27. Pertengkaran - Perdebatan - Perpisahan

254 71 238
                                    

🌼 Lily

Aku sibuk menahan tangisanku.

Berusaha sekuat tenaga untuk tetap fokus dengan kemudiku.

Tapi gagal.

Nyatanya patah hati memang selalu terasa sangat menyakitkan.

Aku ingin kuat.

Tapi jiwaku serasa semakin rapuh. Pertahanan hatiku seperti kosong dan jadi kalang kabut mencari pegangan supaya aku tak mudah jatuh.

Ingin sekali untuk abai, tapi nyatanya cemburu memang tetap jadi luka yang begitu pedih dan mengiris hati.

Karena tadi, melihat Kak Adrian yang bahagia sekali bertemu dan bicara dengan Mba Dira, tetap membuat hatiku sakit luar biasa. Tatapan lembut Kak Adrian untuk Mba Dira tetap memancingku jadi cemburu dengan interaksi manis di antara keduanya.

Meski aku sadar, bahwa aku tak ada hak untuk melakukannya. Tapi tetap saja, aku iri, dan ingin berada di posisi Mba Dira. Yang dicinta Kak Adrian dengan begitu tulus, dan diupayakan sekuat tenaga.

Kenapa jatuh cinta pertamaku harus serumit ini?

Apa aku sungguhan harus mundur?

Jawabannya, mungkin iya. Karena giat berusaha memang sangat luar biasa. Tapi terkadang, atau bahkan mungkin sering kali, introspeksi dan sadar diri harus segera dilakukan supaya sakitnya tak semakin terasa.

Mencengkeram erat kemudi mobilku, lalu lalang dan kemacetan serta segala macam bentuk bising di Jakarta sama sekali tak bisa menghilangkan kesedihanku.

Dadaku malah terasa semakin sesak.

Isi otakku jadi bertambah penat.

Dan jantungku makin berdetak begitu berisik menyuarakan rasa sakit yang tak kunjung mau hilang.

Adrian.

Satu nama yang ingin sekali bisa kulupakan, kuhilangkan, supaya tak lagi jadi sumber kesedihan.

Tapi semakin aku berusaha, hadirnya Kak Adrian malah terus-menerus mendekat dan membuatku seolah terikat ingin selalu berada di sisinya.

Pelik.

Juga menyebalkan di waktu yang sangat sama.

Karena aku seperti diberi limpahan harapan. Tapi di lain sisi juga berulang kali ditikam rasa cemas akan penolakan.

Aku ingin percaya diri lagi seperti dahulu.

Berpikiran santai bahwa kalau aku banyak berusaha, maka Kak Adrian pasti juga bisa segera memiliki perasaan besar yang sama.

Bisa balik mencintaiku.

Seperti aku yang sudah sangat mencintai Kak Adrian.

Tapi lagi-lagi, ingatan Mba Dira sebagai cinta pertama yang sulit sekali Kak Adrian lupakan tetap sangat menyakitiku. Aku ingin lupa dan menganggap maklum bahwa hal itu memang di luar kuasaku. Karena Mba Dira yang pertama Kak Adrian kenal, jadi wajar kalau penerimaan Kak Adrian jadi tak bisa mudah untukku.

Tapi sayangnya, ego manusia yang paling tangguh untuk menyuarakan pendapatnya, bahwa sekali pria sulit sekali untuk rela, maka perjalanan selanjutnya pasti akan banyak sekali menjumpai lonjakan derita.

Aku ingin memiliki Kak Adrian, masih terus berharap akan adanya pernikahan. Tapi ketakutan akan ditinggalkan, atau kekhawatiran diterima karena belas kasihan, masih kerap menghantuiku karena aku tak mau jadi pilihan karena keterpaksaan.

"Lily! Hati-hati!"

Teriakan Cia terdengar begitu sarat akan rasa takut begitu besar. Karena tangisan Cia saat ini juga bisa langsung kudengar.

Cinta Dua NegaraWhere stories live. Discover now