42. Orange flavored ice

1.3K 209 12
                                    

Saat kecil dulu Solar selalu bertanya tentang apa itu orang tua dan saudara, dan hingga sekarang  Solar masih mempertanyakan hal itu.

Sampai saat ini yang ia tahu persaudaraan hanya tentang ikatan darah yang mengalir ditubuhnya tanpa tahu makna tersembunyi didalamnya.

Solar masih ingat jika dulu hidupnya memang benar-benar bahagia, tanpa mengenal masalah hidup dan beban yang harus ditanggung.

Semuanya berjalan normal begitu saja tanpa adanya hambatan dan halangan, apalagi dengan ayah dan ibu yang sangat menyayanginya.

Awalnya Solar memang berpikir begitu, berpikir jika dia sangat disayangi. Hingga suatu hari saat kenaikan kelas ketika ia masih disekolah dasar.

Solar sadar jika anak yang Boboiboy sayangi adalah anak paling sempurna, berotak cerdas dan berjiwa dewasa. Bukan sepertinya yang terkadang malah kekanakan dan manja.

"Bang pulang sekarang?".

Sudah empat hari berlalu sejak Solar menanyakan pertanyaan itu pada Gentar dan sampai detik ini dia sama sekali belum mendapat jawaban dari Gentar maupun Halilintar.

Hatinya kesal tetapi mulutnya tidak bisa mengatakan apa-apa, memang ingin tetapi nantinya dia akan kalah berdebat juga jika satu lawan dua.

"Hm,".

Harusnya Halilintar pulang lusa kemarin tetapi karena ada suatu kendala sampai akhirnya hari ini dia baru bisa pulang kerumah yang tidak pernah dia harapkan.

"Gentar kemana? Dia udah ilang dua hari," biasanya Gentar tak pernah absen berkeliaran di sekitar Halilintar, siang dan malam telinga Halilintar tidak pernah berhenti mendengar kicauannya namun sekarang terasa sunyi.

"Gak tau juga, terakhir gue liat ya kemarin pagi," jika saja kemarin Solar tidak kedapur pagi-pagi mungkin dia juga tidak akan melihat Gentar, "mukanya keliatan sedih gitu gak bercahaya kayak biasanya,".

Solar melirik Halilintar karena alih-alih membalas kembali ucapan Solar, Halilintar malah memilih untuk fokus pada jalanannya agar tidak tersandung kakinya sendiri.

"Sebelum pulang, kita tunggu Kak Ice dulu ya? Bentaran doang kok,".

Halilintar mengangguk, tidak ada salahnya juga menunggu Ice. Semenjak Halilintar tersadar di raganya dia hanya pernah mengobrol dengan Ice satu kali dan itupun hanya lima kalimat delapan belas kata saja.

Sekarang Halilintar sadar jika hangatnya sifat Ice hanya untuk Gentar bukan untuk yang lain, bahkan dengan Blaze pun kadang Ice masih seperti kulkas berjalan.

Katanya pulangnya Halilintar hari ini sudah di jemput oleh Boboiboy yang sekalian mengantar Ice cek up, walau Halilintar sebenarnya tidak mau bertemu dengan ayahnya itu.

"Bang, lo bisa kan wakilin Gentar buat jawab pertanyaan dari gue saat itu?" lama kelamaan bisa saja Solar mati penasaran karena terlalu lama digantung oleh Gentar.

Solar tahu jika Halilintar mengetahui sesuatu bahkan cowok itu mungkin tahu bentuk bumi yang sebenarnya.

"Kalau gue jawab, untungnya buat gue apa? Kemarin gue minta es kiko rasa jeruk aja lo gak kasih.".

Solar memutar bola matanya malas, Halilintar lagi-lagi membahas es kiko kemarin.

"Untungnya buat lo ya? Gak ada, tapi jawab aja gak perlu banyak bacot kayak liat lumba-lumba masuk parit!" Solar sudah hilang kesabaran, sudah cukup dia sabar selama empat hari sekarang stok kesabarannya sudah habis ditelan harapan, Solar tidak bisa lagi untuk menunggu lebih lama.

"Kalau gue bilang iya, lo bakal percaya?" Halilintar sama sekali tidak menatap Solar, berbeda dengan Solar yang sedari tadi terus menatap Halilintar dengan mata penuh harap.

Two Sided Life Where stories live. Discover now