Jalan cerita 14

22 3 0
                                    

Aku udah sempetin update, kalian sempetin vote yuk,




["Dia memang baik. Tapi, apa dia yang terbaik?"]


••••

HBM🤍💐

••••

"APA?!" Ucap Alka dan Thara secara bersamaan, dengan suara yang cukup keras. Cece dengan sigap menutup kedua mulut sahabatnya dengan tangannya. "Jangan teriak gitu juga kali!"

Bukannya merasa bersalah, Thara justru menepis tanga Ceisya, dan kini menatap dirinya dengan tatapan penuh pertanyaan dalam otak Thara.

"Jadi, dia orang yang, lo tangisin beberapa hari yang lalu?" tanya Thara.

"Terus dia juga gitu yang ngasih lo harapan waktu, lo SMA?" tanyanya lagi. Sedangkan, Ceisya hanya mengangguk.

"Lo gak niat balikan, kan?" tanya Thara.

Ceisya menggeleng dengan ragu. "Ng- Ngga"

Thara menepuk kaki Ceisya. "Yang bener. Awas aja ya, kalo sampe, lo balikan sama tu bocah!" peringat Thara.

"Ngga! Lagian balikan apa coba? Kan gue nggak pacaran sama dia. Yang namanya balikan itu kan berarti sebelumnya ada hubungan," jelas Ceisya, berusaha meyakinkan Thara.

Thara berdecak. "Balikan bukan cuma orang yang pacaran, kaya lo yang hts an juga balikan namanya. Gitu-gitu dia itu tetap mantan, lo. Lagian hts cuma kata lain pacaran doang," jelas Thara dengan wajah merah, sebab kesal.

"Mending Lo lupain dia. Bye mantan, buang jauh-jauh." Perintah Thara.

"Iya, nyonya."

Jika, Thara sudah berapi-api, lain halnya dengan Alka. Alka hanyalah menyimak obrolan kedua sahabatnya.

Ceisya sendiri tak berpikir apapun. Sudah biasa, jika urusan seperti ini Thara yang lebih heboh dibandingkan Alka.

Setelah beberapa obrolan, sekitar pukul 11 malam, Thara keluar dari kamar Ceisya, dan beristirahat sesuai perintah Ceisya. Kini, hanya tersisa Alka dan Ceisya, yang masih setia di posisi yang sama.

Alka menatap Ceisya, dan meraih tangannya. Ini gilirannya berbicara. "Ce," panggil Alka.

Ceisya hanya berdehem sebagai jawaban.

"Gue ngga tau apa lo masih ada rasa, atau ngga sama dia. Tapi, yang gue liat, tatapan lo itu beda ke cowok yang tadi," tebak Alka.

Ceisya yang tadinya menatap Alka, sekarang membuang pandangannya. "Beda gimana? Perasaan biasa aja." Tanya Ceisya berpura-pura.

"Lo masih ada rasa ke dia. Itu sih tebakan gue." Balas Alka.

Ceisya kembali menatap Alka, dengan mata yang berkaca-kaca. Dirinya siap meneteskan air matanya.

"Gue ngga tau, Al. Bingung, takut," lirih Ceisya yang mulai terisak.

Alka memeluk Ceisya, menepuk bahunya. "Lo boleh kok balikan, kalo emang masih ada rasa sama dia. Tapi, gue cuma mau tanya satu hal." Ucap Alka, sembari melepaskan pelukannya.

"Apa?" tanya Ceisya.

"Dia orangnya baik?" tanya Alka, Ceisya kembali menganggukkan kepalanya.

"Tapi, apa lo yakin dia yang terbaik?" tanya Alka, yang mampu membuat Ceisya kembali berpikir.

Ceisya menggeleng pelan. "Gue ngga tahu."

"Ce, dengerin gue ya. Waktu itu dia datang bareng cewek yang udah tujuh tahun bareng dia. Dan itu bukan waktu yang singkat, buat orang punya hubungan. Dan gue juga yakin, udah banyak obrolan serius di antara mereka. Dan gue juga ngga mau, ada gosip kalo, lo jadi orang ketiga di antara mereka," jelas Alka.

"Gue ngga bilang lo gak boleh bareng dia, karena kita nggak tahu yang namanya takdir. Tapi, gue mau lo dapet yang sebanding dengan baiknya lo ke cowok lo nanti."

"Lo berhak dapet yang terbaik."

••••

Saat ini Ceisya sedang duduk dengan menikmati secangkir ice coffe. Dirinya beristirahat sebentar.

Namun, sepertinya ia tak bisa istirahat dengan tenang. Omongan Alka semalam terus menghantui pikirannya. Apakah Ceisya masih mencintai El?

"Mikirin apa nih?" suara lelaki yang tak lain adalah Jefran, membuat Ceisya menoleh ke arahnya. Jefran mengambil bangku, lalu duduk di sebelah Ceisya.

Ceisya tersenyum, lalu menggeleng pelan. "Ngga ada, Kak."

Jefran menganggukkan kepalanya, lalu menghela napas, seperti gugup.

Haruskah dia bertanya? Ya ampun, ia hanya ingin mengajak makan malam Ceisya. Tapi, sudah seperti akan mengajak nya ke pelaminan saja gugupnya.

Ceisya yang memperhatikan Jefran bertanya. "Kenapa, Kak? Kak Je lagi ngga enak badan?"

"Ha?" Jefran justru menatap Ceisya, yang membuat Ceisya semakin kebingungan.

"Apa?" tanya Ceisya kembali.

"Jadi, gini. Kakak mau tanya, Ce. Boleh?"

Ceisya terkekeh. "Mau tanya apa sih? Kok kaya gugup banget, hm?"

Jefran kembali menarik napas, lalu membuangnya. "Kakak mau ngajak kamu makan bareng, bisa?" akhirnya, keluar juga kata-kata itu.

Perempuan yang ditanyai mengernyitkan dahinya. "Bukannya aku nolak, tapi susah, Kak. Cafe kan tutup jam 8, aku ngga bisa masuk kost lagi setelah jam 9, Kak," balas Ceisya, tidak enak hati.

Sebenarnya ia mau saja di ajak makan bersama oleh Jefran. Namun, waktu nya sulit. Paginya ia bekerja. Jika, menunggu ia selesai  bekerja, paling tidak jam setengah sembilan. Belum lagi aturan kost, yang membuatnya harus tiba di sana, paling lambat pukul 9 malam.

••••

Ekhem²update nih🍃

Ayukk jangan pelit votenya...

Aku sangat perlu dukungan kalian, dengan vote ataupun komen kalian lhooo🌵🍄

See you...kisah mereka masih berlanjut ya...💌🌷

Hi, Bye Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang