36

856 67 2
                                    




.


.


.



Sesampainya di rumah, Chenle jadi tidak enak karena diabaikan oleh Jisung. Sedari rumah Johnny sampai ke rumah mereka, Jisung sama sekali tidak berbicara dan bahkan meliriknya pun enggan.

Dirinya tidak bisa diperlakukan seperti ini.

"Jisung, kau marah?" tanya vampir manis itu saat keduanya sampai di kamar. Jisung masih bungkam, ia meraih handuk dan pergi melengos ke kamar mandi untuk menghindari Chenle. Ia perlu menenangkan diri di bawah guyuran air dingin.

Dirinya marah dengan Chenle? Jawabannya, tidak tahu. Banyak pemikiran-pemikiran yang menahannya untuk tidak marah dengan vampir manis itu, tetapi disisi lain ada dorongan ego yang mengatakan bahwa ia harus marah dengan Chenle karena dengan mudahnya vampir itu menerima tugas Johnny yang mungkin saja dapat membahayakan dirinya.

Di sisi lain jika Jisung yang menerima tugas itu, maka ia mau tak mau harus melibatkan Chenle karena perjalanan untuk sampai ke hutan abu-abu itu saja memerlukan satu hari, apalagi mencari bunga pelepah kayu jati itu yang bahkan dirinya saja tidak tahu bentuknya dan pohon itu tumbuh dimana saja.

Ia tidak boleh meninggalkan Chenle terlalu lama.

Jika Chenle sampai lepas kendali lagi, itu jauh lebih mengerikan dari pada kegilaan manusia dan vampir saat dalam pengaruh narkoba.

Di dalam kamar mandi, Jisung termenung di tengah rintik-rintik air yang keluar dari shower. Membasahi tubuh tanpa busana dan surai peraknya hingga ketampanan vampir itu bertambah berkali-kali lipat. Namun sayang hanya perabotan kamar mandi yang bisa menyaksikan pemandangan surga itu.

Pikiran Jisung berkecamuk hingga terbang pada percakapannya dengan Johnny di ruangan berbeda tanpa kehadiran Chenle.

Jisung menahan emosinya kala dirinya diseret ke ruangan vampir jangkung itu. Johnny memastikan Chenle sedang sibuk berbicara dengan Ten di teras rumahnya sebelum menatap datar pada wajah dingin sang anak.

"Chenle telah menyetujui misi ini, jadi kau tidak boleh sembarangan mengubah keputusannya."

"Ini demi negara kita juga, anakku." lanjutnya kala melihat sang anak angkat terlihat ingin menyalak perkataannya barusan.

Jisung menggertakkan giginya, "Kau sengaja memanfaatkan Chenle! Memangnya kau bisa seenaknya mengatur-atur kami!!?"

"Pelankan suaramu, son. Nanti Chenle mendengar percakapan kita."

"Terserah! Pokoknya aku menolak misi ini! Kau bisa menyuruh bawahanmu yang lain untuk pergi mencari penawar itu!"

"Kau mau aku buang, nak?"

Jisung membeku. Pernyataan itu mampu membuat pertahanannya goyah. Apa-apaan itu!??

Johnny berjalan tenang menghampiri Jisung yang tiba-tiba bungkam seribu bahasa. Ia membawa wajah mirip dengan sahabatnya itu menatap pada wajahnya. Terdapat sorot ketakutan yang terpancar di kedua mata tajam itu kala netranya bersitubruk pada tatapan datar miliknya.

"Kau sudah repot-repot kubawa ke sini untuk menyelamatkan slavemu agar tak binasa di tangan ayahmu. Aku juga memberikan tempat tinggal dan kehidupan yang lebih baik seperti yang kau inginkan. Tidakkah kau merasa berhutang budi padaku, Lee Jisung?"

Kini Johnny yang sedang menarik dagunya bukanlah Johnny yang biasa ia lihat sehari-hari. Vampir jangkung itu terlihat mengerikan bak memperlihatkan bahwa ia adalah pemimpin Traitor yang sesungguhnya. Aura yang ia keluarkan terasa mengintimidasi hingga Jisung yang seorang keturunan vampir origin pun mampu menelan ludahnya kasar.

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now