11

769 78 4
                                    




.


.


.



Mereka masuk ke dalam ruangan di balik pintu bercat putih dengan hiasan batu Ruby yang membingkai pintu besar itu.

Di dalam, Renjun dapat melihat seseorang tengah terbaring lemah di atas kasur berukuran besar yang terletak di tengah ruangan dan menghadap jendela yang langsung berhadapan dengan halaman samping kanan mansion.

Ia kagum dengan saudara kembar Jeno yang memiliki paras indah dengan bulu mata panjang nan lentik yang tentunya jarang dimiliki oleh vampir lain. Namun sayangnya vampir cantik itu memiliki tubuh yang kurus dan lemah sehingga kecantikannya sedikit tertutupi. Renjun menjadi prihatin pada vampir cantik itu. Kehilangan Jisung langsung membuat saudara serta ayahnya hancur dalam keterpurukan rasa bersalah dan luka yang mendalam.

Sebegitu berartinya Jisung di keluarga ini.

Renjun membiarkan Jeno membangunkan sang kembaran sementara dirinya tetap berdiri tak jauh dari kasur besar itu bersama nampan bubur di tangannya.

"Jaemin-ah, bangun.."

Dengan pelan Jeno menepuk pipi tirus itu agar Jaemin membuka matanya. Perlahan bulu mata lentik itu bergerak dan memperlihatkan manik coklat yang telah kehilangan kehidupannya.

Jeno tersenyum, "Makanlah, seseorang membuatkan bubur untukmu."

Jaemin mengernyit. Dengan nada lemah ia mengutarakan tanyanya, "Seseorang..? Siapa..?"

Jeno menoleh pada Renjun yang masih betah berdiam diri melihat interaksi keduanya dari jauh.

"Kemarilah." pinta Jeno pada Renjun yang dengan menampilkan senyum manisnya, ia menyapa Jaemin.

"Halo tuan Jaemin. Saya Huang Renjun. Saya diminta tuan Jeno memasakkan makanan untuk anda yang sedang sakit."

Jaemin menatap ke wajah Jeno dengan tatapan curiga. "Dia bukan slavemu kan?"

Jeno sontak menggeleng, "Tentu saja tidak. Dia kumintai tolong untuk membuatkanmu makanan karena aku mungkin saja membakar seluruh mansion ini jika aku menyentuh api. Dan syukurnya pemuda ini menyetujuinya."

"Kau tidak dipaksa oleh kembaranku kan?" tanya Jaemin ke Renjun untuk meminta kejelasan dari pemuda manis itu. Renjun menggeleng, "Ini sebagai bentuk terimakasihku pada tuan Jeno karena telah menggantikan pakaian kotorku dengan yang bersih dan mahal."

Jaemin ingin bertanya lagi, namun pusing yang mendera kepalanya tiba-tiba melingkupi penglihatannya sehingga pertanyaan beruntun tak sempat ia keluarkan semuanya.

Jeno lantas mengambil gelas air putih di nampan yang di bawa Renjun dan meminumkannya ke bibir kering sang kembaran.

"Makanlah, dia sudah susah payah memasakkan bubur untukmu."

Renjun dipersilahkan duduk di samping kasur Jaemin sedangkan Jeno membantu kembarannya untuk bersandar pada kepala ranjang dengan beberapa ganjalan bantal di belakang punggung.

"Em, dimakan ya tuan. Mungkin rasanya tidak seperti masakan di luaran sana, tetapi ini cukup untuk mengisi perut kosong anda."

Renjun mulai menyendokkan bubur yang perlahan mulai mendingin terkena udara luar ke depan mulut Jaemin dengan tangan bergetar karena gugup ditatap oleh dua saudara itu.

Jaemin terkekeh kecil melihat sendok itu bergetar sebelum menerima suapan dari Renjun. Lalu ia menepuk pelan paha Jeno yang masih berdiri di sisinya.

"Keluarlah dahulu, sepertinya pemuda ini takut dengan tatapanmu."

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now