Di mata Sean, dunia itu abu-abu dan gelap.
Tidak ada yang indah, bahkan langit cerah pun terlihat suram.
Dia terlahir ke dunia dengan cara yang salah, lalu tumbuh dengan cara yang salah. Membuatnya hidup mengasingkan diri seperti monster yang diam...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I'M BACK (≧▽≦)
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN, YA (≧▽≦)
-
-
-
"Sean, kalau kamu besi, aku magnet. Aku akan menarik mu" #Crista_Aileen
-
-
-
️❄️❄️❄️❄️❄️
Crista menyeret kakinya yang luka memasuki rumah.
Rumah tingkat dua bobrok dengan cat dinding pudar memberi ilusi betapa suram kehidupan di dalamnya.
Crista terdiam melihat sekumpulan sepatu kulit berwarna hitam tergeletak sembarangan di teras, juga aroma alkohol menyengat dari celah pintu.
Gadis itu menghela napas berat, membuka sepatunya, dan masuk ke dalam rumah dengan kepala tertunduk.
Benar saja, sesuai perkiraan, ruang tamu penuh dengan rekan kerja ayahnya yang tengah mabuk berat. Mereka semua adalah rentenir, bertubuh besar dengan stelan preman sangar.
Pencahayaan ruang tamu sangat buruk, Crista hati-hati menyimpan sepatunya ke dalam lemari kaca khusus sepatu, lalu berjalan terpincang-pincang menuju kamar.
"Heh, anak brengsek! Tunggu!"
Seorang pria mabuk dengan lengan penuh tato memanggil sambil cegukan, matanya berkabut, tapi tidak melunakkan ketajaman alisnya.
Crista berhenti ditempat, iris caramelnya kosong.
"Kenapa baru pulang jam segini? pergi melac*r kemana lagi?"
Crista menutup matanya, menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik menatap ayahnya yang duduk malas di sofa.
"Aku dari sekolah"
Pria itu mencibir. "Kapan kau cukup umur? Aku ingin menjual mu!"
"Ayah, aku masih mau sekolah"
Pria itu tertawa sinis. "Apa pelac*r butuh sekolah? Lihat ibu sialan mu, sekolah tinggi-tinggi tapi ujung-ujungnya tetap melac*r sampai gila! Kau seharusnya mengikuti jejaknya, 'kan?"
Crista tidak menjawab, ekspresinya sama sekali tidak berubah.
Ini bukan kali pertama kalimat itu keluar, Crista sudah terbiasa, sudah tidak peduli.
Tak lama kemudian, pintu kembali terbuka. Seorang wanita cantik nan tinggi masuk dengan stelan kantoran membalut tubuhnya.
Dia melirik Crista yang kotor dan berantakan, lalu pada suaminya yang setengah mabuk bersama rekan kerjanya.
