14

700 61 0
                                    




.


.


.



Sesuai janji tadi malam, selepas pulang sekolah Renjun dan Haechan langsung menuju ke mansion keluarga vampir Lee dengan masih menggunakan seragam sekolah dan berjalan kaki.

Haechan tidak mempermasalahkan mereka berjalan kaki, tapi hutan yang dilalui mereka serasa mencekik leher Haechan. Pemuda Lee itu susah payah menelan ludahnya kala kaki keduanya menyisiri hutan yang cukup rindang sehingga ada beberapa titik di hutan itu yang terlihat gelap karena tidak berhasil disinari oleh cahaya matahari.

Haechan semakin merapatkan diri di bahu Renjun, sedangkan pemilik bahu tidak menyadari jika sang sahabat ketakutan dan ia tetap berjalan dengan tenang.

"Ren, kau yakin jalannya ini? Kita tidak tersesat kan?"

Renjun menghela nafas, "Percaya padaku, Chan. Aku sangat yakin ini jalan yang kulalui bersama tuan Jeno kemarin. Ini masih mending siang hari, kemarin aku melewati hutan ini pada sore hari dan bersama tuan Jeno lagi. Aku takut tuan Jeno menyerangku dan mengisap darahku sampai habis. Dan ternyata imajinasi aneh itu tetaplah sebagai imajinasi. Buktinya aku sekarang masih berjalan di depanmu dalam bentuk manusia."

Haechan menampar bahu Renjun karena baginya kata-kata itu menakut-nakutinya yang sedang dalam mode waspada terhadap sekeliling.

"Tidak ada binatang buas kan?"

"Tidak ada. Hutan ini aman."

Walaupun Renjun sudah banyak meyakinkan Haechan bahwa jalan ini tidak salah, hutan ini aman dan lain sebagainya, tetap saja pemuda Lee itu merapatkan tubuhnya sambil berpegangan erat pada ransel Renjun.

Cukup lama keduanya berjalan hingga mereka memasuki hutan yang cukup lenggang sehingga sinar matahari dapat leluasa menerangi keadaan sekitar.

"Itu mansionnya! Berarti sebentar lagi kita akan sampai!" semangat Renjun kala netra rubahnya menangkap gerbang mansion milik keluarga bangsawan Lee yang menjulang tinggi ke langit.

Haechan bereaksi hanya di dalam hati saja. Ia membatin jika gerbangnya saja besar dan tinggi seperti itu, apalagi ukuran mansionnya yang mungkin saja seluas istana raja.

Keduanya semakin dekat dengan pintu gerbang mansion yang terbuka sedikit, namun bagi tubuh ramping mereka, itu jauh lebih luas untuk mereka masuk dengan leluasa.

Kembali Renjun mendengar gerutuan Haechan yang menyatakan, "Kau tidak boleh asal masuk sembarangan, Ren! Bagaimana jika kita dihadang oleh prajurit bayangan yang menjaga sekeliling mansion ini!?"

Renjun hanya memutar matanya malas. Apa anak ini lupa dengan perkataannya kemarin? Renjun ulangi lagi, tidak ada yang tinggal di mansion ini selain tuan Jeno dan saudara kembarnya.

Tak menghiraukan Haechan yang semakin merapatkan tubuhnya padanya, Renjun terus berjalan lurus berharap kehadiran mereka dilihat oleh Jeno dan ia dengan mudah mengabarkan kedatangannya tanpa harus mencari-cari keberadaan sang kepala keluarga yang seperti hantu.

Haechan mulai merasakan bulu kuduknya berdiri saat angin bersuhu dingin membelai tengkuknya yang terbuka.

Ada pernyataan yang mengatakan jika manusia memiliki firasat jika tanpa melihat pun, manusia bisa merasakan kehadiran seseorang yang sedang menatap dari kejauhan.

Begitulah yang tengah dirasakan oleh Haechan saat ini. Ia merasa ada seseorang yang tengah memperhatikannya di belakang.

Maka dari itu, Haechan pun menoleh ke belakang ranselnya untuk memastikan apakah firasatnya benar atau tidak.

"HUAAAAAAAAA, RENJUUUUUNNN!!"

Sang pemilik nama hampir tersandung kakinya sendiri kala dengan tiba-tiba kupingnya diserang oleh suara melengking milik sahabatnya.

Haechan hampir melompat ke atas kepala Renjun sebelum ia sadar jika pemuda itu mungkin saja tidak bisa menahan bobot badannya dan keduanya berakhir jatuh ke tanah. Jadilah ia memilih untuk menyembunyikan dirinya di belakang ransel Renjun hingga pemuda Huang itu kesusahan merapatkan ketiaknya.

Renjun pun segera membungkuk meminta maaf atas kegaduhan yang diciptakan oleh sang sahabat kepada si pelaku pengagetan Haechan yang ternyata adalah Jeno.

Vampir Lee itu berdiri hanya berjarak lima langkah dari tempat Haechan asal. Menggunakan pakaian khas bangsawan vampir dan tengah menatap lurus ke arah mereka menggunakan wajah datar.

Renjun tidak terkejut dengan kemunculan Jeno karena ia sudah simulasi kemarin, tetapi ia terkejut dengan pekikan nyaring sang sahabat hingga rasanya telinganya tuli untuk sesaat.

"Maafkan keributan yang terjadi karena sahabatku. Dia orangnya memang penakut, jadi suasana sepi seperti ini membuatnya meningkatkan waspada akan situasi sekitar."

Jeno mengangguk seperlunya. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain karena mengetahui Haechan di balik ransel Renjun tengah mengintipnya dengan takut-takut.

Reaksi ini biasa ia dapatkan jika bertemu dengan vampir atau manusia yang berstatus sebagai warga negara biasa. Lain halnya dengan anggota kedewanan yang sudah nampak biasa dengan kehadirannya.

"Menjenguk Jaemin?"

Renjun mengangguk, "Iya, sekalian juga ingin mengenalkan Jaemin kepada sahabatku ini. Namanya Lee Haechan. Dia satu kelas denganku di Neo High School tingkat akhir."

Pemuda Huang itu mencubit siku Haechan supaya ia segera keluar dari tempat persembunyiannya, namun yang ia dapati hanyalah remasan kuat di kemeja sekolahnya.

Jeno mengangguk, "Masuklah, Jaemin sudah menunggu kalian."

Sekali lagi Renjun membungkuk dan mengucapkan terimakasih, keduanya meninggalkan Jeno di halaman dan masuk ke dalam mansion luas itu dengan Renjun yang susah payah menyeret tubuhnya kala Haechan tidak mau juga keluar dari belakang ranselnya.

Renjun rasa ia seperti induk kangguru yang sedang membawa anak-anaknya di kantong miliknya. Namun ini bedanya letak kantong yang berada di belakang dan berposisi terbalik ke bawah.

Dan di sinilah awal mula terjalinnya hubungan persahabatan mereka bertiga. Sesuai yang diharapkan Renjun, Haechan dan Jaemin cocok berteman baik itu dalam hal candaan dan kesamaan hobi serta selera.

Renjun dan Haechan tidak pernah absen untuk selalu menjenguk Jaemin dan bermain dengan vampir cantik itu setiap pulang sekolah.

Mulai saat itu jugalah ketiganya menjadi teman akrab sehingga kesehatan Jaemin berangsur membaik dari hari ke hari dan Haechan perlahan melupakan patah hatinya karena penolakan Mark beberapa waktu yang lalu.



Tbc.



Spesial buat Master kesayangan kita HARI INI BERULANG TAHUN GUYS!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Spesial buat Master kesayangan kita HARI INI BERULANG TAHUN GUYS!

HAPPY BIRTHDAY MASTER ICHUNG~🎉🎉🎉🎉🎉

Ni anak udah gede aja. Makin gede makin ganteng, makin keren, makin meresahkan, makin bisa memporak-porandakan hati saya yang lunak seperti yupi ini, wkwkwk😘🤭

Pokoknya wish saya menginginkan yang terbaik aja buat Jisung. Wish yang lain udah cukup diwakili sama NCTzen² yang lain😉

Btw di beberapa chapter sebelum dan selanjutnya Jisung masih belum muncul ya gaes, karena emang ini belum masuk konflik, jadi mohon bersabar ya teman-teman~🙏

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now