41

12.7K 1.2K 57
                                    

~Happy Reading~

Meta keluar dari ruangan seperti biasa, beberapa rekannya pun ikut diam melihat perilaku gadis itu seminggu ini.

Sampai ketika di lobby dia kahirnya bertemu Aini,"Ta kamu kenapa sih? kayak orang kurang darah gitu." Ternyata melihat teman sedang galau itu capek juga, di ajak ngomong nggak nyambung, di curhat-in dia diem aja.

"Nggak apa-apa." Aini berdecih mendengar jawaban Meta, apanya yang nggak apa-apa jika sudah hampir seminggu gadis itu menjadi aneh.

"Kamu langsung pulang?" tanya Aini lagi, tidak menghiraukan wajah yang masih sepet itu.

Meta menilik lagi jam pada layar smartphone-nya,"Mau mampir ke coffee shop dulu."

"Tumben ngopi dulu." Karena ini hari Jum'at dan jam pulang kantor, yang berarti coffee shop daerah kantor akan penuh dengan para budak korporat juga, Meta kan tidak terlalu suka keramaian.

Dengan tidak niat lagi-lagi Meta menjawabnya,"Hunting foto yang berbeda." 

"Okey?" Walaupun tidak yakin tetapi biarlah temannya itu mengambil waktu untuk dirinya sendiri, mungkin dia butuh tempat yang memadai untuk melamun, bukan seperti di kantor.

"Duluan ya!" pamit Meta dan di angguk i Aini.

Meta sengaja memilih tempat yang lumayan jauh dari kawasan perkantoran, supaya tidak terlalu ramai, dan ketemulah satu tempat kecil di pinggir kota dengan view persawahan. Gadis itu juga sengaja mengambil tempat duduk paling ujung, paling sepi dan semilir angin masuk dengan baik disana.

Sejenak dia mengatur pernafasannya, setidaknya dia tidak langsung pulang dan bertemu Abizar. Di tengah omongan tetangga yang akhir-akhir ini didapat, dan kondisi pribadi nya yang tidak mendukung membuat Meta agak pening, isi kepalanya penuh sekali.

Sekitar setengah jam dia diam, smartphone-nya bergetar, ada nama Satria disana, memang seharusnya dia sudah sampai di rumah dan biasanya lelaki itu akan menelfon,"Eh belum di rumah?" tanya-nya heran.

Meta tersenyum tipis,"Belum pengen pulang."

Menangkap ada yang aneh dari pacarnya,"Kenapa?" 

Lelaki itu menghela nafas ketika tidak mendapat jawaban,"Siapa yang ngomong aneh-aneh?" Meta masih tidak ingin menjawab, dalam kepalanya berfikir jika hubungan sebaik-baik ini ada saja keraguannya.

"Yaudah kalau masih belum mau cerita, tadi di kantor gimana?" Mungkin Meta belum bisa mengungkapkan apa yang di rasakan, Satria lebih memilih menanyakan hal lainnya.

"Nggak gimana-gimana sih, soalnya mau tanggal merah beruntun, jadi pada semangat kerja karena tinggal beberapa hari." Disaat harusnya dia bahagia karena sebentar lagi tanggal merah malah stress sendiri.

Satria mengangguk,"Arya bakal lebih lama di sana mungkin." 

"Karyawan kamu libur kan tanggal merah?" Tiba-tiba Meta teringat satu hal.

"Iya, biar pada libur juga, kenapa?" Tumben sekali Meta menanyakan terkait karyawannya, terlihat gadis itu bernafas lega dan Meta merasa sementara waktu dia bisa santai tanpa ada drama.

"Oh iya, hari ini nemenin adek keluar?" Lagi-lagi Meta mengalihkan pembicaraan, Satria betul-betul menangkap sesuatu yang berbeda dari gadis itu beberapa hari terakhir.

Apa iya karena perasaan Meta yang sedang tidak karuan ini, harus membuat komunikasi mereka terganggu? disaat seperti ini, kenapa?.

Dalam hati Meta terus merapalkan kata 'Maaf' kepala lelaki diseberang sana, yang seolah semua akan berjalan baik-baik saja.

***

Sedang serius-seriusnya mengaduk adonan, terdengar ketukan pintu yang membuat Meta menoleh ke adiknya, dan Arya yang  mendengar hanya diam saja duduk di kursi dapur,"Mbak ada tamu tuh, siapa sih sore-sore."

"Ya kamu yang buka, mau makan kue nggak sih?" Sewot Meta tidak melihat adanya inisiatif Arya membuka pintu.

Dengan berat hati lelaki itu berdiri,"Yaudah." Niatnya pulang ingin santai ternyata diperbudak sang kakak juga.

"Siapa?" tanya-nya saat membuka pintu justru lelaki asing yang dia dapati, dilihat-lihat seumuran kakaknya, pendatang baru ya?.

Lelaki itu menunjukkan senyum hangat,"Abizar, mau ketemu mbak Meta."

Arya melotot mendengar tujuan lelaki itu datang,"Ada perlu apa?"

"Ada yang mau di omongin." Jawaban ramah itu tidak membuat Arya puas, justru menatap lelaki di hadapannya curiga, kakaknya ini punya urusan apa dengan orang di hadapannya, sampai di bawakan bingkisan segala.

Tetapi mau tak mau dia akan memanggil kakaknya,"Tunggu sebentar," katanya sebelum kembali masuk ke dalam.

"Mau ketemu mbak Meta tuh." Satu kalimat yang membuat Meta mengerutkan keningnya juga cepat-cepat keluar, tumben ada yang mencarinya.

Langkahnya baru melambat ketika melihat Abizar berdiri di depan pintu, tersenyum ke arahnya. Dia hampir saja lupa jika pernah ada urusan dengan lelaki itu, dan Meta kira dengan bilang dia sudah memiliki pasangan maka dia akan berhenti.

Lelaki itu mengulurkan bingkisan di tangannya,"Saya berniat minta maaf soal yang beberapa hari lalu, ini ada kue sebagai permintaan maaf saya."

"Nggak perlu sampai segini nya." Lagi-lagi gadis itu menghela nafas, jujur terasa sedikit lelah.

Abizar tetapi memberikan bingkisan itu dan tersenyum tulus,"Nggak apa-apa, asal mbak Meta maafin saya, saya pamit dulu." Selain pamit pada meta dia juga tersenyum pada Arya yang berdiri tidak jauh di belakang kakaknya, yang memandang mereka berdua dengan curiga.

"Siapa sih?" tanya-nya tidak sabar, dilihat dari gesture dan tatapannya pada Meta, pasti ada sesuatu, Arya tau tatapan jenis apa itu.

Begitu saja Meta melewati Arya,"Panjang cerita-nya." Dan melanjutkan masakannya, tanpa perduli tatapan aneh Arya padanya.

Pagi harinya Arya berniat menengok greenhouse Satria, rasanya kangen juga dengan tempat itu dan beberapa orang di dalamnya.

Arya tersenyum ketika dari kejauhan melihat pak Edi sedang memotong i bunga,"Dor! halo pak Edi!" Sapanya mendekat.

Lelaki paruh baya yang di kagetkan ujungnya tertawa,"Waduh sahabat bapak, baru inget rumah." Kalau Satria sering menjadi objek godaan-nya maka Arya ini yang sering menggodanya.

Sambil berbincang-bincang Arya membantu lelaki itu menyelesaikan pekerjaannya, saat berjalan ke kantor perkebunan dia mengernyit melihat ada yang berbeda. Dia dan lelaki itu sama-sama kaget bertemu di sana, Abizar mengembangkan senyumnya melihatnya, berbanding terbalik dengan Arya.

"Adiknya mbak Meta kan?" tanya Abizar ketika Arya berhenti di sana, Arya perlahan meletakkan bunganya.

"Udah kenalan belum? itu Abizar yang gantiin kerjaan kamu kemarin, bapak kan sudah tua, nggak tau medsos medsos an," sahut Pak Edi mengetahui Arya masih diam saja tidak menyambut baik Abizar.

Anak itu hanya mengangguk paham, jadi Abizar karyawan baru ini naksir kakaknya? apa saja yang sudah dia lakukan? sejauh mana dia mendekati Meta? kenapa sampai lelaki itu harus minta maaf pada Meta kemarin?.

Terlalu lama berfikir, Arya kaget ketika di sodorkan sebuah minuman oleh Abizar.

"Buat kamu, tadi belinya lebih 1." Padahal Abizar merelakan minuman miliknya untuk Arya, ya namanya juga usaha, dekati juga adiknya.

Karena kebetulan haus, Arya menerima nya,"Makasih."

"Gimana mbak Meta kemarin?" tanya Abizar penasaran, sejujurnya dia meminta maaf karena ketika gadis itu pulang setelah Abizar mengungkapkan niatnya, sepertinya gadis itu tidak baik-baik saja.

"Uhuk!" Arya dan Bima bersamaan tersedak minuman.

Gawat!

Keduanya berfikiran 'gawat' dalam artian berbeda.

BERSAMBUNG...
Harap bersabar yah pemirsa 🥺
Semangat kegiatan nyaa, besok libur lagi dan yang udah bisa ikut nyoblos besok jangan golput ya ges yaa
Salam

Kuncup Peony 🌷

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang