30. MUSUH!

40 4 0
                                    

Sepulang sekolah mereka ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan Nana. Karena tadi di UKS menuntut jika Nana hamil. Hal itu membawa mereka tak percaya dan memutuskan untuk kerumah sakit saja memeriksa kondisi Nana yang tiba-tiba lemas dan pusing.

"Bagaimana dok keadaan pacar saya? Katanya pusing tadi, lalu perutnya sakit." ucap Erland berjalan mengikuti dokter ke sebuah meja.

Nana dan Erland duduk tepat di seberang dokter. Nana masih terlihat pucat dan lemas.

Dokter itu tersenyum kecil menatap mereka bergantian. Lalu menulis sebuah resep obat.

"Ga ada masalah serius sama nona Karina."

Nana mengerutkan keningnya. "Saya pusing dok, masa ga kenapa kenapa sih."

"Nih, saya hanya resepka vitamin saja. Karena kamu baik baik saja, pusing nya hanya karena bawaan hamil, kamu tidak boleh kecapean, kamu hamil di usia yang muda. Jadi kamu harus jaga kandungan kamu yah," jelas dokter menyerahkan resep ke Nana.

Erland dan Nana saling menatap, berarti di UKS tadi tidak salah memeriksa. "Saya hamil dok?" tanya Nana memastikan.

"Iyah, selamat yah."

"Makasih dok," Erland beranjak dari duduknya, meninggalkan Nana sendiri di ruangan dokter itu.

Nana menatap kepergian Erland. "Sayang tunggu."

"Makasih dok," tambah Nana yang kini juga pergi dari sana menyusul Erland.

Nana terus mengejar Erland yang mulai menjauh. Sebenarnya tak kuat untuk berlari, tapi Nana harus berbicara pada cowok itu.

"Sayang tunggu dulu," panggil Nana.

Panggilan itu berhasil membuat cowok itu berhenti dan melihat ke arah Nana, bahkan kini mulai menghampiri Nana.

"Kenapa bisa hamil? Itu pasti anak Zidan. Ga mungkin anak aku, kita ga pernah ngapa ngapain selama ini."

Nana menatap Erland sedikit rasa bersalah. Nana juga tak tahu kenapa harus sampai hamil. "Maaf, ak-aku- ga-" Nana terbata bata, dia tak tahu harus berbicara apa kepada pacarnya.

"Gugurin kandungan itu!" titah Erland menatap tajam Nana.

"GA!"

"Itu anak Zidan, aku ga mau kalau kita nikah ada anak itu."

"Ini anak aku, kalau kamu nerima aku, kamu juga harus nerima anak ini," tegas Nana.

Erland menatap sebentar dan memilih untuk pergi meninggalkan Nana. Daripada dia harus mengatakan hal yang tidak tidak dalam kemarahan.

Mereka berpisah di lorong rumah sakit itu. Nana pulang naik taksi, sedangkan Erland dengan motornya sendiri.

Di taksi Nana hanya melamun saja. Dia tak menyangka jika bisa hamil. "Gimana nih," batin Nana.

Masih lumayan jauh dari rumah Nana, tiba tiba 3 motor kini menyalip taksi Nana. Taksi berhenti dengan tiba tiba. Karena penasaran, Nana turun dari taksi melihat siapa yang melakukan hal itu.

Ketiga cowok itu kini turun dari motor seraya membuka helem full face miliknya. Nana tak kenal dengan mereka, tapi Nana tiba tiba tersenyum saat melihat lambang di jaket kulit mereka.

"Balik lagi rupanya," ucap Nana dengan tertawa tipis.

"Mana pacar lo?"

"Ngapain cari pacar gua? Yang terpenting pacar gua ga mau ladenin orang gila kayak Remond."

Ketiga cowok itu geram dengan perkataan Nana. Detik berikutnya mereka mengancam dan menyuruh taksi itu pergi dan meninggalkan Nana disana.

Nana menatap mereka bertiga saling bergantian. "Kenapa sih? Mau ajak Erland balapan lagi? Yakin ga main curang lagi?"

Mendadak Merrried [TERBIT]✔️Where stories live. Discover now