HARZEL |♡Chapter 23♡

685 24 16
                                    

Langkahnya mengayun, membawa diri pada satu tujuan. Ia tersenyum tipis melihat objek yang sangat ia senangi sedang berdiri memandang langit yang memancarkan rona orange, yang lebih sering disebut dengan sunrise.

"Pake ini biar nggak dingin!" serunya sembari memakaikan jaketnya pada sosok gadis yang kini menoleh terkejut.

"Harzen! Lo bikin gue kaget!" Seru si gadis, yang tak lain adalah Zelkay.

Harzen terkekeh, "sorry..."

Keduanya kemudian diam sembari menikmati pemandangan indah yang dianugerahi oleh Tuhan. Hanya kicauan burung yang terdengar menghiasi keheningan mereka.

"Eum ... Zen?"

Harzen menoleh, saat tiba-tiba Zelkay memanggil namanya, "hm?"

Zelkay enggan menatap balik kedua netra pemuda itu, ia lebih memilih untuk memandang lurus kedepan. Entahlah, dia hanya merasa sedikit gugup.

"Lo prefer sunrise apa sunset?"

Harzen tersenyum kecil lalu ikut memandang kedepan, "gue prefer-nya lo sih."

"Ish, serius!"

"Iya, gue serius."

Zelkay berdecak kesal, "kalo lo ngaco lagi, gue tinggal nih ya!"

"Galak banget deh capar."

"Capar bapakmu."

"Loh, bukan caparku?"

"Harzeennnn!!"

Lagi-lagi Harzen terkekeh, merasa puas menjahili gadisnya, "iya iya haha, gue udah mau serius nih."

"Nggak usah! Udah nggak mood!"

Zelkay mendelik jengkel, membuat Harzen tersenyum gemas karenanya.

"Muka lo kalo gini jadi mirip kucing gue."

"Enak aja. Emang muka gue berbulu apa?"

"Ekspresinya sayang."

"Zen, lo gue tendang kejurang ya?"

"Salting mah salting aja, nggak usah malu-malu."

Ditengah perdebatan dua orang itu, dari belakang, Aldan dan Yuka tengah sibuk memperhatikan mereka sembari menyeduh air panas.

"Masa lo kalah sih, Al? Harzen yang kelihatan kaku aja bisa sat set gitu ngedeketin pujaan hati. Lah elu?" Ujar Yuka meledek Aldan.

Pemuda itu mendelik, "sat set matamu. Lo pikir segampang itu si Harzen ngedeketin Zelkay?"

"Gue nggak bilang gampang loh ya ... "

Aldan diam sesaat, lalu mengucapkan kalimat yang membuatnya sedikit murung, "kesalahan gue yang bikin gue kesulitan ngedeketin Beatrice lagi."

Yuka paham betul apa yang dirasakan oleh Aldan. Tapi sejujurnya dia penasaran, apa sebenarnya alasan laki-laki itu bisa dengan rela meninggalkan Alsin kala itu. Padahal dia tahu betul seberapa besar cinta Aldan kepada Alsin.

Jangankan Alsin, mereka yang bahkan sudah hampir seperti keluarga saja tidak mengetahui mengenai alasan pasti yang membuat Aldan meninggalkan Alsin.

"Menurut gue, mendingan lo ceritain aja alasan lo ngelakuin hal itu ke dia dulu." Ucap Yuka serius.

Aldan menghela nafas, "andai segampang itu, Ka, pasti udah gue lakuin dari lama."

"Sebenarnya apa yang lo sembunyiin, Al?"

---

Jam tepat menunjukkan pukul tujuh pagi. Para peserta Camping kini berkumpul untuk sarapan bersama. Mereka menggunakan terpal sebagai alas untuk duduk. Terpal tersebut di gelar tepat di depan tenda panitia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HARZEL | Crazy GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang