23 - V E I N T I T R É S

20.4K 2.6K 310
                                    

Jaemin mengerjapkan matanya beberapa kali ketika cahaya lampu diatas langit-langit sebuah ruangan serba putih menyilaukan matanya. Ia berada dimana? Pikirnya. Kemudian matanya mengedar ke sekitar, menyadari ada sosok lelaki yang duduk di sisi ranjangnya sembari terus menunduk dan menggenggam erat tangannya.

Ingin rasanya ia memanggil lelaki itu namun lidahnya terasa kelu, tenggorokkannya terasa kering dan berujung urung menyerukan nama sosok lelaki yang menggenggam tangannya itu.

Namun tiba-tiba kepalanya terasa pening hingga membuatnya meringis pelan dan memegangi kepalanya dengan tangannya yang lain.

Dan suara ringisannya barusan membuat lamunan seorang lelaki yang duduk di kursi sisi ranjang pun terkejut dan refleks melepas genggaman tangannya barusan.

"Kau sudah sadar?" Entah hanya halusinasi Jaemin yang baru saja sadarkan diri atau memang benar jika nada bicara lelaki itu terdengar panik dan khawatir. Jaemin masih tidak membuka suara, ia hanya menatap kearah sosok kekasihnya yang juga balas menatapnya datar tanpa ekspresi, tapi sorot kekhawatiran yang terpancar dari obsidiannya terlihat jelas bagi Jaemin.

"Kau merasa pusing?" Tanya Jeno pelan. Jaemin mengangguk singkat dan menjawab dengan suara seraknya, "sedikit."

Tanpa basa basi, Jeno segera mengambil sebuah gelas berisikan air putih dan membantu Jaemin untuk meminumnya perlahan. Kemudian mengusap sudut bibir Jaemin dengan telaten menggunakan selembar tissue yang diambilnya dari atas nakas dan membantu Jaemin untuk membaringkan tubuhnya dengan hati-hati.

"Bisakah kau lebih memperhatikan dirimu?" Jeno mulai membuka suara, "lihatlah, tubuhmu semakin kurus, wajahmu pucat. Dan apa-apaan kantung matamu itu, kau mengerikan." Jeno kembali berujar dengan nada sinis yang membuat Jaemin cukup terkejut.

Baru saja lelaki itu memperlakukannya dengan lembut; yang sedikit membuatnya tidak percaya, kekasihnya itu sudah kembali bersikap sinis padanya?

"Dokter bilang kau mengalami dehidrasi dan kurang tidur. Apa kau tidak makan dan tidur dengan benar?" Jeno bertanya, ekspresi wajahnya tetap sama; datar. Seolah enggan melihat kondisi Jaemin sekarang. Namun nada dan sorot mata penuh kekhawatiran itu sangat membingungkan bagi Jaemin.

Omega manis itu berdeham pelan, "aku terlalu memikirkanmu, sampai aku lupa dengan diriku sendiri."

Jeno berdecak keras, "bisakah kau tidak usah bersikap berlebihan? Memikirkanku hingga melupakan waktu makan dan tidurmu? Menggelikan."

Hati Jaemin teriris mendengarnya, apa Jeno sebegitu benci pada dirinya?

Namun tiba-tiba ia terkejut karena lelaki Lee itu meletakkan susu coklat dan sebungkus roti diatas ranjangnya, "kau harus makan. Aku tidak ingin melihatmu menyedihkan seperti ini. Kau juga harus memperhatikan kesehatanmu."

Jaemin terperangah mendengarnya, apakah Jeno masih memperhatikannya?

Belum sempat ia berujar lagi, Jeno mulai beranjak dan menenteng tas nya ke pundak, "aku pergi."

Namun baru saja Jeno hendak menyentuh gagang pintu, suara Jaemin terdengar. "Bisakah kau percaya padaku? Pada kami?"

"Tidak, keputusanku sudah bulat."

"Termasuk dengan membunuhku?"

Jeno terdiam untuk beberapa saat, merasa tenggorokannya tercekat ketika Jaemin meloloskan pertanyaan itu padanya. Namun ia lebih memilih untuk tidak menjawab dan langsung memutar gagang pintu lalu keluar dari sana meninggalkan Jaemin yang hanya bisa menatap susu dan roti pemberian Jeno dengan raut sedih.

Kemudian tanpa disangkanya, Haechan datang setelah kepergian kekasihnya itu. "Bagaimana? Apa Jeno sudah bisa diajak berdamai?" Tanya Haechan setelah berdiri disisi ranjang Jaemin.

Nerd Alpha | NOMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang