35. Tentang Kita Jadi Sama

239 51 149
                                    

🍂 Dria

"Kak Adrian aneh."

Satu kalimat ketus yang langsung Lily lontarkan untukku.

Dan karena respon dingin seperti itu yang Lily berikan padaku, aku jadi makin ingin menegaskan isi hatiku, supaya Lily bisa lekas paham dengan tujuan kedatanganku.

"Dari kemarin aku udah bilang, kalau kamu udah siap, berarti, harus jadi istriku. Bukan pacaran. Jadi, ngapain bilang putus? Nggak bisa."

"Kak Adrian yang benar aja, dong."

Lily berontak supaya pegangan tanganku pada ujung lengan coat miliknya bisa terlepas.

Tapi genggaman tanganku untuk mencegah kepergian Lily jelas makin mengerat.

Karena aku tak akan membiarkan Lily pergi dengan bentuk salah paham baru yang bisa jadi makin berat.

"Ya, bener, dong. Aku udah betul. Kamu yang lagi salah."

"Kak Adrian mau bercanda?"

"Aku serius. Kamu kali yang mau main-main sama aku."

Kutarik sisi coat yang Lily kenakan sampai gadis ceria yang sedang punya hobi merajuk maju cepat sekali sampai tepat di hadapanku.

Dan Lily jelas langsung berseru kesal karena protes padaku.

"Nyebelin!"

Baru saja ingin mengalihkan pegangan tanganku pada tas hitam berkilau yang Lily kenakan, tapi langkah kaki Lily sudah melesat cepat sekali karena ingin kembali melakukan pelarian.

"Eh, mau pergi ke mana kamu?"

Jadi dengan cepat langsung kutarik kerah coat punya Lily, sampai Lily jadi tak bisa berlari.

Biarkan Lily berubah seperti anak kucing untuk sementara.

Karena entah kenapa, gerakan kaki Lily sungguhan jadi gesit sekali sampai aku jadi tak boleh untuk lengah. Kalau aku hilang fokus untuk sedetik saja, Lily bisa langsung pergi dengan membawa tumpukan amarah.

Benar-benar gadis belia yang sedang senang sekali membuatku jadi kalang kabut untuk membujuk.

"Nggak usah main kabur-kaburan lagi." Peringatan tegas jelas langsung kusampaikan pada Lily.

Membuat ekspresi wajah Lily langsung cemberut.

Kentara sekali ingin merajuk.

Dan aku yang lebih dewasa, jelas ingin memberikan penekanan penting supaya Lily bisa paham bahwa suatu masalah memang harus diselesaikan dengan sangat segera.

Tak bisa menghindar terus-menerus.

"Aku harus kerja. Kamu juga. Kita bukan pengangguran, Ly. Nggak bisa liburan terus-terusan. Jadi, jangan nekat minta main petak umpet lagi sampai kejar-kejaran ke negara lain."

Genggaman tanganku pada kerah coat Lily membuat si gadis belia ini berulang kali menghentakkan kaki di sisiku.

Tanda protes.

Juga seakan ingin menunjukan tanda bahwa Lily ingin marah.

Tapi kubiarkan. Tak akan mungkin kulepaskan.

Karena aku lebih bisa tahan mendengar Lily banyak mengoceh tanpa henti. Daripada aku harus dibuat gelisah kalau Lily nekat pergi.

"Lepasin."

"Kalau kamu mau kabur lagi, nggak akan aku lepas."

"Kak Adrian kaya penculik!" tatapan mata Lily sudah berubah jadi delikan yang begitu sengit. "Mau aku teriak biar orang-orang hajar Kak Adrian? Iya?"

Cinta Dua NegaraWhere stories live. Discover now