00. Accident

12.5K 701 46
                                    

Hallo my name Aru, kalian bertanya-tanya? Aru adalah manusia yang mencintai ketenangan dan kesendirian, author baru netas yang pastinya masih banyak kesalahan di ceritanya.

Mohon dibaca tagarnya agar tidak nyasar.

Kalau ada yang ngga mengerti bisa langsung tanyakan sama Aru melalui DM yaa!

Sekian dari Aru...

HAPPY READING

Helaan napas terdengar saat dirinya menatap langit mendung diatas sana, tangannya sejak tadi terus mengotak-atik benda pipih persegi yang selalu menyita atensinya.

Dengan mendengarkan lagu yang berjudul Ssick milik salah satu boyband Korea Selatan melalui earphone yang menyumpal telinganya.

Berdiri dipinggiran trotoar menunggu lampu hijau berubah. Hingga kemudian ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk yang lantas langsung dia terima dan melepaskan earphone-nya.

"Nak, kamu masih dimana? Ini udah mau malem lho," terdengar suara feminine dengan intonasi lembut disebrang sana.

"Aku masih dijalan Bu, tadi ada kelas tambahan buat kelas 10-2. Maaf Bu," dia mendesis pelan saat lampu merah belum juga datang, padahal dia ingin cepat-cepat sampai kerumah.

"Begitu ya?" pemuda itu mengangguk tanpa sadar, "cepat pulang ya, Ibu punya kejutan buat kamu,".

"Iya Bu. Bu nanti bilangin Petir ya buat nggak nunggu-".

"Kenapa? Sekarang aja dia udah nunggu kamu pulang," terdengar nada kecewa dari sana yang membuat pemuda itu menyesal karena telah mengatakannya.

"Anu itu, aku ada tugas kelompok di rumah temen sebenernya. Maaf Bu, aku nggak bilang dari awal," kakinya melangkah saat lampu hijau berubah merah, dengan mengalihkan pandangannya ke kanan dan kiri kini kakinya menjejaki aspal jalan untuk sampai ke sebrang sana.

"Ya udah nggak apa-apa. Tapi kamu udah makan kan?".

"Udah-"

Tinn!

Tiiiinnn!

Dia menoleh tatkala mendengar suara bising klakson dari samping kanannya. Sebuah bus melaju kencang tak terkendali yang hanya berjarak sekitar 4 meter lagi.

Terkesiap, kakinya mendadak tak bisa bergerak dan tubuhnya seketika membeku.

"Bu..."

Braaak!

Tubuhnya terpelanting begitu bagian depan bus menghantam tubuhnya. Kepalanya sakit begitu membentur pembatas jalan dengan keras.

Kejadiannya terjadi dalam beberapa detik, tidak! Mungkin kurang dari satu detik.

Tubuhnya lemas dengan darah yang mengalir dari kepalanya. Bau anyir dia cium dengan genangan darah yang berasal dari tubuhnya.

Napasnya tersengal serta jantungnya yang terasa akan meledak saat itu juga. Bibirnya terkatup dan terbuka untuk mencari oksigen lebih banyak, tapi tidak bisa.

"Nak, kamu kenapa? Kenapa nggak jawab panggilan Ibu?".

Dia menggerakkan kepalanya untuk menoleh kesamping tempat dimana dia mendengar suara seseorang. Yah... ponselnya masih hidup walaupun banyak di antaranya yang sudah retak.

"I-bu, sakit..." suaranya bahkan tak bisa dia dengar sekarang.

Pandangannya sedikit demi sedikit semakin buram tapi telinganya dapat mendengar suara seorang pria yang sedang memaki entah siapa.

Hingga kelopak matanya tertutup rapat karena tak kuat menahan rasa sakit yang dirasakan diseluruh tubuhnya.

"Lintar dengar Ibu? Kenapa nggak jawab Nak? Ayo jawab, jangan bikin Ibu khawatir,".

"Kenapa diam aja hm?".

"Lintar,"

"Halilintar!"

.
.
.

Byuur!

Dia tersentak kaget dan dengan terpaksa membuka kelopak matanya yang terpejam. Dan tanpa sengaja pandangannya berpapasan dengan orang yang sedang menatapnya tak suka.

"Bangun, yang lain udah nungguin dibawah." begitu kata orang itu lalu setelahnya pergi dari tempat itu tanpa mengucapkan apapun lagi.

Pemuda yang masih merebahkan tubuhnya di marmer dingin itu menatap ke sekitar, tempat yang menurutnya begitu asing.

"Dimana?" katanya sembari merubah posisinya menjadi duduk. Tubuhnya seperti remuk sekarang dan rasanya perih juga.

Mencoba bangun tapi dia kembali terhuyung saat rasa pusing mendengar.

"Agh sakit..." dia meringis sembari meremas rambutnya saat kepalanya berdenyut sakit bersamaan dengan memory asing yang memenuhi kepalanya.

"Ibu, aku nggak mau disini!" dia jatuh terduduk sembari menelungkupkan kepalanya diantara pahanya, "Lintar mau pulang sama Ibu..."

Halilintar Galleo Arzhel namanya, yang sekarang menyadari jika jiwanya telah tertarik memasuki raga orang lain yang bernama Halilintar Navarro Aiden.

"Ibu, aku nggak mau bertransmigrasi kayak burung..." sungguh rasanya dia menyesal, padahal seharusnya dia sudah mati 'kan? Tapi kenapa malah...

"Tubuh gue udah di kuburin belum ya? Pasti Petir kesenengan karena nggak akan rebutan cimory yang dibeliin Kak Angin lagi,".

Kemudian dia berdiri untuk pergi kekamar mandi, yah... meskipun dia tidak kenal dengan tempat ini tapi ingatan milik si pemilik tubuh asli ini membuatnya jadi tahu banyak tempat disini.

"Tapi ni anak kaya juga. Enak banget hidup lo, nggak kayak gue,".

"Aduhh..." dia mengusap dahinya saat bertabrakan dengan tubuh seseorang.

Orang itu, yang tadi menyiram tubuhnya dengan air dingin kalau Halilintar tidak salah sih namanya Gempa, bumi.

"Mau gue pukul?" tanya Gempa sembari menatap Halilintar tak suka.

"Hah?" beo Halilintar tak mengerti, baru juga terbangun masa sudah mau dibuat pingsan lagi.

─────TBC─────

Two Sided Life Where stories live. Discover now