29 - V E I N T I N U E V E

22.7K 2K 182
                                    

Haechan masuk ke kamar Jaemin dengan nampan berisikan bubur dan segelas susu hangat. Ia berjalan menuju sisi ranjang, dimana disana ada sosok sahabatnya yang meringkuk dibawah selimut. Tidak keluar dari balik selimutnya sejak kejadian menggemparkan pagi tadi.

Jeno mengantar Jaemin pulang, lelaki itu hanya menunggu Jaemin turun dari mobilnya lalu kembali melajukan mobilnya tanpa sepatah katapun atau menunggu Jaemin hingga lelaki manis itu masuk kerumahnya terlebih dahulu.

Tidak ada kecupan selamat tinggal, senyum hangatnya, dan lambaian tangannya yang mengiringi Jaemin masuk ke dalam rumah seperti dulu.

Haechan langsung datang ke kediaman keluarga Na setelah ibu Jaemin menelepon dirinya. Sebenarnya ia sudah tau apa yang Jaemin dan Jeno telah lakukan. Semalam, disaat sahabatnya itu heat, Jeno langsung menariknya menjauh dari hall.

Ia dan Mark tentu saja mengikuti mereka, dan betapa terkejutnya ia melihat Jeno dan Jaemin yang masuk ke dalam kamar mewah disana. Dirinya dan kekasihnya itu tidak tahu, apakah dengan membiarkan Jeno bersama Jaemin yang sedang heat berada didalam ruangan yang sama itu merupakan hal yang baik atau tidak.

Tapi mau bagaimanapun, Jaemin saat itu sangatlah membutuhkan Jeno, Alpha nya.

Dan melihat Jaemin yang hanya bergelung dibawah selimutnya seperti sekarang membuat Haechan merasa jika seharusnya dia lah yang membawa sahabatnya itu pulang dan mencekokinya dengan supresan.

"Na," panggilnya, namun sahabatnya itu tidak menyahutinya sama sekali. Lalu ia meletakkan nampan berisikan semangkuk bubur dan segelas susu itu keatas nakas sebelum duduk ditepi kasur. Tangannya terulur, menepuk punggung sahabatnya lembut berkali-kali; memberinya ketenangan.

"Bangunlah, kau harus makan. Bukankah ada yang harus kau ceritakan padaku?" Tanya Haechan. Dapat ia rasakan gundukan besar diselimut putih itu bergerak sebelum akhirnya wajah sembab Jaemin terlihat saat lelaki manis itu menyingkap sedikit selimutnya.

"Duduklah dulu." Jaemin menurut, mulai keluar dari selimutnya dan duduk bersandar pada headboard ranjang miliknya.

Haechan kembali mengambil mangkok bubur dari atas nakas, ia mengambil satu sendok bubur dan menyodorkannya tepat didepan mulut sahabatnya itu. Jaemin merengut kecil, "aku bisa sendiri, Chan."

"No, no, no, aku akan menyuapimu sampai habis. Bukankah sebuah kehormatan bisa menyuapimu, Queen?" Jaemin tertawa mendengarnya, "berhenti memanggilku seperti itu, aku tidak terbiasa. Dan terdengar aneh jika kau yang mengatakannya."

Haechan terkekeh pelan, ia terus menyuapi Jaemin dengan telaten, "oh iya, Na." Lelaki Na itu hanya bergumam sebagai jawaban dengan mulut yang penuh bubur.

"Mark sudah tau," Haechan menggantung perkataannya, melirik kearah Jaemin guna melihat reaksi lelaki Na itu, "dia menceritakannya padaku setelah Jeno membawamu."

"Lalu? Apa yang diceritakan oleh Mark?"

"Dia melihatnya, kakeknya yang memukuli Lucas dan fakta jika kakeknya itu hanya memanfaatkan Jeno. Kakeknya dan orang kepercayaan kakeknya itu sempat mengancam Mark, karena ia ketahuan berusaha mengajak Jeno pergi dan kembali pada kita." Jaemin memusatkan seluruh atensinya pada Haechan, sedikit terkejut mendengar penuturan dari sahabatnya itu, "apa?"

Haechan terlihat gusar, tangannya berhenti menyuapi Jaemin dengan bubur, "aku takut, Na. Bagaimana jika si tua bangka itu melukai Mark? Kau tau sendiri, bukan? Perihal orang tua Jeno dan.. Mark?" Jaemin mengangguk sebagai jawaban. "Pria tua itu saja bisa membunuh anak-anaknya sendiri. Aku jadi takut terjadi hal yang buruk pada Mark."

"Kau mengatakannya pada Mark soal siapa pembunuh orang tuanya sebenarnya?" Haechan menggeleng, "tidak, jika aku mengatakannya, aku takut situasinya semakin kacau dan Mark akan menjadi tidak terkendali."

Nerd Alpha | NOMIN Where stories live. Discover now