07

927 81 10
                                    




.


.


.



Renjun hampir saja mendorong antrian di depannya yang panjangnya seperti rel kereta api. Ia juga terus-terusan merutuki diri sendiri karena terlambat datang dan berakhir pada posisi paling akhir di antrian.

Pemuda Huang tersebut sedang ingin menikmati minuman strawberry smooth yang tengah ramai di kalangan pecinta minuman manis. Ia juga ingin membeli minuman itu atas dasar pengaruh dari teman-temannya yang mengatakan jika beberapa menu dari stand minuman yang baru-baru ini buka dan ramai didatangi pengunjung memiliki kelezatan sesuai dengan harga yang dipasang.

Agak mahal memang, tapi sebanding dengan rasa dan jumlah volumenya.

Kedua kakinya sudah mulai merasakan tanda-tanda jompo karena hampir setengah jam ia mengantri demi minuman berwarna merah muda itu.

Dan pada akhirnya gelas minuman manis itu berhasil berada di tangannya, Renjun merasa bahagia karena sebentar lagi cairan lembut dari krim yang menghiasi permukaan merah muda itu akan sampai di indera pengecapnya.

Saking senangnya, pemuda Huang itu berjalan tak tentu arah dan tidak melihat jika ada seseorang berpakaian hitam dengan topi yang melindungi wajahnya tengah berjalan terburu-buru.

Maka sepersekian detik terjadilah tabrakan antara Renjun dan pria itu di tepi jalan yang ramai.

Minumannya tumpah ke pakaiannya dengan pemiliknya yang sudah tersungkur ke jalan, sedangkan pria itu masih berdiri kokoh di atas tanah, tak goyah walaupun tabrakan tadi sangat kencang bagi Renjun.

"Oh, maafkan aku."

Pria itu langsung menolong Renjun dan membantunya untuk duduk di tepi jalan yang tak ramai di lalui pejalan kaki.

"Kau tidak apa-apa kan? Apa ada yang luka?"

Renjun masih belum ingin membuka mulutnya karena masih shock dengan kejadian itu. Emosinya memuncak kala melihat minumannya terhambur begitu saja di jalan, serta pakaiannya juga kotor dengan minumannya sendiri.

Dengan tatapan setajam samurai Jepang, Renjun menoleh pada pria yang telah menabraknya itu dan-

PLAK!

"DASAR BODOH! KEMBALIKAN MINUMANKU!! KAU TAHU AKU SUDAH MENGANTRI SELAMA HAMPIR SEJAM HANYA DEMI MINUMAN ITU!? DAN KAU MENUMPAHKANNYA BEGITU SAJA??"

Renjun terengah-engah sesudah berteriak meledakkan seluruh emosinya pada pria itu. Akibat tamparan maut dari Renjun, kepala pria itu tertoleh ke samping sampai topi yang berada di kepalanya terlepas.

Memang tidak main-main Renjun menampar pria itu yang bahkan ia tidak peduli jika orang itu marah padanya.

Namun netranya terkesiap kala melihat surai perak yang dimiliki pria itu.

Satu nama pun muncul begitu saja dari benaknya.

"Ji.. Jisung..?"

Pria itu mengangkat kepalanya sembari mengusap sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.

"Jisung?"

Rasanya seluruh persendian yang dimiliki tubuhnya langsung membeku begitu saja kala mendapati bahwa pria yang telah di tamparnya itu adalah putra sulung keluarga vampir Lee, Lee Jeno.

"Gawat! Kau yang bodoh Huang Renjun! Bisa-bisanya kau menampar vampir paling berpengaruh di negara ini!?"

Karena mulutnya sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, maka tanpa mengindahkan jika sekeliling masih terdapat orang berlalu-lalang, Renjun langsung bersimpuh di hadapan Jeno mengabaikan dahinya yang mungkin saja sakit akibat berbenturan dengan tanah yang keras.

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now