Sosok perempuan bermata biru sebiru laut, dengan wajah cantik dan polosnya.

Mulai hari itu, Arviant berteman dengannya, hari harinya yang sempat terasa kelabu perlahan berwarna karena kehadiran Inara.

Tapi lagi lagi, ia harus kembali di tinggalkan, Inara harus pergi ke akademik. Dan itu adalah sebuah keharusan.

Setelah kepergian Inara hari itu, Arviant kembali menjadi dirinya yang dingin tak tersentuh.

Hingga, raja Denan memutuskan menjodohkannya dengan seorang gadis dari daerah Fransem.

Ia dan Selena menikah atas dasar politik, tak ada sama sekali rasa cinta di hati Arviant pada Selena, justru, rasa benci tersemat di dalam hatinya saat pertama kali melihat Selena.

Walaupun, Arviant akui bahwa Selena adalah gadis berparas paripurna, yang memiliki tatapan begitu teduh, tapi entah mengapa Arviant tidak menyukai nya.

Dan hari ini, untuk pertama kalinya, setelah sekian tahun, Arviant kembali di landa rasa sakit di hatinya saat mendengar kalimat yang lolos dari bibir gadis itu.

Terakhir ia merasakan sakit hati saat melihat ayahnya di kremasi, saat ibunya dan Inara memutuskan untuk pergi meninggalkannya, ia hanya merasa hampa dan kosong, tak ada rasa sakit sama sekali.

Tapi mengapa? Saat Selena mengatakan ingin berpisah darinya, hatinya serasa di remat kuat oleh tangan tak kasat mata.

Entah apa yang sebenarnya Arviant rasakan, seharusnya ia merasa senang bukan? Karena niatnya akhirnya terealisasikan.

Selena menyerah, dan itulah keinginannya dari dulu. tapi mengapa saat gadis itu benar benar menyerah, ia malah merasa tidak Terima?

Tanpa sadar Arviant kembali meremas dadanya yang terasa sakit. Ia duduk terdiam di kursi taman. Selena sudah pergi beberapa jam yang lalu ke kamarnya.

"Kau menyerah, Selena?" gumam Arviant.

"Tapi mengapa?"

-

Hujan turun sangat deras, Selena memilih membuat coklat panas di dapur, beberapa pelayan menyuruhnya untuk duduk diam dan menunggu, dan meminta agar mereka saja yang membuatkan coklat panas keinginan Selena.

Tapi bukan Selena namanya kalau tidak keras kepala, gadis itu tetap kukuh pada pendiriannya. Ia ingin membuat coklat panas sendiri.

Selena duduk di atas balkon kamarnya, sambil menyeruput coklat panas. Tenggorokannya seketika terasa hangat saat ia meneguk coklat itu.

Mata Selena menyipit melihat seseorang duduk di kursi taman di bawah hujan deras. "Apakah orang itu sudah gila duduk di kursi taman di tengah hujan deras begini?" celetuk Selena seorang diri.

Selena semakin menyipitkan matanya, berniat memastikan penglihatan nya. "Duke Arviant? Mengapa dia di sana?" gumam Selena.

Terlihat, Betran menghampiri Arviant dengan membawa mantel. Betran memasangkan mantel itu ke tubuh Arviant. Lalu memapah tuannya itu untuk pergi dari sana.

Selena cukup iri dengan Arviant, lelaki itu memiliki pengawal yang selalu siaga di samping nya, meksipun Aeri demikian, tapi kan, rasanya berbeda.

Selena menghela nafas saat melihat keduanya sudah tak nampak. "Mengapa dia terlihat seperti kehilangan jiwanya?"

Selena menggelengkan kepalanya. "Sudahlah, mengapa aku harus memikirkan nya?"

Selena's Second LifeWhere stories live. Discover now