7 -S I E T E

47.5K 6.5K 1.1K
                                    

Jaemin berjalan cepat menuju kelasnya dengan terburu-buru. Sebelah tangannya sesekali memukul kepalanya pelan, bibirnya terus menerus bergerak menggerutu tanpa suara.

Selepas ciuman perdananya bersama Jeno tadi, Jaemin langsung beranjak pergi meninggalkan lelaki itu tanpa sepatah katapun.

Ia malu!

Sangat malu!

Bisa-bisanya ia mencium lelaki itu tiba-tiba.

Salahkan saja bibir tipis Jeno yang seolah mengundangnya untuk menciumnya. Tangannya terulur menyentuh bibirnya, mengingat bagaimana tekstur lembut dan basah bibir Jeno yang menari diatas bibirnya. Membayangkannya lagi saja sudah membuat perutnya seolah dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu.

"Darimana saja kau?" Langkah kaki Jaemin berhenti begitu saja ketika sahabatnya tiba-tiba berdiri didepannya. Haechan berjalan mendekat, "kenapa kau tersenyum seperti itu? Apa terjadi sesuatu?" Pertanyaan dari Haechan sontak membuat Jaemin melunturkan senyumnya dan menyingkirkan tangannya dari bibirnya.

"T-tidak, apa yang kau katakan?" Jaemin mendengus sekali kemudian berjalan melewati Haechan sebelum lengannya ditarik oleh sahabatnya itu.

"Tunggu dulu." Haechan mendekatkan wajah pada Jaemin, menelisik luka disudut bibir dan ruam kemerahan dipipi Omega manis itu, "siapa yang melakukan ini padamu?"

Jaemin bungkam.

"Aku tanya sekali lagi, siapa yang melakukan ini, Jaemin? Astaga, jika Mark atau keluargamu tau, mereka pasti mengamuk!"

"Aku tau, Chan. Tapi sudahlah, aku bisa mengatasinya."

"Cepat katakan siapa yang-" ucapan Haechan terhenti saat ia melihat sosok Jeno yang berada tidak jauh dari posisi mereka. Dan ketika Haechan melihat reaksi Jaemin yang menunduk setelah bertatapan dengan Jeno, membuat ia berpikir jika Jeno telah melakukan sesuatu pada lelaki Na itu.

"Apa Jeno yang melakukan ini?"

"Hah?! Bukan! Bukan dia!"

Haechan tidak menggubris seruan Jaemin dan segera berjalan cepat menuju kearah Jeno dan menarik kerah seragam lelaki tampan itu, "apa yang sudah kau lakukan pada Jaemin, hah?!" Bentak Haechan keras.

Tidak ingin diam saja, Jaemin segera menyingkirkan tangan Haechan yang mencengkeram kuat kerah seragam Jeno, "bukan Jeno! Justru dia yang menolongku."

Sebelah alis Haechan terangkat, "maksudmu? Jadi siapa yang membuat pipimu lebam?"

"Lucas."

Bukan Jaemin yang menjawab, melainkan Jeno. Lelaki tampan itu berujar pelan, namun lebih terdengar seperti geraman marah ketika menyebutkan nama Lucas.

Atensi Haechan beralih kepada Jaemin, "benarkah Lucas yang melakukan ini padamu?" Jaemin tidak menjawab, namun dari keterdiaman Omega manis itu sudah cukup menjadi jawaban pertanyaan Haechan barusan.

"Aku akan menghajar si bongsor itu." Jaemin segera menahan lengan sahabatnya itu, "tidak! Jangan, sudahlah Chan. Aku baik-baik saja."

"Apanya yang baik-baik saja, Jaemin? Kau tidak lihat pipimu yang lebam itu, hah?"

Jaemin masih bersikeras menahan Haechan agar tidak meledak dan mengamuk kepada Lucas, "Chan, aku baik-baik saja, tenanglah." Ujar Jaemin lembut.

Haechan mendengus keras, "baiklah, tapi jika aku melihat si bongsor itu, aku tidak akan segan untuk melayangkan tinjuku pada wajahnya." Ujar Haechan geram. Jeno yang sedari tadi diam menyimak pun bergidik mendengar penuturan Haechan.

Dalam hati ia bertanya-tanya, akankah Haechan menghajarnya jika lelaki manis itu tau bahwa ia telah mencium Jaemin? Mengingat Haechan yang sangat protektif pada Omega manis itu.

Nerd Alpha | NOMIN Where stories live. Discover now