11. Tak Ingin Berakhir

175 29 2
                                    

Aksa duduk di ruang tengah sambil menikmati minumannya. Membaca dokumen yang dikirimkan ke emailnya. Tiba-tiba saja Daniel muncul dan duduk di sebelahnya. “Papa sibuk?” 

“Nggak terlalu sih.” 

Daniel yang langsung menggeleng dan membawa tabletnya itu langsung memainkannya di sebelahnya. Aksa melanjutkan pekerjaannya karena merasa tidak terganggu oleh kehadiran Daniel di sini. Aksa lalu menatap anaknya yang terlihat sibuk dengan game. “Mama di mana?” 

“Mama izin tadi, Pa. Katanya mau ke rumah Oma. Mungkin mau ambil barangnya yang kemarin ketinggalan waktu aku sama Mama nginap.” 

Aksa mengangguk. Meskipun anaknya sibuk dengan game. Tapi masih memperhatikan Aksa yang bicara. Mengenai Rara belum diketahui oleh Daniel. Masalah mereka berdua memang harus segera diselesaikan. Antara Aksa dengan Sarah memang harus bicarakan ini. Kasihan kalau istrinya harus menjadi sasaran pada hubungan mereka berdua yang menyebabkan Sarah bersikap dingin akhir-akhir ini. 

Dia meletakkan ponselnya dan menemani Daniel untuk bermain game. Tumbuh selama delapan tahun. Tiba-tiba dia memegang kepala Daniel. Merasa tidak akan bisa ikhlas kalau anaknya nanti diambil oleh Rara. “Daniel sayang sama Papa?” 

“Sayang.” 

“Mama Sarah?” 

“Sayang banget.” 

Aksa tersenyum juga. Kalau dia kembali pada Rara. Kemungkinan besarnya dia dibenci oleh keluarganya sendiri. Selama ini yang sudah berusaha mencarikan kebahagiaan untuk Aksa adalah orangtuanya. Terutama sang papa yang ingin sekali melihat Aksa bisa mendidik Daniel dengan bantuan seorang istri. 

Sekarang telah mendapatkan kebahagiaan seperti ini. Tidak boleh disia-siakan oleh Aksa kehidupan yang sudah jauh lebih baik ini. Mana mungkin tega menyakiti Sarah di saat istrinya juga memberikan kebahagiaan yang tidak ada tandingannya. 

Aksa kemudian mengusap kepala itu lagi. “Papa, tangannya turunin dong. Tuh kan jadi kalah. Aku nggak fokus.” 

“Kamu yang main kok Papa yang salah sih, Nak?” 

Daniel meletakkan tabletnya di paha. “Papa yang ngajak ngobrol. Kepala aku dipegang juga.” 

“Emang Papa nggak boleh pegang kepala?” 

Anaknya cemberut dan menggeleng. “Kan Papa orangtua aku.” 

Daniel kembali memainkan tabletnya. Aksa tersenyum mendengar jawaban itu dari putranya. Kalau diingat kembali, pertama dia memasangkan baju untuk Daniel. Anak yang waktu itu diserahkan Rara untuknya. Aksa merawatnya dengan baik. Akan jadi masalah besar kalau Daniel sampai jatuh sakit. Aksa bisa merasa berasalah terhadap hidupnya jika sang anak tidak mendapatkan kasih sayang yang baik. 

Tidak jarang juga kalau Aksa batal pergi ke luar negeri dan akhirnya membiarkan anak buahnya yang pergi untuk selesaikan pekerjaan. 

Aksa menatap anaknya yang sibuk bermain. Sekilas kadang mirip dengan Sarah. Tapi lebih dominan mirip dengan dirinya juga. “Daniel, apa kamu benci sama Papa? Selama ini Papa kehilangan Mama kandung kamu.” 

“Jangan sakiti Mama Sarah aja, Pa. Kasihan soalnya. Papa juga disayang sama Mama. Biarin aja Mama aku kayak gimana. Papa harus tetap sayang sama aku.” 

Aksa tersenyum mendengarnya. “Kalau Mama kamu nanti mau ambil kamu dari Papa. Kamu pilih siapa?” 

“Mama Sarah.” 

“Hmm, kenapa?” 

Anaknya berhenti bermain. “Kalau Papa cerai sama Mama juga. Aku pilih Mama Sarah.” 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kembali BersamamuWhere stories live. Discover now