Setelah masuk, Arviant melepaskan cengkramannya di pergelangan tangan Selena kemudian menutup pintu lalu menguncinya.

Selena masih bergeming di belakang Arviant.

"Duduk." perintah Arviant.

Selena merinding mendengar suara dengan aksen di seret itu, ia menurut dan duduk di salah satu kursi.

Arviant ikut mendekat, dan duduk di kursi kerjanya. Selena mulai bertanya-tanya dalam hati atas maksud Arviant yang membawanya kemari.

Semenit, dua menit hingga setengah jam, tak ada yang membuka suara, Arviant malah fokus ketumpukan kertas di atas mejanya membiarkan Selena yang duduk dengan perasaan gusar.

Selena yang sudah kesal berdiri dari duduknya, ia tidak bisa seperti ini, "Jika tidak ada yang ingin di bicarakan aku izin pamit."

Saat hendak membuka pintu ruangan, tiba tiba Arviant berujar. "Duduk kembali ketempat mu."

Selena berbalik, "tidak ma—"

"Aku bilang duduk!" bentak Arviant.

Selena menengang, ia menurut dan duduk kembali. Selena meneguk ludahnya susah payah saat Arviant berdiri dari duduknya dan mendekat ke arahnya.

Selena tiba-tiba merasa takut dengan Arviant, pria itu sangat mengerikan ketika sedang marah, dan Selena tahu apa penyebab dari kemarahan Arviant.

"Kau tahu apa kesalahan yang kau perbuat hari ini?"

Arviant menatap tajam sepasang netra hazel itu yang di balas dengan tatapan yang sama tajamnya.

Selena memalingkan wajahnya. "Ya, aku akui aku salah karena pergi tanpa memberitahu anda."

Arviant menaikkan alisnya. "Lalu? Jika kau tahu perbuatan mu itu adalah kesalahan, mengapa kau malah melakukannya?"

"Anda tidak akan mengerti, lagipula jika aku meminta izin untuk keluar dari kediaman ini apakah anda berkenan? Tidak kan." balas Selena, Selena yang semulanya memalingkan wajahnya kembali menatap Arviant.

"Aku mengizinkan selagi kau pergi dengan tujuan yang pasti."

Selena berdecih di dalam hati. Ucapan Arviant barusan terdengar sangat konyol, sudah berkali kali ia meminta izin kepada Arviant untuk keluar kediaman dengan tujuan yang pasti dan alasan yang jelas. Tapi apa? Pria itu sama sekali tidak mengizinkannya.

"Aku sudah sering meminta izin jika ingin keluar dari kediaman, tapi anda tetap saja melarang."

"Aku melarang mu juga demi keselamatan mu." bela Arviant pada dirinya sendiri.

"Aku selalu keluar dengan membawa prajurit, jadi tentu saja keselamatan ku terjamin." bantah Selena tak mau kalah.

Arviant menghela nafas kasar. Selena benar benar keras kepala. "Kau tidak tahu situasi di luar sana Selena! Banyak orang yang berniat menjatuhkan ku, mereka tahu jika aku sulit untuk di jatuhkan, maka dari itu mereka mengincar orang orang terdekatku untuk melumpuhkan ku."

Arviant kembali melanjutkan. "Mereka terlalu licik, bahkan jika kau membawa seribu prajurit sekalipun untuk mengawalmu, mereka akan tetap memiliki celah untuk mencelakakan mu."

Arviant memegang pundak gadis yang terpaut tiga tahun dengannya mencoba memberi pengertian. "Mereka terlalu berbahaya. Bukan tanpa alasan aku melarangmu untuk keluar kediaman, aku mengkhawatirkan keselamatan mu."

Selena menatap bola mata Arviant, kawatir? Sejak kapan pria di hadapannya memiliki rasa kawatir atas keselamatannya?

"Jangan bersikap baik kepadaku Duke. Lebih baik anda bersikap jahat saja seperti sebelumnya, Agar aku selalu membenci anda."

Selena's Second LifeМесто, где живут истории. Откройте их для себя