4. Jangan Tunda

365 52 3
                                    


Waktu cutinya Aksa habis tanpa ada bulan madu sama sekali. Selama Aksa cuti juga, Sarah tidak menemani suaminya tidur. Daniel yang merebutnya dari suaminya sendiri. Beruntungnya juga pria itu paham bahwa sang anak yang mungkin dari kecil tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtua. Hidup terpisah dari kecil yang membuat Daniel kehilangan sosok wanita yang seharusnya ada di kehidupannya.

Menikah dengan ayah dari satu anak ini memang cukup menguras tenaganya Sarah. Salah satu yang paling melekat pada Daniel adalah manja, untuk tidur siang pun harus ditemani oleh Sarah sekarang. Dulu menurut informasi dari Aksa, anaknya sangat mandiri sebelum ada dia di sini.

Mengantar Daniel ke sana kemari dengan kegiatannya yang sangat padat di sekolah. Sarah juga tidak keberatan melakukan itu.

Waktu dia sedang mengambil pakaian untuk Daniel latihan renang di mobil. Sarah tiba-tiba mendengar bunyi klakson dari belakangnya. Melihat ada Aksa yang datang menemui mereka, Sarah sangat mengenali mobil suaminya. Pria bertubuh tinggi itu keluar dari mobil sedan hitam dan tersenyum ke arahnya. Aksa menghampirinya. "Apa dia masih di dalam?"

"Ya, dia lupa bawa baju renangnya."

Sarah menutup pintu mobilnya setelah mendapatkan baju renangnya Daniel. "Biarkan sopir pulang duluan. Nanti kamu sama Daniel ikut aku. Kita makan di luar."

"Kamu nggak ke kantor, Mas?"

Aksa tersenyum. "Aku sudah pulang."

Sarah hanya mengiyakan kemudian masuk lagi dan menemui Daniel di dalam yang menunggu bajunya dibawakan. "Papa." Anak itu memanggil dengan sangat ramah. Sementara itu Aksa yang memiliki sifat pengalah pada anaknya tidak pernah melarang anaknya melakukan apa pun.

Daniel berlari ke ruang ganti usai mengambil baju gantinya. Sedangkan Aksa duduk bersama dengan Sarah. "Kita bakalan bahas hal lain di rumah, Sarah."

Wanita itu menoleh saat melihat suaminya membuka botol minuman yang seharusnya untuk Daniel. "Asal jangan bahas tentang hamil, Mas. Aku rasanya belum siap untuk punya anak."

"Alasannya?"

Karena di sini hanya ada mereka berdua. Guru dan juga anak-anak yang lain sudah pindah tempat. Sementara Daniel juga sudah bergabung dengan teman-temannya yang lain. "Banyak pertimbangan di Daniel."

"Dia bersedia punya adik."

"Aku yang belum bersedia punya anak."

Pembicaraan itu selesai, Sarah hanya belum siap untuk memiliki anak kalau melihat reaksi Daniel yang seperti ini. Manja terhadapnya, apalagi dengan tingkah sang anak yang memang terbilang sangat ingin menempel sekali terhadap Sarah.

Pulang menemani Daniel latihan renang, mereka mampir di salah satu restoran favorit sang anak. Usai penolakan kehadiran sang anak tadi sikap Aksa langsung berubah. Tidak banyak bicara, hanya bicara dengan Daniel. Tapi tidak bicara dengan Sarah setelah itu.

Malam harinya, Sarah ada di kamar suaminya. Keduanya saling tatap satu sama lain. Sebenarnya Sarah tidak ingin bahas ini lagi. Tapi dia merasa tidak enak hati terhadap ucapan yang tadi sudah dilontarkan oleh Sarah terhadap suaminya.

Menikahi pria satu anak tapi statusnya masih bujangan. Mungkin ini juga suatu hal yang harus ditanggung oleh Sarah ketika mengetahui suaminya memiliki anak tapi tanpa pernikahan. Kalau dilihat pun satu kali, maka dia juga tidak bisa menyangkal bahwa Daniel adalah putra dari Aksa.

Keduanya sangat mirip sekali tanpa ada cela sedikit pun.

Sarah merasa canggung dan melihat suaminya sedang memainkan tabletnya.

Kembali BersamamuWhere stories live. Discover now