37 - T R E I N T A Y S I E T E

2.8K 370 25
                                    

tw // blood , violence

Tuan Lee tertawa, sudah menduga tentang bagaimana reaksi cucunya itu ketika ia mengatakan hal tersebut. "Kau kira aku akan mempercayaimu begitu saja setelah kau bersikap layaknya seekor anjing yang patuh?" Tawanya terdengar mengerikan, berat dan dingin.

"Bahkan anjing yang patuh dan sangat penurut juga bisa menggigit tuannya. Apalagi manusia naif sepertimu."

Tubuh Jeno menggigil akibat gejolak emosi yang membuncah, mengalir ditiap pembuluh darahnya, berpacu di setiap detak jantungnya. Obsidian sekelam malam yang tenang itu sepenuhnya tenggelam oleh manik emas berkilauan yang diselimuti oleh nafsu membunuh.

"Kau mencoba bermain rumah-rumahan denganku, maka aku sebagai tuan rumah akan memperlakukanmu dengan baik, bukan begitu?" Tuan Lee masih saja terus berceloteh, mengabaikan tatapan membunuh yang dilayangkan Jeno.

Mark, Renjun, Haechan dan Lucas bergidik melihatnya. Hanya dengan tatapan saja, mereka merasa jika Jeno bisa membelah seluruh pohon yang ada di hutan ini. Membabat habis semuanya tanpa sisa, menghancurkan tanah yang mereka pijak dan menggetarkan bumi oleh amarahnya.

Namun Tuan Lee masih terus memprovokasi Jeno, sepenuhnya tidak merasa takut atas ancaman yang bisa kapan saja merenggut nyawanya dan menarik paksa jantungnya dari rongga dadanya.

Jeno berusaha menekan gejolak emosi yang saling bertumpah ruah, berebut untuk segera keluar dan dilepaskan. Ia tidak boleh kehilangan kendali, ia masih belum sepenuhnya mampu mengontrol seluruh kekuatannya.

Dan jika ia lepas kendali, tidak ada jaminan ia tidak menyakiti paman dan teman-temannya.

"Kau menahan diri? Takut jika kau didominasi oleh jiwa elder mu?" Tuan Lee melirik Jeno angkuh, "kau masih belum sepenuhnya mengendalikan kekuatanmu. Dan tentu saja butuh waktu lama agar kekuatanmu stabil. Padahal, jika kau menurut dan tidak menusuk kakekmu ini dari belakang, kau bisa sepenuhnya mengendalikan kekuatanmu dan membalaskan dendam mu pada mereka."

"Diam." Jeno berdesis. "Satu-satunya orang yang akan menerima pembalasan dendamku adalah kau, pembunuh."

Air wajah tuan Lee nampak bingung, dan setelahnya lamgsung berubah menjadi ekspresi yang aneh, "kau benar, aku lupa jika kau sudah tahu kebenarannya." Senyumnya kembali mengembang, namun terdistorsi oleh ekspresi lain yang tidak Jeno kenali, "orang tuamu mati-matian menyembunyikanmu. Meragukan impian dan tujuan mulia kakekmu ini, menentangku dan berniat menyingkirkanku setelah aku membunuh Eunhyuk, ayah Mark. Hahaha, konyol sekali."

"Mereka kira, mereka mampu. Tapi apa? Justru mati dibawah jurang yang dalam dengan mengenaskan."

Jeno tidak sanggup menahan lagi, ia berteriak marah. Auman bak serigala buas yang hendak menyerang musuhnya, "DIAM KAU, KEPARAT!!!"

Dengan impulsif, Jeno menyerang sang kakek. Namun, dengan cepat dua orang penyihir berjubah hitam itu menghalanginya, menyerangnya menggunakan kekuatan sihir dan memanfaatkan energi yang tersisa dari pemukiman kyrax dan menyerang Jeno.

"Jeno, berhenti!!" Itu suara Jaehyun yang berusaha menghentikan Jeno yang masih bersikeras melawa dua penyihir sozie.

Jeno menulikan indera pendengarnya, terus dengan gencar melayangkan serangan sehingga ia bisa semakin mendekati kakeknya. Kekuatan elemen yang bisa ia kuasai rupanya sedikit membantu, ia meggunakan bara api menyala dari tongkat obor di jalanan setapak pemukiman itu dan membuatnya menjadi bola api yang besar.

Melemparkannya pada dua penyihir sialan yang meghalanginya, namun dengan mudah serangannya ditepis menggunakan sebuah dinding es kokoh yang kemudian menghilang dalam sekejap mata, berubah menjadi kepingan salju lembut yang berterbangan.

Nerd Alpha | NOMIN Where stories live. Discover now