02

1.3K 128 17
                                    




.


.


.



Suara desiran ombak menyambut kedatangan Jisung dan Chenle. Selama perjalanan Chenle hanya diam walaupun pergelangan tangannya sudah terasa sakit akibat Jisung yang secara tidak sadar telah menarik tangan vampir manis itu dengan kasar. Ia dapat memastikan kulit putihnya sudah memerah di balik tebalnya lengan hoodie.

Jisung melepas tarikan tangannya kala mereka menapak pasir putih di bibir pantai. Ia berbalik berhadapan dengan Chenle dan langsung memeluk vampir manis itu.

"Maafkan aku."

Dua kata yang hampir tersapu oleh derasnya angin pantai, tapi berhasil Chenle dengar karena bibir Jisung tepat berada di samping telinganya.

Chenle mengusap-usap punggung lebar itu guna menenangkan emosi yang sedang bergejolak hampir menguasai kesadaran vampir jangkung itu.

Ia paham dengan apa yang dirasakan oleh Jisung.

Walaupun sulit untuk dirangkai lewat kata-kata, tetapi secara bahasa tubuh sudah dapat mengekspresikan apa yang vampir tampan itu rasakan saat ini.

"Tenangkan dan dinginkan pikiranmu dulu, Jisungie. Ada aku yang akan menjadi sandaranmu setiap saat."

Jisung hanya diam saja, namun hati dan pikirannya perlahan mulai tenang kembali.

Pemandangan pantai dan wajah manis Chenle. Perpaduan yang cantik.



***



Deru nafas teratur terdengar memenuhi sebuah kamar luas dengan ornamen khas vampir menghiasi setiap sudut ruangan itu. Cahaya matahari yang tertutup gorden putih transparan, teterpa angin kecil yang berhasil masuk hingga menyebabkan kain cantik itu melambai pelan.

Kasur berukuran besar terletak menghadap ke arah jendela. Dapat terlihat sang penghuni kamar terbaring lemah di permukaannya. Jeno kembali meraih tisu di atas meja nakas dan mengusapnya pada kening sang kembaran yang lagi-lagi mengeluarkan bulir keringat dingin.

Sang kepala keluarga Lee itu menghela nafas untuk kesekian kalinya akibat melihat kondisi kesehatan Jaemin yang semakin hari semakin memburuk.

Setelah kepergian adik bungsu mereka, disitulah Jaemin mulai sakit-sakitan. Jeno selaku sang kembaran pun merasa khawatir dan terus mendesak vampir manis itu untuk makan dan istirahat dengan teratur.

Namun rupanya goncangan mental yang dialami Jaemin termasuk parah, maka ia tidak ingin tubuhnya dimasuki oleh nutrisi apapun. Jadilah selama kurang lebih sebulan ini, vampir cantik itu hanya terbaring lemah di atas kasurnya tanpa ingin melakukan aktivitas apapun.

Ia hanya menangis dan terus merindu nama sang adik setiap harinya. Jaemin hanya akan berhenti ketika kantuk menyerang kelopak mata bengkaknya.

Sesayang itu Jaemin dengan sang adik.

Rindu bercampur dengan patah hati selalu menggerogoti relung hatinya. Rasanya sangat sakit sehingga fisiknya pun ikut sakit.

Jeno juga merasakan hal yang sama dengan Jaemin. Kehilangan adik bungsu saat diri tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya membiarkannya pergi begitu saja, membuat ia dihantui oleh rasa bersalah setiap malamnya.

Jeno rasa ia gagal menjadi seorang kakak dan seorang kepala keluarga Lee. Ia telah gagal menjaga seorang adik yang berharga. Hal kecil seperti kasih sayang tak bisa ia berikan pada adiknya karena kesibukannya. Di penghujung baru sadar dan menyesal.

Bahwa kehadiran Jisung di rumah ini sangat berpengaruh besar terhadap sang ayah dan kembaran.

Ya, Jaehyun juga merasa terpuruk dengan kepergian sang anak bungsu. Terlebih dengan mendiang sang istri. Ia terus-terusan menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak pantas untuk menyandang status sebagai ketua dewan dan sosok ayah bagi anak-anaknya.

Oleh karena beban pikiran itu kian hari semakin tidak bisa ia pikul, maka dengan sisa jabatannya yang masih terbilang cukup lama, Jaehyun mengundurkan diri sebagai ketua dewan.

Keputusan tersebut tentu membuat anggota dewan dan rakyat Neo terkejut. Selama beberapa hari kondisi kedewanan tidak stabil akibat kekosongan kursi ketua dewan. Dan yang menambah keterkejutan mereka lagi adalah Jeno yang juga ikut mengundurkan diri dari jabatannya sebagai asisten ketua dewan.

Alasannya ia ingin merawat sang kembaran dan juga mungkin ayahnya yang mengalami guncangan mental sehingga segala pekerjaan yang ia kerjakan tidak bisa terlaksana dengan baik seperti dulu.

Jaehyun tidak sakit memang, tapi ia hanya butuh waktu untuk mengikhlaskan kepergian sang anak bungsu. Maka sang mantan ketua dewan tersebut mengasingkan diri ke hutan yang jarang dijamah oleh manusia ataupun vampir.

Keputusan tersebut tentu atas izin dari anak kembarnya. Dan Jeno pun menyetujui, asal pikiran dan hati sang ayah kembali pulih seperti sedia kala.

Untuk Jeno, sebagai anak tertua di keluarga Lee ini, ia harus kuat demi sang kembaran.

Jika dia lemah, siapa yang akan menguatkan dan menyemangati Jaemin yang sedang sakit?

Jika dia lemah, siapa yang akan memimpin keluarga bangsawan Lee untuk saat ini?

Jeno dituntut untuk kuat dan mampu berdiri sendiri. Dirinya lah yang secara langsung ditunjuk Jaehyun untuk menjadi pemimpin keluarga bangsawan Lee menggantikan dirinya.

Posisinya di kedewanan tidaklah berarti sampai Jaemin benar-benar sembuh. Makanya Jeno mengundurkan diri sebagai asisten ketua dewan karena ingin fokus pada kesembuhan sang kembaran dan juga memantau ayahnya yang sedang mengasingkan diri.

Maka, untuk yang terakhir kalinya ia berkontribusi di kedewanan, Jeno merekomendasikan seseorang dari keluarga Qian untuk memimpin negara Neo.

Maka terpilihlah anak tunggal dari keluarga Qian yang bernama Qian Kun untuk menduduki kursi ketua dewan selanjutnya.

Para anggota dewan menerima dengan baik keputusan tersebut, dan paham akan permasalahan yang sedang dialami oleh keluarga Lee.

Namun hanya sebagian rakyat Neo yang paham akan permasalahan yang menimpa kedewanan akhir-akhir ini. Terkhusus bagi ketua dewan.

Berita bahwa anak bungsu keluarga Lee berkhianat dan bergabung dengan para Traitor pun menyebar luas tanpa terkendali. Dan itu membuat nama baik keluarga Lee seketika tercoreng.

Ada beberapa rakyat yang menyuarakan protesnya untuk segera melengserkan posisi ketua dewan dari Jaehyun. Maka dengan tambahan alasan tersebut pun menjadikan Jaehyun ingin sesegeranya melepas jabatan tersebut.

Ia sudah merasa tidak pantas lagi untuk menyandang posisi paling tinggi itu. Ia juga bersedia menerima segala cacian yang ditujukan kepada dirinya atas kejadian yang menimpa beberapa waktu lalu.

Memang rakyat tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi di balik kejadian itu, tetapi selama rakyat aman dan sejahtera, Jaehyun dengan lapang dada menerima semua bentuk perkataan buruk yang ditujukan untuk dirinya.

Biarlah dirinya sendiri yang menerima semua hal buruk tersebut, anak-anaknya jangan.



Tbc.



Oke, tes ombak dulu. Saya mau liat tanggapan kalian terhadap book 2 ini. Jika rame banyak vote banyak komen, saya usahain buat update sesuai tingkat antusias kalian.

See you next chapter~

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang