16. STEP SIBLING'S

7 2 0
                                    

Aku terbangun dari tidur ku dan aku menyadari sesuatu. Yaitu kak Hyunjin yang tertidur di sampingku. Aku cukup terkejut dengan kejadian ini.

Kukira saat aku tertidur dia akan pulang dan tidur di rumah. Namun, ternyata ia malah tidur di samping brankarku.

Aku melihat jam yang tepajang di dinding, masih jam setengah delapan pagi.

Aku merasakan ada pergerakan dari kak Hyunjin alhasil aku dengan cepat menutup mataku dengan pura pura masih tertidur.

"Jam berapa sekarang?" Gumam dengan khas bangun tidurnya.

"Oh masih setengah delapan,"

"Eoh makanannya sudah di antar? Lebih baik aku membangunkannya. Mungkin sebentar lagi dokter juga akan datang," aku mendengar apa yang kak Hyunjin katakan.

"Diya~ya, bangunlah," ucap kak Hyunjin membangunkanku sambil menepuk pelan pundak kananku.

Aku pun membuka mataku, berpura-pura seperti orang bangun tidur.

"Eoh?"

"Bangun, makan,"

"Hmm," balas ku sambil mengangguk.

Akupun mendudukan tubuhku. Namun, aku reflek terkejut saat kak Hyunjin membantuku.

"Apa yang kakak lakukan?!"

"Hanya membantumu, kenapa?"

"Apakah ini benar kau?"

"Mau siapalagi? Felix?"

Aku menggeleng tak percaya. Baru tadi malam aku melihat kak Hyunjin yang datar dan dingin kepada ku. Namun, sekarang apa? Kak Hyunjin yang perhatian dan tidak dingin sama sekali.

"Kenapa kau seperti ini?"

"Jangan banyak omong. Mau sikat gigi dulu atau langsung makan?"

"Sikat gigi dulu," balas ku.

"Baiklah, sini ku bantu,"

Aku tak menyegah kak Hyunjin yang membantuku sambil memapah dan memegang botol infus terhubung lewat selang ke tangan kananku.

Sampai di depan wastafel, kak Hyunjin meletakkan odol di sikat gigi lalu memberikannya padaku. Akupun menyikat gigiku menggunakan tangan kiriku yang terbebas dari infus.

Setelah selesai aku dan Kak Hyunjin kembali ke brankar. Dan dia memberikanku sebuah nampan berisi makanan rumah sakit. Aku tak mengelak. Aku tetap memakan makanan rumah sakit dengan terpaksa.

Baru suapan pertama.

"Kau makan seperti anak kecil saja," celoteh kak Hyunjin padaku sambil membersihkan makanan yang berada di sekitaran mulutku menggunakan tissu.

"Susah. Tangan kananku tak bisa ku gunakan karena sakit,"

"Ya sudah sini," ucap kak Hyunjin sambil mengambil alih nampan dan sendok yang ada di tangan kiri ku.

Lalu ia menyuapiku.

Aku kaget. Karena selama hidup 20 tahun bersamanya, baru kali ini aku melihat kak Hyunjin seperti ini bahkan nada bicaranya pun terkesan lembut.

"Setan apa yang merasukimu, kak?" Tanya ku sambil menatap kak hyunjin intens.

"Tak ada," jawabnya seperti seadanya.

"Lalu?"

"Apanya?"

"Kenapa sikapmu seperti ini? Seumur hidupku aku tinggal bersamamu baru kali ini aku melihat mu melakukan hal seperti ini pada ku,"

"Memangnya kenapa? Bukankah wajar? Kau adalah adikku,"

"Tiri," tambahku.

"Ku anggap kau adik kandungku sekarang. Karena aku dan kau hidup secara berdampingan, bahkan saat kau baru lahir,"

"Namun, bukankah kau membenciku? Dan aku juga pembawa sialkan?"

"Tidak ada namanya seorang anak pembawa sial. Semua anak adalah pembawa keberuntungan. Jika kau tidak ada siapa yang akan mengobati ku saat itu?"

"Itu hanya tugasku sebagai dokter pengganti,"

"Hal itu sama saja. Kau bahkan mengobati ku dengan sangat baik, kau bukanlah pembawa sial,"

"Mulai sekarang aku akan menjadi kakak yang baik untukmu. Dan berjuanglah untuk sembuh, aku yakin kau bisa sembuh,"

"Kau yakin?"

"Tentu, apakah aku terlihat seperti bercanda?"

Aku menggeleng.

"Kau melakukan ini bukan karena aku akan mat-"

"Shuttsss," Kak Hyunjin menahan ucapanku.

"Jangan bicara seperti itu. Aku yakin kau bisa sembuh total. Dan aku melakukannya dengan tulus untuk adikku," ucap kak Hyunjin.

"Lalu kenapa kau membenciku?"

"Sebenarnya aku tak membencimu. Aku juga selalu bingung dengan sikapku. Tapi, jujur aku tak pernah membenci kata itu hanyalah bualan. Sebenarnya aku hanya takut dengan perkataan papa dulu dan juga aku hanya iri jika mama dan papa yang terlihat lebih menyayangimu. Namun, pada kenyataannya mama dan papa lebih menyayangi ku. Maafkan aku,"

Aku tak menyaka jika kak Hyunjin seperti ini. Ku kira dia membenciku. Namun ternyata itu hanyalah bualannya.

"Andai aku di sayang," gumamku.

"Terimakasih," ucap ku sambil memeluk kak Hyunjin dengan tangis.

"Berjanjilah untuk sembuh," ucap kak Hyunjin membalas pelukanku.

"Aku berjanji," ucapku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STEP SIBLING'S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang