34. Tak Tahu, Rasa Ragu

210 51 94
                                    

🌼 Lily

Tahu bagaimana rasanya bahagia setelah banyak kesusahan?

Nyaman sekali.

Seakan semua beban berat di atas pundak sedang terangkat.

Badan terasa ringan.

Napas jadi lega.

Dada tak lagi sesak.

Dan senyum terus terkembang.

Rasanya, aku jadi ingin meminta, bahwa tak apa kalau hidup tak selalu sempurna. Yang penting Allah senantiasa memberikan aku kekuatan dan perlindungan untuk mampu melewati semuanya.

Karena ternyata, bahagia memang tak melulu tentang hal besar yang istimewa.

Sesuatu sederhana yang tak pernah kita duga, atau rutinitas biasa, juga bisa membuat perasaan kita jadi aman dan damai sekali ketika melaluinya.

Udara segar.

Tubuh yang sehat.

Bisa bernapas dengan normal.

Tersenyum dengan leluasa tanpa paksaan.

Makanan enak.

Pemandangan bagus.

Dan yang paling membuat hati suka cita, karena aku tak menyangka, bahwa di sisiku saat ini ada laki-laki yang kucinta.

Pria dewasa bernama Adrian.

Yang dulu pernah jadi presensi indah teramat sulit yang seperti tak bisa kugapai. Tapi beberapa hari ini telah sangat berhasil jadi seseorang yang begitu peduli dan terus setia menjagaku ke mana saja aku ingin pergi.

Dengan senyum dan semua bentuk perhatian teramat menenangkan yang Kak Adrian berikan, yang membuat hatiku merasa tenang dan bisa merelakan semua kepedihan.

Waktu santai begitu menyenangkan yang membuat lemon cake yang sejak tadi sedang kunikmati jadi terasa semakin sedap ketika dimakan.

"Mau coba punyaku?"

Aku jadi tersentak dan menghentikan kunyahanku saat tiba-tiba Kak Adrian sudah mengulurkan sesuatu untukku.

"Mau?"

Kedua mataku jadi berbinar.

Terkejut sekali dan jelas tak menyangka kalau Kak Adrian akan berbagi cake yang ia pesan.

Padahal, Kak Adrian juga sudah memberikan aku lemon cake yang begitu enak. Tapi sekarang, cake pesanannya, juga Kak Adrian tawarkan untukku.

Apa ini mimpi?

Kalau iya, biarkan aku tidur lebih lama. Karena aku benar-benar tak ingin kehilangan momen berharga ini begitu saja.

Aku mohon.

"Kuenya lembut. Menurutku, manisnya juga pas. Jadi, semoga, kamu suka."

Bahkan manisnya Kak Adrian jelas lebih aku cinta.

Astaga.

Langsung kupejamkan kedua mataku supaya aku bisa lekas sadar.

Jangan sampai aku jadi gila di waktu yang tak tepat.

Jadi setelah berhasil menenangkan diri aku segera memusatkan pandanganku pada Kak Adrian, karena tawaran menggiurkan dari Kak Adrian ingin aku terima dengan hati yang sangat senang.

"Boleh?"

"Kan, memang udah aku tawarin."

Mama.

Apa pria baik sehangat Kak Adrian bisa jadi suami Lily?

Cinta Dua NegaraWhere stories live. Discover now