28. Holiday plan?

1.7K 220 6
                                    

"Gue gak pick me!".

Gempa memutar bola matanya malas. Dia sudah tahu balasan Gentar akan seperti itu, lagipula orang mana lagi yang akan mengaku jika dia pick me.

"Aku ke kelas dulu," Gempa memutarkan tubuhnya dan melangkahkan tungkainya untuk meninggalkan atap.

"Capek, padahal masih pagi." celetuk Ice, dia duduk di kursi yang masih terlihat bagus namun sudah tidak dipakai.

"Badan lo butuh istirahat. Mungkin gue bisa bantu," Taufan menghampiri Ice dan duduk didepan Ice setelah menyeret kursi lain.

Ice tertawa, mana mungkin Taufan bisa membantunya di situasi dan tempat seperti ini.

"Lo mau jadi kasur gue, disini?" Ice sudah tak memperhatikan Taufan karena kini atensinya teralih untuk melihat langit di atas sana.

"Kalau bisa.".

Taufan senang karena beberapa hari terakhir ini Ice jauh lebih hangat dari sebelumnya. Tak jarang Taufan mendengar Ice tertawa atau justru tersenyum, apalagi perubahan Gentar jauh menjadi ke peribadian lebih positif.

Mungkin dengan ini Taufan bisa memperbaiki kesalahannya pada sang adik. Selama ini Taufan terlalu menutup mata dan menyalahkan segalanya pada Gentar.

Ucapan Boboiboy yang mengatakan jika Gentar adalah orang yang membunuh ibunya terngiang-ngiang di kepala Taufan sehingga membuat rasa benci perlahan tumbuh dihatinya.

Namun Taufan saat ini sadar jika Gentar juga korban. Kecelakaan enam tahun lalu juga menyebabkan Gentar tak bisa berjalan selama satu tahun. Saat itu ketika Taufan tiba ke tempat kejadian bersama Boboiboy, mobil yang ditempati ibu serta saudaranya di temukan di dasar jurang.

Boboiboy pernah menanyakan kronologinya pada Gentar, tetapi anak itu tak menjawab karena kondisi psikisnya yang kurang baik.

Taufan menghela napas, ia menatap Gentar yang masih ada ditempat semula.

"Yang Gempa bilang tadi, bener?" Gentar memutar tubuhnya untuk melihat Taufan dan Ice yang takutnya sudah pergi juga.

"Soal lo yang bokem, caper, pick me? Tapi menurut gue lo lebih ke kayak cacing kepanasan." Taufan tak salah, karena dulu dia jarang sekali melihat Gentar duduk anteng. Kalaupun di rumah, Gentar lebih suka ada di halaman rumah untuk mencari serangga.

"Gue gak inget," Gentar tak mendapatkan seluruh ingatan milik orang ini, dia tak tahu sepenuhnya tentang keperibadian dan sifat atau hal yang dilakukan sehari-hari oleh anak ini.

"Masih muda udah lali." cibir Taufan yang langsung di sambut gelak tawa dari Ice.

"Sebentar lagi libur kan, gak tau seminggu atau dua minggu. Ada yang niat mau liburan? Refreshing  gitu biar gak butek otaknya." ujar Ice. Biasanya jika setelahnya kenaikan kelas akan ada jangka waktu sampai masuk sekolah lagi, mungkin tujuannya agar pelajaran tak merasa tertekan akan adanya tugas.

"Cukup kalian gak berisik, gue udah nemuin yang namanya refreshing otak." sahut Gentar. Kalaupun harus liburan, Gentar hanya ingin menenggelamkan diri ke palung Mariana tanpa kembali melihat dunia.

"Nanti ke tracking ke gunung deh, lumayan kan bisa liat pemandangan indah di atasnya," celetuk Taufan tanpa mengindahkan tatapan intimidasi dari Ice dan Gentar.

Taufan sama sekali tak memikirkan mereka berdua yang tak boleh kelelahan, karena menurut Taufan, kebahagiaannya sendiri lebih penting dari orang lain.

Dasar egois.

"Kalau boleh request, gue mau ketemu Mama," Ice kembali berbicara setelah mendengar pendapat dari kedua saudaranya.

"Kenapa gak nanti aja?" Taufan rasa hari ini juga bisa ke berkunjung ke makam sang ibu, hari masing panjang.

Two Sided Life Where stories live. Discover now