Chapter 14 - [ Ampera dan Kita ]

Start from the beginning
                                    

Marka terhempas keras ke tahan, tubuhnya terasa remuk seketika, Alex berdiri dan menginjak dada Marka menggunakan kakinya yang masih di alasi sepatu kulit.

Alex sedikit tertunduk untuk mendekati Marka. "Gue benci sama lo Mar! Gue gak bakal biarin lo hidup tenang setelah keluarga gue hancur gara-gara bokap lo!" Katanya meneriaki Marka, wajah Alex begitu merah menandakan bahwa dirinya dalam emosi yang tidak terkendali.

Marka hampir kehabisan nafasnya, ia memukul kaki Alex namun tidak ada reaksi. "Udahlah Marka, lo gak perlu repot cari pembunuh Arezz, karena gue bakal kirim lo juga ke tempat dia!" Mata Alex melotot dengan senyum psikopat terukir di wajahnya.

Marka mengerutkan keningnya, ia tak mengerti kenapa Alex berbicara demikian, keluarga? Kehancuran? Marka tidak pernah terlibat konflik perusahan dari orang tuanya.

Alex mencekik leher Marka dengan kuat hingga Marka hampir tidak dapat menarik nafas lagi.

"Mati lo sialan!"

Bughh! Satu buah balok besar mendarat ke kepala Alex, cekikan di leher Marka terlepas bersamaan dengan Alex yang terjatuh.

"Kamu gak boleh bunuh orang! Dia punya keluarga yang nunggu kepulangannya di rumah, kamu bukan Tuhan yang punya hak atas nyawa manusia!" ujar Sofia, tangannya melempar balok kayu tersebut dan mengenai tubuh Alex.

Sofia melihat Marka kesakitan, ia menarik tangan lelaki itu sehingga Marka dalam posisi duduk.

"Kamu masih hidupkan?"

Marka tak mengindahkan pertanyaan Sofia, ia menarik tangan gadis itu lalu berlari dari sana. Marka mendengar ada motor yang datang, ia yakin jika itu anggota Petron. Marka terus menarik Sofia mengikutinya, Marka tak punya banyak tenaga jika harus melawan orang lagi. Dadanya terasa sesak ketika Alex menginjaknya tadi.

"Marka stop! Lepasin aku!"

"Marka berenti!"

Marka tidak berminat mendengarkan permintaan Sofia, ia hanya ingin memastikan gadis ini aman sekarang. Mereka berlari menyusuri hutan, itu dilakukan supaya Alex dan siapapun yang mencari mereka tak akan mudah menemukannya.

Cukup jauh berlari Marka akhirnya melambat, Sofia menarik tangannya dari genggaman Marka, keduanya berhenti. "Ini sebenarnya kenapa? Kenapa cowok tadi tiba-tiba culik aku, dan kenapa," Sofia melihat leher Marka yang masih memerah dan sekujur tubuhnya tergores. "Kenapa dia mukul kamu?"

Bukannya menjawab pertanyaan Sofia Marka malah bertanya balik dengan raut wajah khawatir, "Lo gakpapa? Apa ada yang luka?" Tanya Marka, nada bicaranya rendah sehingga terdengar lembut.

Sofia menggeleng. "Kita gak aman kalau balik lagi ke tempat tadi. Lo gak usah khawatir, gue cari jemputan" kata Marka.

Lelaki itu sibuk mencari siapa pun yang bisa ia hubungi. Sementara Sofia, ia berjongkok menahan dinginnya udara saat ini.

"Nih."

Sofia mendongak. "Kenapa?"

"Pake jaket gue, biar lo gak masuk angin." Sofia mengambil jaket itu dari tangan Marka.

"Makasih" Marka beralih pada handphonenya yang berhasil menghubungi seseorang.

"Hallo, jemput gue di bagian Ampera. Lo bawa mobil kesini, gue gak sendiri."

"Udah jangan banyak tanya, buruan."

Sofia selesai mengenakan jaket oversize milik Marka, jaket itu benar-benar tebal dan hangat, Sofia tersenyum menikmatinya.

"Jaket kamu kebesaran."

"Lo-nya yang kecil" sahut Marka membenarkan.

Marka mengambil sesuatu dari saku celananya, ia mengeluarkan korek dari dalam sana, beberapa daun kering dan ranting ia satukan supaya bisa terbakar api.

"Kamu ngerokok?" Tanya Sofia melihat korek di tangan Marka, Marka berdehem.

"Ibu kamu tau?" Marka menggeleng.

Sofia bergeser mendekati Marka dengan posisi yang masih berjongkok, begitu berada disamping Marka, Sofia mendekatkan wajahnya ke tubuh Marka.

"Ngapain lo?"

Sofia mengeluarkan ekspresi heran, "Kamu perokok tapi gak bau rokok."

"Iyalah, gue bukan perokok berat. Masih batas aman"

"Oh, gitu ya?"

Marka mendudukan diri di tanah tanpa alasan apapun, kemudian Sofia mengikuti pergerakan Marka, ia duduk di samping Marka dengan kaki terlipat.

"Kak" Marka melirik. "Kenapa kak Marka bisa ke sini?" Tanya Sofia.

"Gue lagi cari temen. Mereka katanya di keroyok di sini, cuma waktu sampai gue gak liat mereka. Entah mereka kabur atau di bawa sama Alex."

"Nama cowok tadi Alex ya, dia bukan temen kamu?"

"Dulu, sekarang gak."

"Kenapa?"

"Udah beda jalannya, setelah kita temenan ternyata sifat dia gak cocok untuk ENJ" Marka melihat sekilas ke arah Sofia "ENJ itu nama Geng motor gue sama Arezz, Arezz yang bikin dan gue yang cari anggotanya. Waktu itu gue ketemu sama Alex di hotel bokap, dia kebetulan lagi ikut bokapnya rapat barengan sama bokap gue."

Sofia menyimak Marka yang masih melanjutkan cerita, "Dari situ gue kenal dia, gue ajak dia masuk ke ENJ, tapi di sana dia gak mau jadi anggota biasa, dia mau jadi ketua. Arezz setuju dan gak keberatan cuma gue gak suka, Alex itu orangnya jahat, hatinya jahat, gue takut dia bakal bersikap semau dia"

"Jadi Alex?"

Marka menarik nafas, "Jadi, gue minta dia jadi anggota biasa aja kayak yang lain, toh di ENJ semuanya setara, tapi dia masih gak bisa nerima itu."

"Kamu nyesel ya bilang gitu?" Marka menoleh "dia jahat, Sof. Buat apa nyesel?"

"Bener juga, bagus deh kalian gak temenan. Tapi kenapa dia jadi semarah itu? Kayak anak kecil aja ngambekan."

Marka terkekeh, "Gue kan udah bilang, dia jahat, dia orangnya pendendam dan gak mau damai" lelaki itu merubah posisi duduknya menghadap Sofia, tangannya ia jadikan tumpuan di belakang.

"Sekarang gue tanya, kenapa lo bisa sampai sini dan kenapa lo bisa kenal Alex?"

Sofia enggan berbicara, ia memperhatikan api yang menyala di depannya. Sofia ragu menceritakan ini, bagaimana tanggapan orang lain atas ceritanya?

Markaa meniup telinga gadis itu dari jauh  "Gue tanya, kok malah bengong."

"Aku," Sofia terhenti.

"Kenapa lo?" Tanya Marka melihat Sofia seperti bimbang.

"Aku pernah liat orang di bunuh."

.
.

See you di next Chapter yak💕

ENJ MARKAWhere stories live. Discover now