- ❝ t w e n t y f i v e ❞ ·˚ ༘

3.6K 433 133
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ignored."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Tuan Duke!" Irene dengan berbinar-binar menghampiri Matthias dan memeluk pria itu dari belakang. Kedua tangan wanita itu melingkar di pinggang Matthias.

"Hari ini setelan pakaian formal yang telah saya rancang sendiri akan datang! Anda harus mencobanya waktu itu juga!" Irene tersenyum dengan manis, menyampingkan tubuhnya untuk melihat reaksi Matthias.

Namun wajah pria itu tetap biasa saja, seakan tidak terganggu dengan perkataan Irene. Melihat hal itu, Irene menaikkan satu alisnya dengan bingung. Ia kembali memeluk Matthias, berharap pria itu sedang menjahilinya.

Tetapi raut wajah pria itu tetap datar. Raut wajah Irene langsung berubah, ia menatap Matthias dengan khawatir. Apakah kekasihnya salah makan?

"Tuan Duuuuke." Panggil Irene dengan sengaja menusuk-nusuk pipi Matthias dengan pelan.

"Tuan Duke?" Tangannya kembali menoel-noel Matthias.

"Duke?"

"Tuan Du-"

"Berisik." Satu kata itu keluar dengan dinginnya dari bibir Matthias mampu membuat hati mungil Irene tertusuk.

Mata bewarna biru terang yang jernih itu meliriknya dengan tajam dan dingin. Menatap Irene dengan tatapan membunuh.

Nyali wanita Delaney menciut. Seketika tubuhnya merinding ketakutan. Tatapan Matthias kembali seperti Matthias yang belum ia kenal bertahun-tahun lalu.

Perasaan menyesal menyelimuti dirinya dan dia menatap Matthias dengan sedikit ketakutan.

"Saya..... minta maaf, Duke. Saya tidak bermaksud mengganggu anda." Irene melepaskan pelukannya kepada Matthias dengan berat hati dan menunduk sebentar sebelum berbalik meninggalkan pria itu.

Perilaku Matthias sudah aneh beberapa waktu ini. Sudah tiga bulan pria itu bertingkah dingin dan cuek. Irene merasa ia kembali ke masa lalu ketika ia dan Matthias masih belum akrab.

Bukan hanya Matthias, para penghuni Kediaman Herhardt juga bertingkah aneh, bahkan Paman Bill dan Layla juga bertingkah aneh. Mereka bertingkah seolah-olah tidak mengenal Irene dan mengabaikan wanita itu.

Irene yang dasarnya takut dilupakan dan ditinggalkan oleh orang-orang yang ia sayangipun mulai gusar. Ia merasa ia melakukan kesalahan, tapi setelah ia merefleksikan dirinya, ia belum membuat kesalahan apapun di bulan ini.

Perasaannya campur aduk selama tiga bulan itu. Sedih. Takut. Kecewa. Ketiga perasaan itu bercampur aduk di perutnya. Membuatnya merasa mual dan pusing kembali.

Wanita itu mendudukan dirinya di taman mawar putih. Tempat pertama di mana ia bertemu dengan pria yang ia cintai. Memegang pelan bunga mawar yang masih menyatu dengan batangnya, menghabiskan waktu paginya dengan melamun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝗜𝗥𝗘𝗡𝗘 Where stories live. Discover now