020

49 8 0
                                    

Pria tua berumur 60 tahunan itu menikmati acara sorenya dengan tenang. Walaupun istrinya meninggal beberapa hari lalu, setidaknya hubungannya dengan Paula membaik, begitu juga dengan putrinya–Sandra yang kini sudah bisa berkomunikasi dengan Paula.

"Kak, ayo ikut kami ke Filipina. Aku akan membawamu berjalan-jalan sepanjang hari"

"Aku punya pekerjaan disini"

Sandra menghela nafas panjang sebelum menemukan ide di otaknya. "Kakak suka Cup of Joe kan? Mereka akan konser dalam waktu dekat ini di Manila"

Senyuman gadis muda itu melebar ketika melihat perubahan ekspresi dari kakaknya.

"Setelah dari Manila, mereka juga akan ke Bangkok dalam waktu dekat"

"Ah! Kakak sulit sekali dibujuk!"

Paula hanya menatap Sandra dengan bingung.

"Minggu depan, sekolahnya akan ada acara pengumuman kelulusan, ia sudah mengatakan padaku bahwa ia ingin kau ada disana juga" Ohm memilih untuk menjelaskannya daripada melihat putri bungsunya yang terlalu bertele-tele.

"..."

Paula memilih untuk diam sambil memikirkannya. Sementara Sandra menatap kakaknya dengan penuh harap.

"Ya"

"... Ya?"

"Aku akan datang"

Sandra melompat kegirangan, memeluk Paula dengan cepat. "Besok?!"

"Tidak besok. Sehari sebelum acara kelulusanmu"

Ah... Tidak apa-apa daripada tidak datang sama sekali.

"Sandra, bisakah kau meninggalkan kami berdua? Papa ingin berbicara dengan Paula" Suara Ohm mengintrupsi keduanya dan dengan cepat Sandra mengangguk dan berjalan masuk kedalam kamarnya.

Melihat putri bungsunya sudah meninggalkan keduanya, Ohm segera menyerahkan sebuah map kepada Paula. Meminta wanita itu untuk membukanya sendiri.

Paula membukanya tanpa tergesa-gesa dan menemukan surat warisan dari ibunya.

"Ibumu memberiku ini, jauh sebelum ia meninggal.  Ia memberikan 10% saham perusahaan untukmu"

"Lalu, bagaimana dengan Sandra?"

Ohm tersenyum hangat mendengar pertanyaan Paula. Walau mereka tidak sedarah, tapi Paula benar-benar seperti ibunya. Setidaknya jika Paula tidak bisa menganggapnya seorang ayah, Paula bisa menganggap Sandra sebagai adiknya sendiri. Dari pertanyaan Paula, Ohm tahu bahwa Paula juga mempedulikan putrinya.

"Sandra sudah mendapatkan bagiannya sendiri"

Dan Paula juga tahu bahwa bagian Sandra tidak sebanyak miliknya. Tangannya menggeser map itu kearah Ohm sambil menggeleng pelan.

"Aku tidak ingin menerimanya"

"Tidak ingin menerimanya? Apa terlalu sedikit?"

Paula terkekeh pelan. "Tidak... Aku hanya tidak ingin menerimanya. Kupikir kalian yang lebih layak mendapatkannya. Kalian bersama ibuku untuk bertahun-tahun saat aku tidak ada."

"Ah, itu bukanlah masalah. Yang sudah menitipkan ini padaku, ia pasti memiliki alasan kenapa ingin kau yang menerimanya"

"Sandra ingin kuliah. Bisakah aku meminta milikku sebagai jaminan Sandra selama sekolah?"

Ohm termenung, mulutnya terasa tak bisa mengeluarkan kalimat, tenggorokannya terasa sakit, sepertinya pria itu sebentar lagi akan menangis.

"Tapi, bolehkah aku meminta hal lain?"

Paula and Her Young ManDonde viven las historias. Descúbrelo ahora