37. Satu Kata, Beribu Cara

196 47 114
                                    

🍂 Dria

Tak sabar ingin segera bertemu dengan Lily.

Jadi waktu istirahat makan siang yang harusnya dipakai untuk isi ulang tenaga, malah langsung kugunakan untuk menyeberang jalan raya, mendatangi perusahaan skala internasional tempat di mana Lily sedang bekerja.

Tersenyum sumringah menatapi paper bag yang kubawa, diriku sungguhan tak sabar ingin lekas melihat ekspresi wajah berbinar Lily jika tahu aku membawakan kue kesukaannya.

Pasti gemas sekali.

Karena setelah pulang dari Singapura, aku benar-benar belum bisa menemui Lily. Jadi hari ini rasanya sudah tak bisa ditunda lagi.

Harus segera bertemu dengan Lily.

Supaya rasa rinduku bisa lekas terpenuhi.

Tapi baru saja aku ingin mengangkat ponsel pintarku, kini langkah kakiku sudah langsung terpaku karena mendengar nama Lily disebutkan dekat sekali denganku.

"Kamu kenapa si, Ly?"

Ternyata, suara Cia.

Hampir saja aku cemburu jika saja laki-laki yang menyebutkan nama Lily.

Ya ampun.

Apa ketika jatuh cinta, memang jadi rawan sekali untuk mudah curiga?

"Pulang dari Singapura, bukannya banyak happy, malah galau terus kaya gitu."

Aku lekas menghentikan perjalananku karena ingin memperhatikan obrolan apa yang sedang Lily jalani bersama sahabatnya.

"Kak Adrian."

Tapi malah namaku yang disebutkan.

Apa akan ada kabar berita bahagia yang kudengar?

"Aku tahu. Karena siapa lagi cowok ganteng yang bisa bikin kamu jadi uring-uringan kalau bukan Kak Adrian?"

Aku menyembunyikan senyumanku.

Jelas jadi bangga sekali saat mengetahui bahwa hanya aku yang berada di hati dan pikiran Lily.

Jadi sepertinya, pria bernama Eksan yang sudah menyayangi Lily sejak lama memang tetap tak bisa mendapatkan jawaban iya. Karena tetap aku yang Lily cinta.

Alhamdulillah.

Pengejaranku sampai Singapura semoga bisa membuahkan hasil nyata.

"Kak Adrian memang ganteng banget. Tapi kayaknya, bakal batal jadi calon masa depan. Soalnya, berat banget kalau harus lawan masa lalunya."

Aku langsung termenung.

Masa lalu?

Apa masih Nadira yang terus Lily khawatirkan?

Kenapa Lily selalu salah paham denganku?

Apa semua ungkapan hatiku di Singapura masih dianggap kurang oleh Lily untuk menjelaskan perasaan besar yang sudah kupunya untuknya?

"Tapi kamu cerita, kemarin, waktu di Singapura, Kak Adrian udah bilang kalau kamu calon istrinya. Kalau Kak Adrian beneran bilang kaya gitu, berarti, Kak Adrian udah move on dong dari Mba Dira."

Bahkan, Cia sudah bisa langsung paham dengan seriusnya lamaran pernikahan dariku untuk Lily. Tapi kenapa Lily tak kunjung mengerti?

Harus bagaimana lagi aku menjelaskan pada Lily bahwa diriku juga sudah jatuh hati?

"Kalau beneran udah move on, alhamdulillah. Tapi kalau ternyata Kak Adrian bilang kaya gitu karena cuma kasihan, cuma karena mau aku nggak makin marah, karena lagi coba bujuk aku biar baikan, gimana?"

Cinta Dua NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang