15. STEP SIBLING'S

6 2 0
                                    

Jung Diya Pov

"Menyusahkan saja," ucap kak Hyunjin padaku.

"Jika kau tak mau di sini silahkan saja pergi, aku tak memaksamu untuk di sini,"

"Mama dan papa sudah menyuruhku untuk tetap di sini, aku tak mau durhaka kepada mereka hanya dengan meninggalkanmu,"

"Kau terpaksa. Jadi, pergilah, aku menyuruhmu,"

"Berani sekali kau berkata seperti itu pada!" Kesal kak Hyunjin.

"Kenapa? Apakah salah?"

"Siapa yang mengajarimu seperti itu? Dasar anak sial,"

"Apa yang kau katakan?!" Tanyaku sedikit membentak kak Hyunjin karena dia mengatakan ku anak sial.

"Anak sial! Kau kan memang anak pembawa sial. Papa sendiri yang mengatakannya,"

Aku terkejut ketika kak Hyunjin mengatakan jika papa mengatakan ku adalah anak pembawa sial. Mengapa dia mengatakan sepeti itu? Apa maksudnya?

Apakah ini alasan mama dan papa lebih peduli dengan kak Hyunjin dan kak Hyunjin membenci ku?

"A-apa maksudmu?"

"Bukan apa-apa. Aku hanya salah bicara," ucap kak Hyunjin.

Lalu ia beranjak ingin pergi namun sebelum itu ku tarik tangannya menahan kepergiannya.

"Apa maksudmu?" Tanyaku lagi dengan datar.

"Bukan apa-"

"Ceritakan yang tidak ku ketahui," potongku.

"Ku mohon, kak,"

"Tidak penting,"

"Ini penting!" Tegasku.

"Baiklah jika kau memaksa,"

"Saat umurku enam tahu papa pernah bilang jika kau adalah anak sialan karena kau saat kelahiranmu mama mu meninggal dan saat itu perusahaan papa diambang kebangkrutan, dan mungkin karena itu papa menganggapmu adalah anak sial. Dan papa bilang aku adalah keberuntungannya karena aku papa tak sengaja bertemu mama dan menikahi mama lalu perusahaan kembali normal bahkan berkembang sangat baik,"

"Lalu mengapa kau membenciku?"

"Aku juga tak tahu alasan, namun saat setelah papa menceritakan hal itu aku menjadi tak suka denganmu, aku menjauhimu dan membencimu. Aku juga tak suka jika kau mendapatkan perhatian dari mama dan papa, aku tak suka jika mereka peduli padamu,"

"Jadi, itu alasannya," ucapku sambil mengangguk paham.

Sekarang aku berusaha untuk bersikap tenang. Berusaha menahan rasa kecewa ku pada kenyataan. Berusaha untuk tidak menangis dan mengeluarkan semua emosiku.

"Kau tidak marah?" Tanya kak Hyunjin yang terlihat heran.

"Mengapa aku harus marah? Semua yang kau ceritakan wajar wajar saja bagiku. Dan karena kau telah jujur padaku, aku juga akan jujur padamu,"

"Apa?"

"Berbahagialah. Karena mungkin dalam waktu beberapa bulan lagi kau bisa mendapatkan apa yang kau mau, perhatian mama papa, kepedulian mama papa dan kasih sayang mama papa nantinya akan menjadi satu satunya untukmu,"

"Apa maksudmu?"

"Aku tak tahu kapan aku mati, mungkin saja besok atau bahkan beberapa saat lagi, jadi berbahagia-"

"Kau tidur saja, jangan bicara sembarangan, ucapan mu sangat tidak masuk akal. Kau hanya kelelahan," potong kak Hyunjin.

"Aku tidak bicara sembarangan. Semua itu akan terjadi namun aku tak tahu kapan. Aku kelelahan itu bohong, aku menyuruh dokter berbohong, yang sebenarnya terjadi itu adalah aku sakit kanker,"

Aku melihat ekspresi wajah kak Hyunjin yang terkejut. Seperti tak percaya dengan apa yang ku katakan barusan.

"K-kanker?"

Aku mengangguk.

"Hm. Kanker hati stadium dua awal. Dan jika kau tahu aku pingsan itu karena efek kemoterapi, namun sepertinya aku tak perlu melakukan kemoterapi lagi ataupun pengobatan lainnya karena kalian pasti akan bahagia dengan kematianku,"

"Kau-"

"Aku tidak berbohong,"

"Lalu mengapa kau menyembunyikannya?"

"Karena awalnya aku ingin sembuh tanpa kalian tahu. Namun sepertinya tidak perlu. Lebih baik aku sembuh pada dunia lain....  Ehm, aku mengantuk. Jika kau ingin pergi silahkan. Aku tidur dulu," ucapku lalu menutup mataku dan membalikkan tubuhku ke arah lain.

Aku menyadari ekspresi tak percaya dari kak Hyunjin. Yang awalnya datar menjadi terkejut tak percaya mendengar penjelasanku.

Aku menyadari jika ia menjauh dariku. Mungkin ia duduk di sofa yang sedikit jauh dari brankar tempat aku berbaring.

Aku kembali membuka mataku.

Lalu air mataku mengalir secara deras.

Ingin rasanya aku menangis dengan sekeras mungkin tapi aku tak bisa, aku takut kak Hyunjin mengetahuinya.

Lama lama aku menangis akhirnya aku larut pada mimpiku.

anyeong🤍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

anyeong🤍

STEP SIBLING'S Where stories live. Discover now