Sudah pagi." ucapnya gagal membangunkan Asta melainkan anak itu mengubah posisi tidurnya memeluk lengan Dias.

Dias tersenyum dia tahu anaknya  tidak akan pernah bisa membenci dirinya. Asta masih butuh kasih sayangnya meskipun tanpa posisi ayah.

"Bangun yuk mama udah buatin Asta nasi goreng kesukaan Asta." Dias memencet hidung putra semata wayangnya membuat Asta terusik dan bangun dari tidurnya.

Bisa Dias hitung dengan jari berapa lama Asta ngelamun sebentar setelah dia membangunkan Asta lalu tiba-tiba anak itu menjauh dari dirinya.

"Menjauh." perintahnya menatap tajam Dias.

"Sayang, ini mama nak. Kenapa mama harus menjauh dari kamu? Kamu anak mama."

"Ga! Mending pentingin sama cowok banyak di luar sana! Asta ga pernah punya mama yang sukarela membagi selangkangan dengan biaya mahal cuma buat hidup. Mati lebih baik!"

"Asta! Mama ga pernah ajarin kamu bahasa begitu!"

"Lantas, siapa yang ajarin aku? Hah? Papa? IYA?"

PLAK

Asta memejamkan matanya meringis menahan sakit akibat tamparan dari Dias.

"Ulangi." ucap Asta.

"Hm? Ulangi? Kamu suka tamparan dari mama Ta?"

"ULANGIN GUE BILANG!" teriak Asta membentak Dias.

"CUKUP ASTA!" balas Dias tidak terima dirinya di bentak anak sendiri.

Bukan keinginan dirinya sendiri yang sekarang menjadi perempuan sewaan pria hidung belang. Dirinya tidak bisa menyalahkan takdir.

Dia tidak tahu harus menyalahkan siapa. Dirinya pun bingung.

"Andai mukamu cantik! Papa pasti ga bakal ninggalin mu!"

Sakit.

Iya, ini alasannya.

Alasan tidak masuk akal untuk Fergio dan Asta adalah karena melihat wajah Dias.

Hanya karena wajah. Dias rela dirinya di ceraikan oleh suaminya lalu Asta terus menyalahkan Dias sebagai perempuan jelek yang pernah ada.

Hei, semua perempuan di dunia ini cantik dan tidak ada yang jelek.

Dias merupakan wanita dengan tampang biasa yang tidak biasa menggunakan make up lalu di cap seperti mayat hidup.

Fergio, ayah dari Asta sangat suka berganti-ganti pasangan hanya demi mendapatkan perempuan yang lebih cantik.

Setelah cantiknya pudar dengan kurang ajarnya Fergio langsung hilang meninggalkannya secara sepihak bak tertelan bumi.

Meskipun sifat Fergio ke dirinya seperti itu. Lain hal nya dengan Asta. Anak mereka selalu Fergio beri apapun yang Asta inginkan.

Tak jarang, anak itu selalu meminta barang atau makanan yang akan di makan sendiri di kamarnya tanpa mau berbagi dengan Dias.

Kadang anak itu tidak pulang dan Dias tahu anaknya memiliki komunitas toleransi berisi anak-anak yang sama persis dengan dirinya.

Seperti Nagina anak hasil perzinaan yang di buang ke panti asuhan, lalu Fajri dijadikan anak angkat usai di suruh menjadi pemulung dan di tinggalkan oleh orang tua kandung saat di usianya masih 5 tahun.

Dan Asta yang kedua orang tuanya cerai akibat sang ayah suka mengganti pasangan dan dirinya hanya tinggal berdua bersama ibunya. Namun, Asta tidak pernah menganggapnya ada karena wajah sang ibu yang menurutnya tidak cantik.

Asta masih menatap Dias tajam dan dingin beralih meninggalkannya sendiri.

"Asta.. Hah.. Hah.." Dias memiliki penyakit asma dan asam lambung. Dengan langkah terburu dia keluar dari kamar Asta mencari inhaler di atas meja makan. Kakinya tersandung saat hendak mengambil inhaler yang menyebabkan sedikit bengkak tetapi Dias tidak mempedulikan kakinya.

Setelah mandi dan bersiap Asta pergi meninggalkan rumahnya tanpa sarapan dan berpamit dengan Dias yang duduk di kursi meja makan sedang memijat kakinya yang bengkak.

"Hah.. Astaga." keluhnya sembari memijat pelipisnya.

◌⑅●♡⋆♡BARASTA⋆♡●⑅◌

"Saya titip sampai pulang sekolah pak, ini uangnya." Asta memberi 5 lembar uang berwarna merah ke pemilik rumah yang dekat di daerah sekolahnya dan memasukkan motornya ke dalam teras.

Untuk rencana kali ini pagi menjelang siang akibat dirinya yang terlambat sampai sekolah setelah melaksanakan aktivitas rutinnya di markas. Asta membawa tangga kayu yang dia jumpa untuk dibawa ke belakang sekolah dan pergi menuju kelasnya agar terhindar dirinya dari mata para guru killer yang pasti sedang lalu lalang masuk kelas.

"Gue bakal naik genteng sekolah terus ke gudang. Gue coba buka kunci pagar gudangnya pake jepitan rambut Nagina." ucapnya naik tangga kayu.

Kakinya berhasil sampai di atas genteng. Hatinya tidak karuan melihat dari atas jalanan di bawah.

Dengan langkah yang sempoyongan tetap dengan Asta yang mencoba tegas pada dirinya agar mulai berjalan ke sisi belokan tajam menuju gudang.

Di lain sisi yang berbeda dari bawah genteng ada Bara yang berpatroli waspada jika ada murid kabur dari pelajaran.

Urusan dirinya tertinggal pelajaran tinggal meminta pada Rio si wakil osis sekaligus teman sekelasnya di kelas 12 IPA-B.

Asta menahan tubuhnya memakai tangan memegang ujung tembok genteng akibat terjatuh ke bawah dari serangan seekor burung yang melintas ke arahnya dengan sengaja yang membuat Asta menahan dirinya agar tidak jatuh ke bawah.

Bersamaan dengan Bara yang melintas ke tempat Asta yang hampir terjatuh.

"Asta." gumam Bara mendekati si cowok nakal.

"Turun." ucap Bara membuat Asta melihat ke bawah ada Bara pas di bawahnya.

"Ngapain di bawah gue bangsat!"

"Saya bilang turun Asta." balas Bara dengan nada dingin dan tatapan tajam ke arahnya.

"Ogah. Bodo amat gue nangkring di sini."

"Saya hitung sampai 3 jangan sampai Saya yang turun tangan buat lepasin tangan kamu secara paksa Asta." ucapnya lagi membuat Asta meneguk ludahnya kasar mendengar ancaman Bara yang menatap Asta dari bawah dengan tatapan mautnya.

"Mau lo apa babi? Urusan turun urusan gue, sono pergi."

"Satu."

"Bajingan pergi setannnn."

"Dua."

"Anjing si dedemit ini." Asta reflek melepas pegangannya dan badannya tidak merasakan sakit karena di tangkap oleh Bara.

Posisinya seperti bridal style.

Tatapan pertama untuk Bara dan asta yang berhasil Bara menyelamatkan nyawa Asta dari maut.

Vote komennya ayo sekalian follownya

BARASTA (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang