28

528 56 0
                                    




.


.


.



"Va-vampir..?" lirih Haechan bergetar ketakutan. Kenapa vampir ini menyerangnya ketika dua bangsa berbeda ini memutuskan untuk berdamai sejak beratus-ratus tahun lalu? Dan jika Haechan bisa mengingatkan bahwa mereka sekarang tengah berada di suatu negara besar yang tiap warganya terikat oleh hukum.

Ada apa ini sebenarnya?

"Kau- kenapa menyerangku!? Apa maumu!?"

Haechan berusaha berkomunikasi dengan vampir itu, namun hanya nafas memburu yang ia dapati serta sorot mata merah yang tengah menatapnya kosong, seperti akalnya telah hilang entah kemana dan tergantikan dengan insting liar yang menguasai pikiran vampir itu.

"Akh! Tolong lepaskan!" Pemuda berambut coklat itu berontak kembali dan meringis kesakitan kala kuku panjang milik vampir itu terasa menembus bahu kirinya hingga ia dapat mencium bau amis darahnya sendiri.

Vampir itu semakin bernafsu untuk menghabisi manusia di bawahnya kala indera penciumannya menghirup manisnya aroma darah milik Haechan.

Srak!

"Arrrghh!!"

Air mata memancar begitu saja membasahi pipi tirus itu kala dengan ringannya vampir itu menorehkan luka yang melintang panjang di punggung Haechan dengan kuku tajamnya. Seketika Haechan memekik nyaring saat vampir itu menancapkan taringnya pada urat nadi di leher sebelah kirinya dan dengan penuh nafsu yang membara mengisap darah yang mengalir dari sana.

Haechan kembali memberontak ingin melepaskan diri. Pukulan dan tendangan yang ia layangkan pada vampir itu tak membuahkan hasil yang berarti. Kepalanya mulai merasakan pening saat pasokan darah mulai berkurang di otaknya. Haechan terus menyerang vampir itu sampai dia melepaskan gigitannya dan menatap marah pada wajah pias Haechan.

Ia merasakan suatu bahaya besar yang akan menyerangnya sebentar lagi. Vampir itu menjambak kuat surai coklat milik Haechan hingga pemuda itu kembali mengerang kesakitan dengan wajah yang mendongak.

Belum sempat keterkejutannya mereda karena rambutnya dijambak tiba-tiba, kedua mata beruangnya membelakak lebar kala melihat di sekeliling hutan yang terlindung banyaknya pohon besar, terdapat banyak pasang mata berwarna merah tengah mengelilinginya dan vampir itu.

Itu adalah kawanan dari vampir yang menyerangnya. Haechan tidak pernah menyangka jika ada sekelompok vampir yang tega menyerang manusia lemah sepertinya.

Apakah perang antar dua ras akan terjadi lagi?

Itulah pikiran yang sedari tadi memenuhi benaknya.

Padahal kenyataannya, vampir-vampir itu tengah dalam pengaruh narkoba yang akhir-akhir ini diberitakan. Dimana obat haram itu dapat menghilangkan akal sehat bagi siapapun yang mengonsumsinya.

Jika pandangan Haechan tidak memburam, ia dapat melihat jika para vampir yang akan menyerangnya tersebut memakai pakaian seragam penjaga perbatasan hutan.

Para vampir yang tengah bersembunyi dalam kegelapan itu pun keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung menyerang Haechan tanpa ampun.

Jeritan kesakitan tak bisa dielakkan, Haechan tak berdaya diserang oleh para vampir gila itu yang jumlahnya hampir sepuluh orang.

Dari nafas yang setiap detiknya kian memberat, Haechan teringat pada orang-orang yang menyayanginya selama ia hidup di dunia ini.

Renjun, Jaemin, Chenle, dan.. Mark..

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now