Chapter Two

5K 670 58
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sebuah tangan mengarah ke arahnya, Irene sontak menghadap ke atas dan menatap iris mata biru itu. Tanpa pilihan lain, Irene menerima uluran tangan Matthias dan menaiki kereta kuda itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"A little beautiful moment with the characters"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Irene ingin mengubur dirinya dan terjun dari kereta kuda ini. Sudah 30 menit ia satu kereta bersama sang pemeran utama pria, namun rasanya itu sudah seperti berjam-jam!

Sudah banyak hal yang ia lakukan agar rasa canggungnya terhempas pergi. Seperti mengalihkan pandangannya dari tatapan Matthias dengan melihat detail dalam dari kereta kuda Keluarga Herhardt. Ataupun menatap ke arah keluar untuk melihat pemandangan di jalan.

Namun rasanya itu percuma saja, Irene merasa tatapan intens mengarah ke arah dirinya. Iris lavender itu memilih untuk menatap pemandangan di jalan kembali.

'Ini bocah berambut hitam punya masalah apa sih? Dari tadi melihat ke arah sini terus'

'Apa dia memasukkan ku daftar mangsa yang baru? Apa dia punya dendam sama Irene sebelum aku memasuki tubuhnya?'

'Omong-omong apa dia mau menagih ucapan terimakasih dariku? Aku awalnya ingin berterimakasih kepadanya, tapi Claudine memanggilku'

'Oh iya, Claudine..... Dasar bocah itu! Meninggalkanku bersama blackflag ini?! Dasar! Pasti dia menikmati momen bersama Riette! Dasar bucin'

-- -- -- -- -- --
Sementara itu,

Hatchim!!

"Lady Brandt! Kau baik-baik saja?" Tanya Riette

"Ah tidak apa-apa. " Senyum Claudine

-- -- -- -- --

Balik ke tempat pemeran utama kita-

'Kapan kami akan sampai ke museum itu? Aku sangat bosan.....' Murung Irene menutup matanya berpikir

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Haaaah...-?!" Kaget Irene terbangun menatap sekitar dengan mencerna apa terjadi

Dirinya ketiduran ketika sedang berpikir dan membicarakan banyak hal dalam pikirannya. Irene menyender ke samping, dinding kereta kudanya terasa sangat keras.

Tunggu..... Keras? Bukankah tadi lembut dan nyaman.

Irene menoleh ke samping dan menemukan iris biru muda itu lagi. Sepertinya otaknya belum bekerja dengan baik.

Sedetik, dua detik, setengah menit, dan puncak nya semenit. Gadis berambut pirang itu bersitatap dengan lelaki berambut hitam pekat itu.

"Tuan-! Maafkan saya! Maafkan ketidak sopanan saya!" Panik Irene menjauhkan dirinya dari Matthias.

'Aaahhhh!!!! Shibal!!!! Bukankah tadi dia berada di seberang ku?! Kenapa dia bisa di sampingku?!! Sejak kapan?! Huwaaa!!! Apa aku akan mati?! Tolong aku baru hidup bahagia selama seminggu!!!!'

𝗜𝗥𝗘𝗡𝗘 Kde žijí příběhy. Začni objevovat