Chapter 12 - [Muncul Pertanyaan Baru ]

Start from the beginning
                                    

"Ma, ini aroma apa kok enak banget?" Tanya Jelina memasuki dapur. Sementara, Marka sudah tahu jika Aroma ini pasti berasal dari kue buatan Sofia, ia yang meminta Sofia untuk datang, mana mungkin lupa.

"Hai Jelina, Morning" "Hai, aka! Tumben ke dapur" Sapa sang ibu ketika melihat anak-anaknya mulai mendekat.

"Hai mommy" "Hai" Ujar kedua anaknya membalas sapaan sang ibu.

"Marka, mama pikir kamu ke kantor"

Marka mengusap wajahnya "kesiangan"

"Loh, emangnya Bastian nginep?

"Jam satu semalem pulang " Sahut Jelina sebelum Marka sempat menjawab.

"Kebiasaan"

Jelina mendudukan diri pada kursi di seblah Eliana "Bantu jawab doang"

Merasa kesal Marka menyadukan perbuatan adiknya "Ma, Jelina gak tidur semalem karena pengen mastiin Bastian pulang atau gak"

"Lah, emang salahnya dimana" Sahutnya tak terima.

Eliana menggeleng pelan melihat keduanya berdebat "Udah jangan mulai, malu sama Sofia"

Sofia yang semula diam mendengarkan teralih pandangan lalu tersenyum simpul.

"Oh ini Sofia?" Kata Jelina dengan jari telunjuk terarah kepada Sofia lalu beralih ke bibirnya sendiri, nadanya remeh.

Gadis itu kembali tersenyum tak enak "iya, aku Sofia"

Marka menggengam tangan Jelina lalu menurunkannya "gak sopan!"

"Iya maaf".

" Maafnya ke Sofia bukan ke gue" Kata Marka dengan tegas.

Wajah Jelina berubah kesal, dengan sedikit berat hati ia terpaksa mengatakan hal yang anti ia keluarkan untuk orang asing "Maaf, gue gak maksud" Jelina meninggalkan dapur dan berlari ke kamarnya.

Eliana yang melihat putrinya berlari sempat memanggil, namun Jelina enggan mendengarkan.

"Marka!" Marka menatap flat ke arah ibunya.

"Aku males debat, ma. Mama tau sendiri kan syaratnya?" Dengan santainya Marka mengucapkan kalimat yang berhasil meretakkan hati Eliana.

Tak menjawab wanita itu melihat ekspresi Sofia "nak Sofia, saya tinggal dulu ya" Sofia mengangguk, Eliana berjalan meninggalkan  keduanya dan menyusul Jelin.

Hening, Sofia di buat penasaran dengan situasi ini, percakapan macam apa yang baru saja ia dengar? apakah seorang anak yang berani mengancam orang tuanya?

Marka yang semula mengamati kepergian Eliana beralih kepada Sofia, gadis itu melamun seperti orang bingung. Melihat kacang di toples dekat tangannya membuat jiwa usil Marka muncul, ia mengambil kacang tersebut lalu membukanya, isi dari kacang ia masukan ke dalam mulutnya dan kemudian kulit kacang tersebut ia lemparkan ke kepala Sofia.

Sofia meringis, ampas kulit kacang itu melesat mengenai hidungnya "aww, kamu gila ya? kenapa buang sembarangan! emang gak liat disini ada orang?!" Pekik Sofia dengan tangan kanan mengelus hidung.

"Sengaja" Alisnya terangkat sebelah "biar lo marah"

"Marka!"

"Why? Miss me?" Marka terkekeh pelan.
Senyumnya terukir, menandakan ia puas melihat Sofia cukup tertekan.

"Kamu tuh ya!"

"Santai Sofi, gue cuma becanda. Ngomong-ngomong, lo bikin kue apa sama nyokap gue?"

"Liat aja sendiri"

Pandangan Marka langsung tertuju pada kue di atas piring "Kue item ya? Keknya gak enak"

"Itu brownies coklat, bukan kue item!"

"Sama aja, warnanya item" Marka mengambil satu irisan dari kue tersebut dan mengamatinya sebelum ia lesatkan ke dalam mulut, ia mengunyah kue tersebut dengan seksama, enak.

"Kuenya enak, karena udah sukses lo bisa pulang"

Mata Sofia membulat, sesingkat itu, pikirnya "kok pulang? Kan bu Elia bilang suruh tunggu disini"

"Dia gak bakal turun lagi, lo buang-buang waktu kalau berharap dia bakal turun kebawah" Titahnya.

"Kok kamu bilang gitu, dia kan yang minta aku kesini, mana mungkin dia pergi ninggalin gitu aja. Aku tunggu disini aja sampai mama kamu turun" Sofia tidak percaya dengan ucapan Marka.

Marka menghela nafas, "Terus, lo mau sampai nginep disini? Atau mau sekalian tinggal disini?" Sofia menggeleng cepat, "makanya pulang, biasanya Jelin harus di bujuk sampai moodnya stabil dan kita gak pernah tau kapan itu bakal terjadi. Lo yakin mau nunggu selama itu? " Lanjut Marka.

Sofia kembali menggeleng, dirinya langsung mengemasi barang yang ia bawa, Sofia tidak mungkin harus menunggu selama itu untuk mendapati Eliana kembali seperti yang Marka katakan.

Setelah dirasa semua sudah masuk ke dalam tas, ia berjalan menuju pintu keluar di depan. Tentu saja, Marka mengiringinya dari belakang.

Marka membuka pintu besar tersebut "lo mau gue anter atau,"

Sofia menerobos Marka yang masih berada di tengah pintu "Aku bawa motor sendiri, aku pulang" Ucapnya seraya berjalan meninggalkan Marka dengan posisi lelaki itu ternganga melihat tingkahnya.

"Oke" Hanya itu yang bisa Marka katakan karena Sofia sudah terlebih dahulu berjalan tanpa mendengarkan bicaranya sampai habis.

Sebenarnya, Sofia jauh lebih senang jika diizinkan pulang lebih awal seperti ini, ia tak tahan menghadapi Eliana yang terus bertanya, Jelina yang bersikap aneh, ditambah Marka yang, sulit dijelaskan dengan kata-kata. Sofia tak enak sejujurnya saat Eliana meninggalkan mereka berdua di dapur, Marka saat itu bertelanjang dada dengan tubuh terekspos sempurna, sulit mengalihkan pandangannya supaya tak terus-terusan menatap Marka. Lelaki itu berdiri di depannya dengan jarak tidak terlalu jauh.

Lagi-lagi jantung Sofia merasakan hal aneh, entah ini gugup atau bukan, ia hanya ingin memastikan reaksi apa itu.

.
.

Next, jangan lupa vote dulu.. 💕

ENJ MARKAWhere stories live. Discover now