22 - V E I N T I D Ó S

19.1K 2.8K 568
                                    

Nafas Mark tersengal setelah berlari dan menaiki tangga menuju kamar Jeno yang berada di lantai dua. Ia membuka atau lebih tepatnya mendobrak pintu kayu berplitur coklat mengkilap itu dengan brutal dan membuat sang pemilik kamar yang baru saja menyelesaikan acara mandi sorenya terlonjak karena terkejut.

"Kau mengejutkanku, ada apa denganmu? Kau dikejar hantu?"

Mark menggeleng ribut, ia menengok keluar kamar sebelum menutup rapat pintu kamar Jeno dan menghampiri sepupunya itu, "ada yang ingin kukatakan padamu?"

"Apa itu?" Jeno nampak penasaran, namun sedetik kemudian ia menyadari satu hal, "sebentar, biarkan aku berpakaian terlebih dahulu." Ujarnya kemudian. Ya bagaimana tidak? Jeno baru saja mandi dan hanya ada handuk yang melilit pinggang hingga pahanya.

Mark berdecak, "ayolah tidak ada waktu!"

"Oke, oke. Tapi setidaknya biarkan aku memakai celana terlebih dahulu." Jeno berlalu menuju lemari dan memakai celana beserta dalaman dengan cepat setelah menyuruh sepupunya itu untuk berbalik. Padahal mereka sama-sama lelaki tapi tetap saja Jeno malu.

"Sudah, cepat katakan ada apa?" Jeno berjalan mendekat kearah Mark seraya memakai kaos putih polos miliknya dan duduk disisi ranjang.

"Kau tahu soal Lucas?"

Jeno mengangguk singkat, "tahu, dia dipindahkan ke China bukan?"

"Kau salah."

Kening lelaki tampan itu mengernyit mendengarnya, "maksudmu?"

Mark duduk disebelah Jeno dan menatap sepupunya itu lekat, "Lucas ada disini. Dirumah ini. Dan kau tahu? Aku melihatnya diruangan dekat dapur yang-"

"Tunggu, kau masuk ke ruangan itu? Bukankah kakek sudah melarang?"

"Ck, sekarang bukan waktunya membahas itu. Ada yang lebih penting sekarang!" Tanpa sadar ia meninggikan suara karena kesal, "aku melihatnya babak belur, dan kau tau siapa yang menghajarnya?"

Jeno menggeleng pelan.

"Kakek kita."

"Apa? Kau bercanda? Kakek tidak mungkin melakukan itu." Tukas Jeno tidak percaya.

"Aku juga tidak mempercayainya setelah aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, Jen!"

"Kau mungkin berhalusinasi, Mark. Mungkin kau-"

"Aku tidak berhalusinasi, Lee Jeno! Aku bersungguh-sungguh!" Teriak Mark kesal, terlalu kesal karena Jeno tidak mempercayainya sekarang. "Lebih baik kita pergi sekarang, aku harus membawamu jauh dari kakek. Mungkin kita harus menemui keluarga Jung atau-"

"Apa maksudmu?" Tanya Jeno dingin, ekspresinya berubah ketika nama keluarga Jung terucap dari bibir Mark.

"Apa kau mengada-ngada cerita tadi, Mark? Apa kau sekarang bersekongkol dengan Jung?"

Mark mengacak rambutnya frustasi, "astaga, tidak! Aku bersungguh-sungguh, Jeno! Yang ingin memanfaatkanmu adalah kakek! Bukan keluarga Jung!"

Jeno mendengus remeh, "kau pikir aku akan percaya begitu saja? Keluarga Jung sudah menipuku selama bertahun-tahun, Mark!"

"Mereka tidak menipumu! Kau telah dibodohi oleh-"

Klek!

Suara pintu yang terbuka menghentikan perdebatan sepasang saudara itu. Sosok kakeknya terlihat ketika daun pintu dibuka, seulas senyum terlukis diwajah berumurnya, "jangan lupa untuk makan malam sebentar lagi." Ujarnya.

Kemudian ia menyadari situasi tidak mengenakan diantara kedua cucunya itu, "apa kalian sedang berkelahi?"

"Tidak, kakek. Kami hanya berdebat kecil, bukan hal yang penting." Sanggah Jeno.

Nerd Alpha | NOMIN Where stories live. Discover now