🕊️ - ❝ s e v e n t e e n ❞ ·˚ ༘

3.2K 455 45
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Warning"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
[ Chapter berisikan hal-hal sensitif seperti darah, dll. Bisa di skip kalau kalian kurang nyaman, sampai tanda ☆☆☆☆☆ ]
.
.
.
.
.

Acara pertunangan tetap berlanjut, mereka berbincang dengan tenang. Para bangsawan lainnya terbagi menjadi dua kubu. Kubu yang sedang membahas politik dan bisnis, dan sedang membahas kejadian-kejadian di sosialita.

Sedangkan pemilik acaranya hanya menonton dan berbicara kecil. Mereka tidak ada niat untuk bergaul, karena mereka punya satu alasan yang sama; membosankan.

Padahal seharusnya kalau ada pasangan lagi tunangan malah interaksi sama orang-orang kan. Kayak di drama-drama, ada pula acara menari sambil bernyanyi seperti salah satu film India.

"Jika dilihat dari sini, mereka seperti semut." Celetuk Irene membuat Matthias memincingkan matanya sedikit.

"Kau benar, semut-semut yang berisik." Angguk Matthias kembali menyesap winenya.

"Kapan pestanya selesai?" Tanya Irene.

"Sekitar pukul sembilan."

"Hmmm, tidak lama. Sisa setengah jam lagi. Baguslah." Irene menganggukan kepalanya.

Atensi Irene kembali menuju para bangsawan kembali, menyesap wine mahal yang ada di tangannya.

Semenit.

Dua menit.

Tiga menit.

Hingga lima menit. Irene merasa aneh, pemandangan para bangsawan yang berinteraksi malah terdiam, gerakan mereka seolah terhenti. Suara perbincangan dan musik berhenti. Irene mengerutkan keningnya.

"Duke.... mereka berhenti?" Irene bertanya pada pria di sebelahnya, matanya masih menatapi pemandangan itu.

Hening.

Irene terhenti. Ia dengan ragu, menoleh ke sampingnya. Matanya terbelalak. Matthias dengan pandangan khasnya menatap ke arah depan. Pria itu juga tidak bergerak seperti yang lainnya.

Irene mengedarkan kembali pandangannya, mencari keberadaan orang-orang yang ia harap tidak terpengaruh. Namun nihil. Claudine, Riette, Nyonya Elysee, Madam Norma terhenti.

Mereka seperti gambar dari panel manhwa-manhwa, tidak bergerak. Hanya saja tidak ada gelembung katanya saja.

Napasnya mulai tercekat, sebutir keringat mengalir di pipinya. Irene merasa tercekat.


BRAKKK.......!!!!


Pintu kaca balkon-balkon terbuka dengan serentak. Irene hampir berteriak ketakutan akibat bunyi itu. Bergerak ke segala penjuru arah, untuk mencari apakah ada yang mencurigakan.

Entah kenapa suasana atmosfer membuat dirinya ketakutan. Di tambah semua orang tidak bergerak. Irene takut. Ia sendirian.

"Duke..... Tuan Duke-!" Ujar Irene mengguncangkan tubuh Matthias. Namun beliau tidak bergerak.

"A-.... Apaan ini?!" Irene bergumam.

Step........

"(y/n) (l/n)"

𝗜𝗥𝗘𝗡𝗘 Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora