016

44 10 0
                                    

Madam Yang dimakamkan tepat pukul 9 pagi. Semalam sebelum tiba, rombongan dari mendiang termasuk Paula tiba di Bangkok sekitar pukul 7 malam. Untuk Aston langsung diambil alih oleh Jake dan beberapa orang-orang hebat milik Paula, bahkan sebagian besar karyawan diliburkan untuk sementara. 

"Saya turut berduka cita untuk ibumu, Madam Yang" 

Paula menatap orang-orang yang memberinya dukungan secara bergantian hingga Paula berpikir bahwa orang-orang itu sedang memberinya selamat atas kematian ibunya. 

Begitu pula dengan Tuan besar Ohm, suami mendiang Madam Yang dan putrinya menyambut para tamu dengan senyuman yang dipaksakan. Ohm menjadi satu-satunya pembicara di depan banyak tamu, menceritakan, hingga berakhir tangisan yang paling keras dari para tamu dan keluarga Madam Yang–tapi tidak dengan Paula. Wanita itu hanya fokus mengamati wajah ibunya dari foto yang terpajang tanpa ada niatan untuk menyambut tamu atau ingin beranjak dari tempatnya. 

"Nak, ayo pergi makan..." Ohm berjalan menghampiri putri sulungnya ketika acara selesai. 

Paula masih nyaman dengan posisinya dan itu membuat semua orang takut sesuatu terjadi pada wanita itu. 

"Nak... Ibumu tidak ingin kau seperti ini." Sambung Ohm. Tak mendapati respon dari Paula, Ohm memilih duduk disebelahnya, dan ikut menatap wajah istrinya yang tersenyum di dalam bingkai foto. "Ibumu sungguh wanita yang hebat, Paula"

Paula tahu kemana arah pembicaraan suami ibunya namun masih tak merespon apapun. 

"Wanita yang hebat melahirkan banyak anak-anak hebat dari perutnya ke dunia. Aku sungguh mencintai Yang lebih dari apapun. Bahkan sampai sekarang pun aku masih berasa bersalah karena aku terlalu terlambat untuk bertemu dengannya. Ibumu sama sekali tidak pantas bersanding dengan ayahmu, aku membencinya seumur hidupku. Seorang pria bajingan yang tidak waras, menyakiti dua wanita hebat selama ia hidup... Maaf, aku hanya berusaha untuk tidak mengingat itu, tapi sungguh... –Untungnya ia tak ada lagi di dunia ini" Ungkap Ohm panjang lebar. Kedua matanya kembali berkaca-kaca. Paula tahu bahwa pria itu sepenuhnya jujur dari semua yang dikatakan olehnya. Ibunya selama ini dijaga oleh orang baik. 

"Terimakasih sudah menjaga ibuku selama aku tidak ada"

Ohm mengangguk sembari tersenyum hangat. 

Acara duka berlangsung hingga malam hari, keluarga Madam Yang tidak berhenti untuk menyapa tamu-tamu yang datang. Untung sekali, Yang seorang wanita yang dikenal baik oleh banyak orang di Thailand, beberapa mengenalnya karena mantan istri jenderal militer, sebagian mengenalnya lewat bisnis antarnegara Thailand–Filipina. Bahkan yang datang pun tidak hanya dari dua negara saja, beberapa pengusaha dari negara tetangga juga datang. 

Kali ini rombongan Mazzarin tiba. Ayan, Layla, Proom, Chen, dan beberapa karyawan penting seperti Han Yuan pun datang. Mereka memakai pakaian hitam sebagai tanda mereka juga sedang berkabung atas meninggalnya Yang. 

"Ma!" Sapa Sandra–putri Ohm yang kebetulan sudah mengenal dekat dengan keluarga Mazzarin. Wanita yang lebih muda 3 tahun dari Paula itu bergegas menyambut rombongan penting ketika menyadari bahwa ayahnya sedang beristirahat sementara. 

Layla memeluk wanita itu dengan sayang. "Mama berharap kau memiliki kesabaran seluas dunia ya..." Ujarnya dan Sandra mengangguk. Wanita muda itu mempersilahkan semuanya untuk duduk sebelum memanggil ayahnya untuk menyambut mereka juga. 

"Astaga, aku tidak menyangka ia pergi meninggalkan kita lebih cepat... Tapi setidaknya ia tidak sakit lagi sekarang" Kata Layla, menatap foto Yang dengan sendu. Sebelumnya mereka adalah sahabat dekat hingga akhirnya setelah Yang bercerai dengan suami pertamanya dan menemukan pria lain, keduanya hanya bisa berhubungan lewat ponsel karena Yang memilih tinggal dengan suaminya di Manila. Ayan mengusap pundak istrinya dengan lembut, memberikan ketenangan bagi wanita yang berumur sama dengannya. 

Paula and Her Young ManWhere stories live. Discover now