Chapter 9 - [ Mission 1 ]

En başından başla
                                    

"Jelon, bisa diem gak?!"

Seperti orang yang tidak memiliki telinga, Jelina malah semakin menjadi, ia berteriak membawakan lagu yang, entah apa itu.

"We where, We whare rock you! Rock you!" Begitulah liriknya.

"Dasar Ubi jalar! Berisik kek radio pak abdul!" Cetus Marka, namun dirinya tidak memarahi Jelina. Ia memilih beranjak dari ruangan itu menuju kamarnya sambil membawa gitar, Marka sama sekali tidak menghiraukan sang adik dan hal itu lah yang membuat Jelina kesal.

"Gak asik ah, punya kakak sabar banget." Jelina mem-pout kan bibirnya lalu ia juga pergi dari sana.

Sedangkan Marka, ia sudah berbaring di atas ranjang empuk berukuran Big size. Satu minggu berada disini membuat dirinya merindukan Amerika, ia pikir pulang akan menyenangkan, namun ternyata itu jauh dari dugaan. Walaupun terkadang di Amerika Marka sendirian, tetapi banyak ketenangan yang ia dapatkan. Setelah kuliah biasanya ia akan mengikuti kegiatan seperti club music atau club basket, dilanjutkan dengan pesta kecil di malam hari lalu, ketika weekend tiba ia bisa menggunakan waktu tersebut untuk bersantai di tepian danau atau duduk disebuah caffe langganannya sambil menikmati secangkir Hot coffee.

"Apa gue balik ke sana aja ya?" Ucapnya, namun kemudian Marka mengusap kasar wajahnya dan berkata, "Gak! Gue harus bisa selesain masalah ini dulu."

Mission satu!

Marka beralih mengambil handphonenya yang tergeletak diatas meja tak jauh dari kasur, ia menggapai handphone itu lalu menyalahkan-nya. Tampak sebuah panggilan terakhir yang berasal dari Sofia, saat gadis itu menanyakan alamat rumahnya. Marka pun meng-klik nomor tersebut dan menyimpannya, barulah tak lama, ia kemudian mengirim pesan singkat kepada Sofia.

Sofia

Permisi, gue mau komplain.

Iya, ada masalah apa sama pesanannya?

Kue yang lo anter kemarin

Kenapa kuenya?

Enak.

Terus masalahnya dimana pak?

Masalahnya lo panggil gue pak!
Gue mau pesen awalnya, tapi gak jadi.

______________________________________

Kali ini tidak bisa di tahan, Marka benar-benar merasa kesal. Ia tidak habis pikir dengan Sofia yang memanggilnya 'Pak' sementara mereka sudah lebih dua kali bertemu, apakah menurut gadis itu wajahnya terlihat tua? Marka merasa umur mereka bahkan tidak jauh berbeda.

"Arghh! Cewek aneh! Temen aneh, keluarga aneh, semua orang aneh! Lama-lama gue juga ikutan aneh" cibirnya setelah membaca pesan itu. Raut wajah Marka sangat masam, ia bahkan melempar handphonenya asal begitu melihat pesan tersebut. Untungnya handphone tersebut jatuh ke atas kasur dan tak sampai berguling kebawah.

.
.

"Dia kenapa sih? Kalau bilang enak kan artinya muji. Terus, kenapa dia bilangnya komplain?" Ujar Sofia, yang dirinya lebih heran lagi saat mendapati seseorang memberinya pernyataan seperti itu lewat pesan.

"Kenapa Sofi?"

"Ini Maya, kemarin kan aku anter pesanan kue. Nah yang pesen barusan ngechat, dia bilang mau komplain, tapi kok komplain bilang enak si."

"Aduh Sofia! Itu artinya, dia mau muji tapi sambil becanda. Sekarang jadinya gimana tuh?" Tanya Maya. Ia merupakan satu-satunya teman Sofia yang tersisa saat ini. Mereka sudah berteman sejak Sofia duduk dibangku sekolah Dasar.

Sofia lantas memperlihatkan layar handphonenya dan menunjukkan pesan yang ia maksud, untuk bisa dibaca oleh Maya.

"Ih Sofi mah, itu dia muji Sofi! Terus kenapa harus di panggil Pak? Lo gak liat foto profile-nya masih muda begitu, mana cakep lagi" kata gadis itu sedikit mengomel.

"Maya kan tau kalau aku lama nangkepnya, jadi aku kira dia cuma orang iseng" jelas Sofia, "Menurut Maya orang ini ganteng?" Tanyanya dengan mata yang masih mengamati foto Marka.

"Ganteng!" Ia mengangguk.

"Maya suka? Kalau suka nanti aku mau deh bantuin Maya, tapi Maya bantuin Sofi ya buat jaga toko" tawarnya tak lupa dengan senyum serta mata yang berbinar.

"Enggak, cuma muji. Emang rumahnya dimana?"

"Eleh, tadi bilangnya muji, terus nanya alamat, sebenernya Maya itu suka atau suka".

"Kan nanya alamat doang."

Sofia berdiam sejenak dan mengingat apa yang ia tahu, "Dia anaknya Pradika, Pradika Kusuma."

"HAH?!" Maya yang semula berbaring disamping Sofia langsung berubah menjadi posisi duduk. "Itu tadi nomor anaknya?" Maya memastikan.

Sofia pun mengangguk untuk meng-iyakan. "Kemarin aku kesana, rumahnya lebih besar sepuluh, eh dua puluh kali lipat dari rumah kita, May."

"Sofia, lo keknya punya kesempatan buat tinggal disana."

.
.

Kesempatan, kesempatan apa yang bisa dateng delapan kali? Jawabnya, kesempatan di kali dua :)

Yah, seperti biasa. Kalau udah membaca jangan lupa vote terus komen dan buat yang baru join silahkan Follow akun ini demi kenyamanan bersama.

Satu lagi, ada gak sih yang kepo sama visualnya mereka? Kalau ada nanti kita bedah wkwk

Terimakasih, see you di next chapter. Bye 💕

ENJ MARKAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin