🕊️ - ❝ e l e v e n ❞ ·˚ ༘

3.9K 562 50
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mission failed"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Esok, kau akan kembali ke Duchy. Apa kau ingin melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktu bersama di Arvis?" Tanya Matthias sembari membaca dokumen penting yang ada di mejanya.

"Tidak ada, selama dua minggu ini saya sudah cukup menikmati keindahan Arvis." Jawab Irene menyesap teh chamomile.

Irene baru tahu bahwa pria itu menyimpan beberapa stok teh chamomile dengan merek teh yang sama yang ia kirimkan bertahun-tahun yang lalu.

Mereka menghabiskan waktu di Annex, sepertinya tempat favorit calon pasangan ini adalah sebuah tempat yang tak terlalu besar yang bersebelahan dengan Sungai Schulter.

Melihati pemandangan indah alam Arvis. Sejak dari tadi, yang mengisi keheningan di antara mereka adalah suara angin musim panas dan gerakan air dari sungai.

Baik Irene dan Matthias hanya diam dengan pikiran masing-masing, begitulah mereka menikmati each other's company.

Tak!

"Kau mau menunggangi kuda sembari berjalan di hutan?" Tawar Matthias yang sudah menyelesaikan dokumennya.

Pena tinta dengan kualitas tinggi itu ia taruh di sebelah meja, menghampiri Irene.

Wanita itu menatap ke arahnya, pria itu mendekat ke arahnya. Senyuman yang di lontarkannya membuat Irene agak sedikit merinding.

"Tidak terlalu buruk, cuaca yang sudah tidak terlalu panas karena menjelang sore." Ujar Irene menaruh cangkir teh.

"Apakah Duke juga ingin?" Tanya Irene mengambil sebuah cangkir teh yang belum terjamah.

Matthias hanya mengangguk singkat sembari duduk di sebelah Irene. Lalu pria itu mengambil cangkir milik Irene dan menyesapnya dengan santai.

Sedangkan sang pemilik terdiam membeku dari aksinya yang hendak menuangkan teh.

".........."

Wanita itu menatap Matthias dengan tatapan mencerna. Pria itu hanya duduk santai sembari menutup matanya.

'Pria ini-!!!!!'

Dia ingin mengumpat kepada pria itu, namun mengingat semua usahanya untuk melawan pria ini selalu gagal.

"Duke...... Itu cangkir milik saya." Ujar Irene membuat Matthias membuka matanya.

"Lalu?" Tanyanya.

"Tidak ada." Hela Irene lalu mendudukan dirinya di samping Matthias.

Chuppp~


Sebuah sentuhan lembut mendarat di bibirnya, membuat Irene membuka matanya.

Rupanya sudah mulai berani main nyosor ya bund.

Gerakan pelan yang dilakukan pria itu, sangat berbeda dari kemarin malam. Tangannya yang berada di tengkuknya, menyentuh rambut pirang yang tergerai itu.

Tangannya yang lagi satu melingkar di pinggangnya, membiarkan jarak di antara mereka semakin mendekat.

Mata dengan iris lavender itu perlahan tertutup, membalas ciuman lembut dari pria itu. Kedua tangannya melingkar di lehernya.

𝗜𝗥𝗘𝗡𝗘 Where stories live. Discover now