19

619 61 2
                                    




.


.


.



Desir angin pantai sore itu menemani keheningan keduanya. Johnny sudah selesai mengutarakan maksudnya menemui anak itu. Jisung masih tidak bergeming di tempat, tidak ada reaksi yang menyatakan jika ia setuju untuk membantu vampir jangkung itu entah untuk keberapa kalinya.

"Kau sudah menjadi bagian dari negara yang kubuat. Maka harusnya kau mau berkorban demi negara yang dengan suka rela mau menampungmu bersama slavemu itu. Apalagi permintaan ini langsung dari presiden yang merupakan pemimpin tertinggi di negara ini. Tidakkah kau merasa terhormat?"

Jisung mengeraskan rahangnya. Ia tahu Johnny sedang mempengaruhi pikirannya agar menyetujui permintaan vampir Seo itu.

"Kau hanya perlu mengambil sedikit dari narkoba itu, melumpuhkan para pecandu yang menyerangmu, dan selesai. Hanya itu tugasmu."

"Sendirian?"

"Tentu, tapi jika kau membawa slavemu, pastikan dia tidak mengacaukan misi."

Jisung menggeleng. Sedari awal ia ingin menolak permintaan Johnny karena mengira vampir jangkung itu ingin memanfaatkan Chenle. Namun dugaannya salah. Ia mengangkat kepalanya dan menatap lurus ke arah Johnny yang sedang menunggu keputusannya.

"Apa imbalannya setelah aku berhasil menyelesaikan misi ini?"

"Apapun yang kau mau, anakku." Johnny merentangkan kedua tangannya, merasa senang karena ini pertama kalinya Jisung meminta sesuatu padanya setelah sekian lama.

"Cukup jaga Zhong Chenle untukku. Aku akan pergi sendirian."

Johnny terdiam di tempat, tidak sempat menunjukkan antusiasnya karena permintaannya disetujui oleh vampir Lee, atau kita sebut dia vampir Park sekarang?

"Hei, kau tidak bisa pergi begitu saja!" teriak Johnny sambil berlari menyusul Jisung yang sudah jauh berjalan menuju pelabuhan.

Di tengah perjalanan ia meminta anak buahnya untuk mengambilkan jubah hitam untuk Jisung kenakan.

"Astaga, aku belum sempat mengatakan akan mengantarmu sampai ke pelabuhan!" kesal Johnny sambil melempar jubah hitam itu ke wajah datar Jisung.

"Tidak perlu, aku bukan anak kecil."

"Hati-hati dijalan."

Jisung mengernyit tidak suka atas kepedulian Johnny barusan, namun tetap mengenakan jubah itu hingga menutupi sebagian tubuh atasnya.

"Kau tenang saja, Chenle aman bersamaku. Aku akan memberitahukannya jika kau sedang pergi mengurus sesuatu di luar pulau."

"Terserah, aku pergi."

Jisung bersiap pergi, namun suara Johnny kembali menginterupsi.

"Tunggu, tidak ingin menaiki perahu?"

"Tidak perlu."

"Apa kau mau berenang dengan masih mengenakan jubah itu? Gila saja!" seru Johnny tak percaya jika Jisung benar-benar akan berenang sampai ke pulau itu dengan menggunakan jubah yang pastinya akan merepotkan jika terkena air.

"Aku tidak akan berenang dan tidak akan menaiki perahu! Berhenti bertanya!"

Walaupun dibentak keras seperti itu, Johnny merasa senang karena mereka terlihat akrab dengan saling meneriaki satu sama lain.

Jisung sudah berdiri di ujung dermaga sembari melihat kawanan burung gagak yang tengah terbang di atas kepalanya. Mengamati pola terbang dari masing-masing burung dan menangkap pergerakan seekor gagak yang sesuai dengan tujuannya.

Johnny yang berada di belakang anak itu hanya memperhatikan gerak-gerik Jisung dalam diam. Ia penasaran dengan apa vampir Park itu menyeberang ke pulau seberang.

Apakah terbang?

Barulah seekor gagak hinggap di samping kaki vampir dingin itu, Johnny ternganga melihat bagaimana Jisung menyatu dengan bayangan si gagak hingga burung hitam itu terbang rendah menuju ke pulau di seberang sana dengan membawa Jisung di balik bayangan samarnya yang terpantul di atas permukaan air laut.

"Inikah kemampuan istimewa keturunan murni bangsawan Lee?? Luar biasa!" heboh Johnny yang untungnya dermaga tidak terlalu ramai sehingga ia tidak disangka sedang menghebohkan sesuatu sendirian.

Gagak itu terbang ketika langit mengalami peralihan. Berkicau sekali sebelum dua kaki kecilnya hinggap di ranting semak belukar yang tumbuhnya sudah berada di sisi terluar hutan di pulau itu sehingga Jisung tidak perlu repot-repot menginjak pasir pantai lagi.

Vampir Park itu keluar dari bayangan si gagak. Sepi dan gelap menyapa indera penglihatannya kala netranya tertuju pada hutan yang ia hadap.

Langkahnya ia bawa masuk ke dalam hutan tanpa takut akan datangnya serangan dadakan dari para pecandu yang mungkin berada di sela-sela pepohonan.

Jisung sulit menyembunyikan tubuhnya kala ia terbiasa bermusuhan dengan kegelapan. Tipe petarungnya cenderung terang-terangan sehingga siapapun yang menjadi musuhnya, akan berbalik posisi dialah yang patut diwaspadai oleh musuh.

Beberapa menit perjalanan, Jisung hanya menemukan bekas bungkus narkoba yang berserakan di beberapa titik di hutan itu. Ia belum menemukan bungkus narkoba dengan keadaan utuh.

Srek!

Pendengarannya yang tajam menangkap suara gesekan daun yang tak wajar dari arah barat. Jika itu adalah salah satu pecandu, ia dapat merampas narkoba yang sedang dikonsumsi orang itu dan tugasnya selesai.

Langkahnya ia pelankan sembari mempersiapkan senjata yang tergantung di sisi kiri pinggangnya.

Dibantu pencahayaan dari sinar rembulan yang tergantung indah di atas langit, ia dapat melihat siluet seseorang sedang duduk bersandar di batang pohon dan meneguk suatu cairan berbungkus.

Merasa ini kesempatan untuk menyerang, Jisung mempersiapkan belatinya dan dengan kecepatan angin ia ayunkan belati itu ke arah punggung target.

Tak!

Vampir Park itu terkesiap kala belatinya tertancap bukan di badan orang itu, melainkan pada batang pohon yang menjadi tempat bersandar orang itu.

Apa pecandu yang telah kehilangan akal sehatnya bisa memiliki reflek yang bagus seperti itu?

Jisung dengan setengah tidak percaya menghampiri belati miliknya dan mencabutnya dari kulit pohon.

Netra merahnya ia bawa menatap awas ke sekeliling guna menemukan siluet orang itu yang hilang ditelan kegelapan.

Namun walaupun melebur di gelapnya malam, ia dapat memastikan tiga meter dari tempatnya berdiri, seseorang itu masih berada disana.



Tbc.



Up midnight✌️

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now