🕊️ - ❝ o n e ❞ ·˚ ༘

6.1K 667 43
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Angin sepoi-sepoi meniup surai emas pucatnya dengan pelan, menyapu kulit putihnya.

"Siapa kau?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Meeting him"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Irene kaget dan tak sengaja jarinya tergores oleh duri mawar yang tajam. Menghiraukan lelaki di depannya, Irene meringis karena goresannya cukup dalam.

Irene mengibaskan tangannya karena perih lalu melihat jarinya sepertinya ada duri kecil yang masuk. Ia mencoba menekan agar duri itu keluar namun malah darah yang mengalir lebih laju

Grapp-

Sebuah tangan yang lebih besar meraih tangannya lalu mendekatkan jari Irene ke wajah pria itu. Dengan telaten, jarinya menekan pelan jari Irene, sang gadis meringis pelan akibat sakit. Perlahan duri itu keluar dari jarinya.

Irene terkesiap kagum akan ketelatenan lelaki itu. Dengan pelan ia mendongak untuk melihat siapa yang menolongnya

Warna ungu seperti lavender bersitatap dengan warna biru yang dalam seperti lautan. Irene mengerutkan keningnya, ia familiar dengan mata itu.

"Kak Irene!" Panggil seseorang yang Irene kenal. Sontak ia menoleh menemukan Claudine yang berjalan ke arahnya bersama lelaki lain di belakangnya.

"Claudine" Senyum lembut merekah di bibir merahnya menemukan orang favoritnya

"Kakak darimana saja? Ini sudah senja!" Adu Claudine mengajak Irene pergi dari taman itu

__________________ ׂׂૢ་༘࿐

"Siapa dia?" Tanya lelaki dengan mata biru itu

"Oh? Dia Lady Brandt-"

"Yang di sebelahnya" Potongnya

"Ah! Dia Lady Delaney, Irene Delaney. Mengapa?" Tanya lelaki di sebelahnya

"Kau sepertinya akrab dengan Nona Brandt, Riette" Kata lelaki bermata biru itu membuat lelaki bernama Riette menggaruk lehernya yang tidak gatal

"Benarkah? Ahahaha! Kami hanya bertemu karena ia terlihat mencari seseorang!" Sahur Riette tersenyum lebar menanggapi sepupunya

"Kau juga terlihat tertarik dengan Lady Delaney, Matthias" Goda Riette pada lelaki bernama Matthias itu

Matthias hanya menatap surai emas pucat itu yang perlahan menjauh dengan wajah nya yang tidak menunjukkan apa-apa. Namun jika diperhatikan dengan detail, sudut bibir nya terangkat sedikit.

Ia menoleh ke arah samping, memetik bunga mawar bewarna putih itu. Bayangan gadis itu meringis terbesit di benaknya, menatap noda darah yang mengotori mawar itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jadi bagaimana bermain bersama anak tadi?" Tanya Irene pada Claudine. Mereka sedang berdiri di dekat tempat air mancur.

"Dia tidak asik! Dia tidak mengetahui lagu apa yang kumainkan dan permainan lainnya" Ketus Claudine menghela napas

"Kau harus memakluminya, dia datang dari luar negeri. Dan dia hanya seorang rakyat biasa, dia memiliki cara menghibur yang berbeda" Irene mensejajarkan tinggi mereka

𝗜𝗥𝗘𝗡𝗘 Where stories live. Discover now