021

38 11 1
                                    

Pemandangan anak-anak menangis ketika pertama kali masuk sekolah adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah orang tuanya yang menangis.

Paula hampir tidak tahu apa yang harus ia lakukan ketika melihat Han Yuan masih memeluk Tian sambil menangis. Sementara Tian menatap Paula dengan sedih, melihat papinya menangis membuat pria kecil itu tidak ingin berangkat sekolah.

Untuk kesekian kalinya Paula menghela nafas, ia ikut berjongkok disamping dua pria yang saling berpelukan itu.

"Ada baiknya Tian tidak berangkat sekolah hari ini"

Perkataan Paula mampu membuat kedua pria itu menatapnya tak percaya.

"Tian harus sekolah hari ini... Ini hari pertamanya" Balas Han Yuan cepat, kemudian melepas pelukannya, menepuk kepala putranya dengan sayang.

Paula mengangkat sedikit bibirnya, setidaknya rencananya berhasil.

"Aunty akan jemput Tian nanti?"

"Tentu" Paula menjawab meyakinkan

"Dengan papi?"

"Ya" Kali ini Han Yuan yang menjawab.

Sebelum benar-benar Tian pergi, Han Yuan mengecup kedua pipinya. "Selamat mengenal dunia baru"

Tian mengangguk,memberikan senyuman lebarnya pada dua orang kesayangannya sebelum berjalan masuk ke sekolah.

Paula menatap Han Yuan  dari samping kemudian tersenyum tipis. "Terimakasih sudah mengundangku datang mengantar Tian pertama kali berangkat sekolah"

Han Yuan terkekeh mendengarnya. "Sama-sama. Tian memintanya kemarin, dan saya tidak keberatan. Saya juga ingin bertemu anda"

"Kalimat terakhir hanya ingin membuatku senang saja ya?"

Kali ini Han Yuan tertawa. "Tidak juga, saya jujur"

Kali ini Paula tak dapat menahan senyumannya, melihat ke arah lain sebelum berjalan mengikuti Han Yuan masuk kedalam mobil.

Seperti biasa, Bangkok di pagi hari terlalu ramai dan padat. Mobil hanya bergerak sedikit demi sedikit, menghabiskan banyak waktu, dijebak oleh kemacetan.

"Saya juga bisa menyetir mobil... Saya tahu anda pasti lelah" Ujar Han Yuan, khawatir dengan padatnya jalanan dan Paula yang duduk di kursi kemudi.

"Tapi aku tidak lelah"

Han Yuan menghela nafas panjang. Selalu dengan jawaban yang sama dari Paula. Sementara Paula merasa damai, meminta pada Tuhan agar kemacetan berlangsung lama.

"... Siapa paman Fluke itu? Pria yang kemarin kulihat beberapa hari lalu?"

Ah, Paula bisa saja mencari tahu pria itu sendiri, tapi Paula ingin mendengarnya langsung dari Han Yuan.

"Ya! Pria itu! Teman saya saat kuliah dulu"

Melihat Paula yang tampak masih ingin mendengar lebih banyak tentang Fluke, Han Yuan melanjutkan. "Bagaimana menurut anda tentang hubungan sesama jenis?"

Pertanyaan Han Yuan mampu membuat Paula membeku.

"Tidak! Tidak! Tidak begitu!" Han Yuan berseru panik. Entah kenapa mulutnya malah mengeluarkan pertanyaan itu.

"Saya tidak menyukai sesama jenis!"

"Paman Fluke menyukaimu?" Paula akhirnya bertanya. Mau tak mau, Han Yuan merasa gugup namun mengangguk. "Ya seperti itu–dan pertanyaan sebelumnya itu bukan berarti saya juga menyukainya"

"Lalu siapa yang kau sukai?"

Han Yuan memegangi kepalanya frustasi. Untuk apa bertanya seperti itu?!

Paula and Her Young ManWhere stories live. Discover now